Bagian 11

2.8K 417 95
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

[ Second Chance – Sebelas ]

Lee Hoya keluar dari café itu dengan gerakan aneh, dia mengendap-ngendap melewati pintu keluar agar Minho dan Suzy tidak menyadari kehadirannya yang telah mengikuti Minho sedari tadi. Myungsoo menghubunginya beberapa saat yang lalu, menyuruhnya untuk mengikuti Minho karena pria itu bilang kalau sang pria akan bertemu dengan Suzy. Tebakan pria itu benar, keduanya memang sedang bertemu sekarang. Dan Hoya tidak tahu pasti kenapa dia harus melakukan hal ini ―mengikuti keduanya. Dia melakukannya dengan sukarela, ada rasa menyesal dalam hatinya menyetujui hal bodoh tersebut. Tapi semuanya sudah terlanjur, tak ada gunanya mengeluh.

"Mereka masih di dalam?" Ketika Hoya membuka pintu mobil, Sungyeol langsung bertanya demikian. Hoya mengangguk dengan tubuh yang kedinginan ketika melintasi trotoar menuju tempat mobil Sungyeol yang terparkir. Mereka pergi bersama untuk menjalankan misi tak berfaedah ini.

"Aku sudah menghubungi Myungsoo, sialnya bocah itu malah menutup telepon sepihak. Bukannya berterima kasih." Dumelnya, masih merasa kesal pada Myungsoo yang memutuskan sambungan telepon mereka tadi secara sepihak, bahkan memaki dirinya. Hoya rasa, dia terlalu baik untuk menjadi teman pria itu.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? Pulang?" Sungyeol yang selalu mengikuti Hoya kembali bertanya, lebih tepatnya meminta persetujuan. Sebenarnya pria itu sudah lelah bermain mata-mata seperti ini.

"Pulang apanya. Dia menyuruh kita agar memantau Suzy sampai wanita itu kembali ke asramanya. Pantang pulang sebelum Suzy pulang ke asrama. Dia berkata demikian, kau lupa?"

"Kau serius tentang itu?"

"Lakukan sajalah apa yang dia suruh. Kau tidak mau melihatnya berisik besokkan? Pria itu punya masalah kepribadian." Sungyeol memandang Hoya dengan tampang bodoh, "punya masalah kepribadian karena dia hanya suka marah-marah pada kita, sedangkan pada orang lain dia ramah seperti orang yang akan ikut pemilihan." Dengkus Hoya lagi, sedangkan Sungyeol menganggukkan kepalanya mengerti. Akhirnya dia paham.

"Oh! Itu Suzy. Dia keluar. Dia keluar!" Sungyeol berkata cukup keras dengan gerak tubuh heboh di kursi penumpang, sedangkan Hoya menajamkan pandangannya ke arah tunjuk Sungyeol. Dan benar saja, Suzy berada di sana. Di tepian jalan dan menyetop sebuah taksi berwarna biru.

"Ke mana dia akan pergi? Dan Minho bagaimana?"

Hoya tak menjawab pertanyaan beruntun Sungyeol, memilih menyalakan mesin mobil agar bisa mengikuti taksi yang Suzy tumpangi. Baiklah, dari awal dia seharusnya masuk akademi kepolisian dan menjadi detektif. Dia suka keadaan yang menegangkan seperti ini.

"Kau benar-benar serius akan melakukan ini?" Hoya menyipitkan matanya sebentar ketika mendengar kalimat itu lagi yang Sungyeol tanyakan.

"Aku sedang melakukannya Sungyeol, jadi jangan tanya apakah aku serius atau tidak."

"Bagaimana kalau kita ketahuan?"

"Wanita itu tidak sepeka itu ku rasa." Hoya melihat kesekelilingnya sebentar sebelum kembali fokus pada taksi yang ia ikuti, menebak kira-kira ke mana Suzy akan pergi. Arah jalan ini bukanlah menuju asrama mahasiswa yang ia tinggali.

"Sepertinya jalan ini tidak asing. Tidakkah kau merasa begitu?" tanya Sungyeol, melihat ke luar jendela mobil dengan wajah berfikir. Sebenarnya Hoya juga merasa demikian, dia rasanya tidak asing dengan jalan yang ia susuri ini.

Second Chance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang