LIMA

32.5K 3.8K 88
                                    

Kalau bos galak tiba-tiba baik, kita patut curigai -Gwen Paradista

Udara pagi berhembus menyapu wajah Gwen yang sedang menahan kantuk. Ia sudah duduk manis di boarding lounge untuk menunggu penerbangan yang akan membawanya ke Surabaya. Tangannya ia paksa untuk mengutak-atik ponselnya demi menghalau kantuk dan stress yang menerjang. Sejak keputusannya berpisah dengan Raka, Gwen seakan tidak memiliki waktu untuk mengistirahatkan dirinya. Ia mendadak menjadi rajin mengerjakan pekerjaan kantornya yang belum selesai dan menenggelamkan diri pada presentasi yang akan ia bawakan pada hari ini di Surabaya nanti.

"Presentasi yang untuk di Surabaya hari ini oke," Ujar bos Gwen yang mengambil posisi duduk persis di sebelah Gwen.

Gwen tersentak kaget dan tersadar dari lamunannya. Ia melirik sekilah ke arah Bara dan memastikan dirinya tidak salah dengar.

"Maaf Pak, kenapa?" Tanya Gwen hati-hati.

"Nyawanya nggak kamu bawa ya dari kosan?" Sindiran tajam mengenai batin Gwen. Sial. Maki Gwen dalam hati.

"Terimakasih untuk kerja keras kamu sampai lupa kalau nyawanya masih ketinggalan di kosan." Lanjut Bara dengan tidak mengalihakan pandangan dari tab yang ia bawa.

Gwen rasanya ingin tertawa. Namun tubuhnya yang lelah ini tidak mendapatkan sinkronisasi yang nyata dengan otaknya.

Sampai akhirnya panggilan boarding ditujukan untuk penerbangan mereka. Gwen dan Bara menyeret koper mereka masing-masing. Diam, tanpa suara. Bos yang dingin dan karyawan yang tidak mau peduli.

***

"Surabaya nggak bisa bikin lo sedikit rileks apa nyet?" Suara Andin menggelegar dari balik sambungan telfonnya dengan Gwen siang ini. Saat Gwen sudah sampai di hotel, ia langsung menghubungi Andin.

"Gue ngantuk banget parah, Ndin. Mana jam dua kita meeting-nya." Gwen mendesah sembari memoleskan bedak ke wajahnya.

"Meeting dulu, habis meeting nanti lo bisa tidur." Andin menyarankan Gwen yang hanya diangguki oleh Gwen, walau Andin tidak dapat melihat reaksi sahabatnya itu.

"Nanti gue telfon lagi ya, Ndin. Mau siap-siap meeting dulu." Gwen mematikan sambungan telfonnya dengan Andin.

Tepat ketika percakapannya dengan Andin berakhir, sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya.

From: Bos Rese
Saya sudah di lobby, kamu masih butuh berapa jam lagi dandan?

Ingin rasanya Gwen membanting ponselnya itu. Namun ia urungkan mengingat keringat yang harus ia peras untuk membeli ponsel keluaran terbaru dari negeri ginseng itu.

To: Bos Rese
Saya turun sekarang pak.

Gwen memoles cepat lipstik di bibirnya. Ia meraih heels dari dalam kopernya dan mengenakannya asal. Untung saja posisi lift sangat dekat dari kamarnya sehingga ia tidak menghabiskan waktu untuk menuju lift.

Sesampainya di lobi, Gwen melihat bosnya sedang duduk dan berhadapan dengan ponselnya. Keningnya mengerut menunjukkan tanda keseriusan. Saking seriusnya, Bara tidak menyadari kedatangan Gwen di sisinya.

"Pak," Gwen mencoba memanggil Bara.

"Sudah?" Bara menaikkan satu alisnya memperhatikan Gwen dari atas ke bawah.

Hate First, Love You Later (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang