Bagian 17

3.3K 449 81
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

[ Second Chance - Tujuh Belas ]

Hari ini adalah hari kamis yang cerah, tapi entah kenapa malah terasa menjadi seperti hari senin yang suram. Ada begitu banyak pekerjaan dan tamu yang datang, Park Jiyeon sesekali menyentuh tengkuknya yang tegang karena segala macam pekerjaan yang bisa ia lakukan untuk membantu Myungsoo sebagai seorang asisten pribadi. Baru saja wanita itu ingin menghela napas penat, tapi bunyi pintu ruangan Myungsoo yang terbuka membuat ia mengurungkan niat. Ingin langsung berdiri hormat menyambut sang atasan tapi malah berakhir dengan kening yang berkerut dalam.

Kim Myungsoo tidak menggunakan jas resminya, hanya terbalut celana kerja serta kemeja putih yang jarang ia perlihatkan kalau berada di luar ruangan. Sedangkan jas yang senada dengan warna celananya, pria itu gunakan sebagai pelindung kepala. Itu tampak lucu di mata Jiyeon. Belum sempat dia bertanya, Myungsoo sudah meletakkan jari telunjuknya ke arah bibirnya sendiri― memberi kode untuk jangan bertanya, tetap diam.

Pria itu melangkah pelan-pelan sembari menunduk, menuju bagian belakang meja kerja asistennya itu dengan kepala yang masih sedikit tertutup jas kerjanya. Park Jiyeon sendiri bingung dengan tingkah langka Myungsoo tersebut.

"Di mana Sungkyu?" tanya sang pria dengan posisi jongkok, Jiyeon yang melihat itu terpaksa ikut berjongkok. Untung saja dia menggunakan celana bahan dan bukannya rok span yang ketat. Myungsoo melarang bawahannya memakai pakaian yang kurang nyaman― untuk dipakai sendiri ataupun dilihat orang lain.

"Lantai bawah. Bertemu dengan tim dua." Jiyeon sungguh tak tahu kenapa mereka saling berbisik satu sama lain sekarang, di lantai atas ini tidak ada orang lain selain dirinya dan Myungsoo.

"Bagus." Myungsoo menjauhkan jas dari atas kepalanya, meletakkan benda itu di bahunya dengan mata yang masih awas. "Sudah lama atau belum? Kapan dia akan kembali?" Myungsoo tampak serius bertanya, sedangkan menurut Jiyeon pertanyaan itu tidaklah terlalu penting. Myungsoo bahkan belum pernah bertanya apakah Sungkyu akan lama kelantai bawah atau tidak. Pria itu bisa langsung mengirimi Sungkyu pesan dan memintanya segera datang ke ruangan.

"Sepertinya akan sedikit lama." Jiyeon hanya menebak, dia tadi tak bertanya seberapa lama Sungkyu akan pergi.

"Bagus sekali." Pria itu tampak senang, kembali memakai jas luarnya sebagai pelindung kepala. "Kau― dengarkan aku baik-baik asisten Park." Jiyeon sekarang semakin mendekati Myungsoo dengan wajah serius. "Aku akan pergi keluar sekarang dan tidak akan datang lagi untuk hari ini. Jangan beri tahu Sungkyu hal itu." Jiyeon menelan ludah, sepertinya ini cukup penting. Myungsoo tampaknya akan berbagi rahasia dengannya, "kalau dia bertanya, katakan aku sedang di dalam dan melarang siapapun untuk masuk. Aku mengandalkanmu sebagai asisten pribadiku." Jiyeon mengangguk.

"Memangnya anda mau ke mana direktur?"

"Ini adalah masalah hidup dan mati." Jiyeon jadi ikut-ikutan mengepalkan tangannya ketika melihat Myungsoo mengepalkan tangannya penuh semangat. "Kau tahu― kekasihku yang aku ceritakan sebelumnya." Mata wanita itu bergerak gelisah, tak yakin kalau Myungsoo pernah bercerita tentang kekasih pada dirinya. Setahunya atasannya itu selama ini tidak punya kekasih, tapi agar tidak memperpanjang cerita dia mengangguk saja, seolah dia tahu.

"Dia akan berkunjung ke rumahku malam ini, aku mengiyakan dan menyuruhnya datang. Tapi malangnya aku lupa kalau rumahku sedang tidak dalam kondisi baik." Myungsoo memejamkan mata sesaat, bisa membayangkan bagaimana apartemennya sekarang. Pasti sudah seperti kapal pecah karena tidak ia bereskan hampir berminggu-minggu. Myungsoo ragu kalau ada bau manusia tercium di sana sangking kotornya

Second Chance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang