LIMA BELAS

29.2K 3.6K 135
                                    

Karena gue juga masih manusia, yang bisa mewek cuma karena ditelfon Reno. - Gwen Paradista


"Kenapa rasanya sulit begini, Gwen?" Lirih Bara.

Gwen yang sebelumnya sedikit berlari menuju kamarnya akhirnya berhenti. Ia membalikkan badannya dan mendapati Bara dengan wajah lelah sedang berjalan menuju ke arahnya.

"Terima kasih selama ini sudah memberi warna baru untuk Reno."

"Terima kasih sudah menjadi mama yang sangat baik untuk dia, meski hanya pura-pura,"

"Maaf saya merepotkan,"

"Dan maaf jika saya menyakiti kamu terlalu jauh." Bara menutup kalimatnya lalu menunduk.

Gwen seketika salah tingkah. Pikirannya melayang jauh tentang apa yang harus ia lakukan saat ini. Kenapa tiba-tiba werewolf berubah menjadi kucing begini?

"Pak, maaf sebelumnya. Namun saya tidak berpura-pura untuk menjadi mamanya Reno. Jujur saya akui saya menyerahkan seluruh perasaan yang saya punya untuk Reno, as his mother. I don't know why, tapi menyenangkan sekali bisa selalu bersama Reno." Gwen jujur akan perasaannya pada Reno.

"Tapi saya tahu, Pak. Suatu saat itu bakal jadi bumerang untuk saya maupun Reno. Saya takut Reno menjadi nyaman sama saya sehingga nantinya menyusahkan Bapak jika berjodoh dengan orang lain. Maaf jika saya selama ini lancang. Dan maaf jika dengan terpaksa saya harus meninggalkan Reno."

"Tapi saya ingin bilang, saya tidak pernah pura-pura." Ada penegasan dalam kalimat Gwen yang terakhir.

Bara menatap lembut wajah Gwen yang sudah terlihat lelah. Hari ini memang mereka cukup sibuk sehingga baru menginjakkan kaki di hotel pukul tujuh malam.

"Terima kasih, saya minta maaf." Bara kemudian membalikkan badannya.

"Pak," Panggil Gwen pelan. Bara menoleh.

"Saya mau ngomong sesuatu. Maaf kalau ngomongnya disini, tapi sekarang saya punya keberaniannya. Nggak tahu kalau besok ...."

"..... saya nggak nyaman dengan kita yang seperti ini, Pak. We should talking about this." Gwen gugup. Ia meremas jemarinya sekuat tenaga untuk menyembunyikan rasa gugupnya.

"Then, let's talk!" Bara menanggapi kemudian.

"Tapi saya nggak mau di sini. Saya nggak bisa duduk." Tambah Bara.

"Di room saya boleh? Kalau kamu takut saya macem-macem nanti pintunya saya buka." Gwen mengangguk setuju. Ia pasrah saja sebelum nantinya keberanian dalam dirinya ini menguap.

Gwen dan Bara jalan bersisian menuju kamar Bara. Setelah pintu kamar terbuka, Gwen dipersilahkan masuk terlebih dahulu dan Bara mencari sesuatu yang dapat digunakan untuk mengganjal pintu agar tetap terbuka.

"Ditutup saja nggak apa-apa, Pak. Nggak enak juga diliat orang yang lewat." Gwen berujar saat dilihatnya Bara tampak kesulitan mencari pengganjal pintu.

"Serius?" Bara bertanya. Gwen mengangguk. Akhirnya Bara menutup pintu kamar hotelnya. Gwen mengambil posisi duduk di kursi meja rias, sedangkan Bara dipinggir ranjang. Suasana hening mengerjap selama beberapa menit sebelum akhirnya Gwen buka suara.

"Saya minta maaf untuk semuanya, untuk semua harapan semu yang saya beri ke Reno. Tanpa maksud apapun, saya hanya senang saat Reno bersama saya." Gwen menghela napasnya sejenak sebelum melanjutkan.

"Saya ingin mundur dari kehidupan Reno. Agar saya tidak lagi menjadi bayang-bayang Reno. Saya tahu ini menyakitkan, buat Reno dan sangat menyakitkan buat saya. Tapi mungkin ini langkah tepat untuk mengakhiri semuanya."

Hate First, Love You Later (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang