SEBELAS

28.9K 3.6K 65
                                    

Dari keputusan ini gue belajar, jaga ucapan bila yang kau janjikan itu berat. -Gwen Paradista

Gwen masih saja belum beranjak dari kasurnya padahal jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Ia seperti tidak ingat bahwa ini hari senin dan kewajiban ke kantornya harus dipenuhi. Namun nampaknya ia lebih memilih jika hari ini kantor tutup, atau ia ditugaskan ke luar kota lagi. Intinya asal tidak bertemu dengan Bara.

Sejak ia menginap di rumah Bara beberapa waktu lalu dikarenakan Reno sakit dan Tante Hida yang memaksanya untuk tinggal, Gwen jadi senewen. Pasalnya terlalu banyak teka-teki yang Bara berikan sehingga ia merasa kepala tak sanggup untuk mencerna.

"Kenapa kemarin kamu mau? Ya kalau jadi mama otomatis kan?" Begitu katanya yang membuat Gwen kalang kabut. Karena ia juga tidak mengerti arti ucapan Bara tersebut.

Gwen sempat berpikir bosnya itu punya kecenderungan bipolar. Karena bisa dilihat jika di kantor seperti apa galaknya dan jika di rumah luar biasa lemah lembutnya terutama pada Tante Hida. Dan sepertinya pikiran negatif itu semakin merajai otaknya sehingga ia sangat tidak ingin bertemu Bara hari ini.

Namun akhirnya Gwen menyerah. Ia belum siap mendapat cacian dan hinaan dari Bara jika ia memutuskan untuk terlambat. Lebih baik menghadapi pria beranak itu hari ini. Walaupun sebenarnya Gwen merasakan kesal yang luar biasa.

***

"Kan, mepet lagi." Desah Andin saat Gwen baru saja sampai di mejanya.

Gwen menekuk wajahnya, sangat jelas terlihat bahwa hari ini ia tidak bersemangat.

"Kenapa nyet? Itu muka kok nekuk-nekuk nggak jelas?" Tanya Andin sambil menggoda dengan menoel-noel dagu Gwen. Wanita itu langsung mendelik karena merasa terganggu akan tindakan Andin.

"Rese lu ah!" Gwen berteriak.

"Kenapa sih? Udah jomblo masih aja galau. Makanya kalau nggak mau galau ngapain putus?" Pertanyaan Andin membuat Gwen panas. Siapa juga yang mau bertahan?

"Pak Bara udah dateng belum?" Tanya Gwen ke Andin namun matanya menyapu seluruh ruangan.

"Belum. Kenapa sih?"

"Bagus." Jawab Gwen singkat.

"Ada apa lagi lo sama Pak Bara?" Andin bertanya seperti menginterogasi.

"Nggak apa-apa." Jawab Gwen lagi.

"Bohong!" Andin sudah menggeser kursinya menjadi tepat di sebelah Gwen.

"Apaan sih lo? Minggir! Gue mau bikin report!" Gwen mendorong kursi Andin dengan kakinya.

"Jadi bener ya? Gosip kalau lo itu punya hubungan spesial kayak martabak sama Pak Bara? Iya kan?" Cecar Andin.

"Kalau ngaco nggak usah bikin geger. Mana ada ya!" Elak Gwen.

"Kalau nggak ada apa-apa ngapain masih pagi nanyain doi?" Gwen rasanya ingin mati saja.

"Udah deh Ndin, nggak usah nyari kesalahan gue mulu." Gwen lalu bangkit menuju toilet meninggalkan Andin yang justru bingung atas sikap sahabatnya itu

***

"Mbak Gwen, dipanggil Pak Bara." Tiara berbisik pada Gwen.

"Ya Tuhan!" Ujar Gwen setengah berteriak. Kalau ada hukuman Tuhan paling berat, ya inilah. Bertemu dengan Bara setelah kata-kata aneh yang keluar dari mulut pria itu.

Hate First, Love You Later (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang