TUJUH

31.4K 3.9K 70
                                    

Jangan suka suudzon sama bos sendiri. Karena kita tidak tahu hal pelik apa yang sedang beliau alami. -Gwen Paradista

Gwen dengan bangga membawa hasil laporannya menuju ruangan Bara. Dua hari cukup baginya untuk tidak memejamkan mata demi laporan sempurna menurut versi Bara. Gwen sudah cukup eneg akan makian Bara setiap kali ia memberikan laporan. Bahkan hari ini saja sebenarnya ia tidak yakin jika Bara tidak memberikannya makian, minimal karena salah meletakkan titik koma.

Sesampainya di depan pintu ruangan Bara, langkah Gwen dicegat oleh Tiara.

"Bapak belum masuk, Mbak. Kayaknya nggak masuk deh," Tiara menginformasikan kepada Gwen. Gwen lemas seketika.

"Kenapa nggak masuk?" Gwen berusaha tetap sadar.

"Belum ada kabar sih, Mbak. Mungkin ngabarin ke Pak Aryo tapi Pak Aryo juga belum kelihatan." Tiara mencoba menjelaskan pada Gwen.

Gwen terlihat frustasi. Waktu tidurnya yang hilang harus dikecewakan karena ketidakhadiran Bara pagi ini. Boleh tidak Gwen hancurkan ruangan Bara saking kesalnya?

"Yasudah, Tir, kalau Pak Bara ngabarin kasih tau saya. Atau kalau Pak Bara ngehubungin kamu bilang ya saya mau ngasih laporan." Gwen berpesan sebelum akhirnya meninggalkan Tiara.

Gwen terduduk kembali di mejanya. Mencerna apa yang menyebabkan kesialannya hari ini. Lagi-lagi ia mengutuk dua hari waktu tidurnya demi laporan sialan yang akhirnya tidak bisa ia berikan ke Bara hari ini. Sungguh menyedihkan!

"Lo nyari Bara, Gwen?" Aryo mendekati meja kerja Gwen.

Gwen mendesah sebelum akhirnya menjawab, "Iya Mas. Kemana sih temen lo? Gue udah dua hari nggak tidur demi laporan gini dan dia nggak dateng? Oh shit!" Umpat Gwen.

Aryo tertawa kemudian meminta draft laporan yang masih tergenggam manis di jemari Gwen.

"Oke kok ini, nggak sia-sia lah minimal lo ngerjain." Aryo mencoba menenangkan Gwen.

"Au ah Mas, gue tuh suka pusing sama Pak Bara. Rada-rada kayaknya dia." Gwen mengeluh dan membuat Aryo tertawa.

"Tumben manggil Bara nggak pake ejekan?" Sindir Aryo yang semakin membuat Gwen kesal.

"Keluarganya ada yang sakit, dia izin hari ini." Aryo menjelaskan akhirnya.

"Oh, siapa yang sakit?" Gwen tiba-tiba ingin tahu. Padahal sebelumnya ia jarang sekali atau malah tidak pernah peduli dengan bosnya ini.

"Keluarganya," Jawab Aryo lagi.

"Keluarga dia banyak kali ah!" Gwen berdecak.

"Yaudah, nggak usah sebel dong. Gue kasih kerjaan aja nih." Penawaran yang dilayangkan Aryo membuat Gwen mendelik.

"Lo ngasih gue tidur aja boleh?" Gwen memberikan penawaran yang menurutnya lebih menarik.

"In your dream!" Aryo menolak keras dan meninggalkan Gwen yang cemberut di meja kerjanya.

***

"Kamu sakit?" Tanya pria yang saat ini duduk di hadapan Gwen.

"Nggak, Ka. Ada apa?" Gwen membalas Raka yang siang ini memaksa mereka untuk bertemu.

"Nggak kangen?" Raka bertanya dengan senyum manis terukir dibibirnya.

Gwen menghela napasnya perlahan. Mencoba menetralkan degup jantungnya yang tidak karuan. Munafik jika dia sudah melupakan perasaannya pada Raka. Namun semakin berharap, semakin hidup seluruh kesakitan yang ditimbulkan.

Hate First, Love You Later (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang