#13

3.6K 488 383
                                    

Schatz, Ich vermisse Dich so schrecklich.
Love, I miss you so terribly

Nabila

"That was horrible."

"I know, right. The car driver must be really drunk."

"And the man with the bike, he was just trying to help the little girl. God, that was so tragic."

"May God welcome him in heaven."

-

Nabila nunggu, di depan kampus persis yang kamu bilang. Nabila sendirian, nungguin kamu datang seperti yang kamu janjikan tadi malam. Yang lain udah pada pulang, Dit. Ada yang dijemput keluarganya. Dan aku cuma bisa bayangin, kalau papa masih ada mungkin aku juga sama kayak yang lain. Dijemput, lalu nanti kita rayakan ujian kelulusan ini sama-sama. Nanti kamu cerita ujiannya gimana, aku juga sama, aku mau berbagi cerita juga.

Tapi kenyataannya aku sendiri, Dit, disini. Papa sudah pasti nggak bakal datang. Dan kamu, udah tiga kali aku telfon kenapa nggak ada satupun yang diterima? Oh lupa, buat Adit kan haram hukumnya main handphone di jalan, ya? Apalagi kalau lagi berkendara. Biasanya kamu bilang 'Nggak boleh main handphone, nanti nggak fokus sama jalan. Jangan merugikan oranglain sama kecerobohan kita. Kita semua punya keluarga yang menunggu kita pulang di rumah.'

Iya, Dit, kamu juga sama kok, kamu punya aku yang nunggu kamu disini. Tapi kamu nggak datang-datang, Dit. Kamu bohong lagi, ya? Padahal kalau emang nggak bisa, kamu bilang aja. Nabila nggak bakal marah kok. Aku nggak apa-apa nungguin lagi sampe nanti kamu bisa. Daripada kamu biarin aku nunggu kayak gini, aku sendirian, Dit. Aku nggak tau kamu dimana, kamu lagi ngapain. Aku cuma bisa nunggu sambil liatin banyak mobil mondar-mandir. Barusan juga ada ambulance, melaju lumayan cepat. Nabila kepikiran kamu, Dit, kamu baik-baik aja, kan?

-

Yang Adit janjikan tadi malam itu masih terdengar sangat jelas ditelingaku. Katanya tunggu di kampus ya, jangan kemana-mana sebelum Adit sampe. Dan aku menuruti apa perintahnya. Aku tunggu, kebetulan didepan kampusku ada halte. Jadi aku duduk disana, awalnya ditemani beberapa orang asing, lalu lama kelamaan mereka mulai pergi. Ada yang dijemput, ada yang naik u-bahn. Macam-macam. Sampai cuma tinggal aku yang masih bertahan.

Aku menunggu. Sambil diam aku mendengarkan lagu untuk mengusir jenuh. Dan aku benci pilihan laguku akhir-akhir ini. Semuanya sedih, mungkin karena kadang aku masih teringat papa. Ditambah lagi, aku juga kangen Adit. Galaunya jadi dua kali lipat. Nggak jarang aku juga jadi sering kehilangan semangat.

Setelah dirasa Adit terlalu lama untuk sampai, aku mencoba menelfon. Sekali, nggak ada jawaban. Dua kali, pun sama. Ketiga, aku mulai kehilangan harapan. Mungkin Adit lupa, atau mungkin Adit tiba-tiba sibuk sampai nggak bisa memberi kabar.

Aku coba mengerti keadaan dia lagi. Nggak apa-apa, nanti kalau sudah waktunya pasti bisa ketemu, kan?

Sebuah mobil ambulance melintas tepat didepanku dengan kecepatan yang nggak manusiawi. Pasti ada kecelakaan yang begitu parah sampai korbannya harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk pertolongan pertama. Baru kepikiran segitu aja aku sudah miris. Sejujurnya aku masih trauma kalau diingatkan pada kecelakaan lalu lintas. Sebulan yang lalu papa harus berpulang karena mobil yang dikendarainya ditabrak dengan sangat  kencang dari belakang, sampai papa terhempas beberapa meter kedepan dan ditemukan sudah nggak bernyawa di bahu jalan.

Bisa kah orang sedikit berhati-hati saat berkendara? Karena siapapun mereka yang kita temui di jalan raya, mereka punya keluarga yang menunggu kepulangannya dirumah. Kita nggak pernah tau sebanyak apa doa keluarganya saat mereka melangkah kaki keluar rumah dan berharap nanti sore bisa kembali kumpul bersama.

nirvanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang