SEPULUH

30.9K 3.9K 121
                                    

Kalau mau bermain peran, TOTALITAS! -Gwen Paradista

Gwen terlihat gelisah menantikan taksi online yang ia pesan. Ia berdiri di depan pintu gerbang kosannya sambil terus memandangi ponselnya berharap taksi pesanannya memunculkan notifikasi 'Your driver has arrived'. Padahal kenyataannya sang supir masih berjarak sekitar 500 meter lagi dari kosan Gwen.

Bukan tanpa alasan mengapa Gwen sangat gelisah. Pagi ini Bara menghubunginya untuk membatalkan rencana mereka ke Bogor dikarenakan Reno mengalami demam tinggi. Naluri keibuan Gwen mencuat dan ia langsung bersiap menuju kediaman Bara. Bosnya itu sempat memberitahunya untuk tidak perlu repot-repot datang karena memang jarak rumah Bara dan kosan Gwen lumayan jauh. Namun Gwen tetap kekeuh harus menjenguk Reno.

Akhirnya taksi online yang ia nantikan datang juga. Segera Gwen menginstruksikan kepada sang supir untuk menuju alamat yang tertera. Perasaan Gwen sekarang cukup gaduh. Ia tidak sampai hati melihat teman kecilnya sakit, namun juga ia bingung atas sikapnya yang tanpa pikir panjang langsung dapat memutuskan untuk menjenguk Reno saat Bara menghubunginya. Padahal ketika dahulu Raka sakit, ia tidak sesigap itu karena saat itu Raka juga sedang berada di rumah orang tuanya.

Gwen mengucap syukur pada Jakarta saat weekend karena perjalanan yang biasa ditempuh selama dua jam menuju rumah Bara, kali ini cukup dengan 30 menit saja. Luar biasa!

Masih dengan ketergesa-gesaannya, Gwen memasuki pagar rumah Bara yang tidak dikunci. Ia harap-harap cemas akan keadaan Reno. Apalagi tadi Bara cukup panik dan Bi Tini sedang tidak berada di rumah.

Bara muncul setelah Gwen mengetuk pintu rumah. Ia terlihat kusut dan Gwen menebak Bara sepagian ini mengurusi putra kecilnya itu.

"Gimana? Panasnya turun nggak?" Tanya Gwen khawatir. Bara hanya menggeleng.

Gwen segera berlari menuju kamar dimana Reno berada. Ia mendekati Reno dan memegang dahinya. 'Panas.' Desis Gwen dalam hatinya.

Ia lalu meminta pada Bara untuk kembali mengambil kompresan dan termometer. Bara juga diminta Gwen untuk mengambilkan obat penurun panas.

"Ini Gwen." Bara menyodorkan semua yang diminta oleh Gwen. Gwen dengan cekatan langsung memeriksa suhu tubuh Reno menggunakan termometer dan mengompres keningnya.

"Udah makan belum Reno, Pak?"

"Tadi cuma mau makan biskuit aja. Lidahnya pahit." Ujar Bara.

"Bapak jagain sebentar ya, saya mau bikin bubur." Bara mengangguk dan langsung duduk di tepi ranjang milik Reno.

Tak berapa lama kemudian, Gwen sudah kembali ke kamar Reno dengan membawa semangkuk bubur hangat dan air putih.

"Bangunin sebentar Pak, Renonya. Saya suapin." Gwen meminta pada Bara.

Reno terbangun dengan kondisi lemah. Membuat Gwen hampir menangis. Bara menepuk-nepuk bahu Gwen mencoba menenangkan. "Reno sakit, nggak mau lihat mamanya nangis."

"Sayang, makan ya," Gwen membujuk Reno yang langsung menggelengkan kepalanya.

"Mama nangis loh kalau Reno nggak mau makan." Bara mencoba membujuk Reno.

Reno akhirnya menurut dan menerima suapan Gwen. Bara yang memangku Reno dengan setia menghapus jejak bubur yang jatuh dari mulut Reno.

"Ma, nyang." Reno menolak suapan Gwen setelah lima suapan ia terima.

"Minum obat dulu ya," Dan Reno otomatis membungkam mulutnya dengan telapak tangan.

"Biar cepet sembuh, sayang." Gwen menenangkan Reno.

Hate First, Love You Later (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang