Bagian 9

2.5K 414 77
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

[ Second Chance – Sembilan ]


06.03.2012

Suzy menatap deretan angka dengan titik sebagai spasi itu di layar ponselnya, mengetuk-ngetuk layar itu menggunakan jari telunjuk dengan bibir yang ia gigit pelan. Wanita itu ragu, antara ingin pergi ke kampus atau tidak. Matanya tampak sembab akibat menangis semalaman setelah pulang dari rumah Myungsoo tanpa permisi, dia terisak ketika menyusuri jalan. Mengutuk pria yang masih menjadi kekasihnya itu dan bahkan dirinya sendiri. Dia menyesal memberikan sesuatu yang berharga itu pada pria yang bahkan tak mencintainya, tapi penyesalan itu tak ada gunanya.

Ponselnya berdering lagi, menampilkan nama Myungsoo yang telah ia ganti dengan kata brengsek sebagai penelpon. Suzy meringis, menekan bagian dadanya agar tak kembali menangis. Katakanlah bahwa dia cenggeng, tapi memang itulah kenyataannya. Dia mudah menangis, bahkan karena hal yang sepele sekalipun.

"Bukankah kau ada kelas pagi?" teman satu kamar Suzy di asrama mahasiswa bertanya, baru keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Suzy tersenyum tipis, "aku tak sengaja melewatkannya." Suzy berbohong, dia sengaja tidak mengambil kelas pagi hari ini. Menolak bertemu dengan Myungsoo yang baru dia ketahui belangnya. Pria itu mempemainkannya, bersama dengan teman-temannya yang lain. Dia hancur, benar-benar hancur. Semalam seperti mimpi buruk baginya, mimpi yang sangat nyata dan juga panjang. Untuk pertama kalinya Suzy tak merasakan yang namanya mengantuk sama sekali. Yang ingin dia lakukan hanyalah menangis walaupun hari sudah tengah malam.

"Bagaimana dengan kelas siangmu?" Tanya wanita itu lagi, duduk di bagian ranjangnya dengan memegang cermin bundar. Suzy menunduk, memainkan tangannya dengan gelisah. "Ada apa? Kau punya masalah?" Suzy menggeleng, berbohong dengan gerakan tubuh. Bibirnya bergetar, dia ingin mengatakan bahwa dia punya masalah. Bahwa dia telah ditipu oleh pria yang sangat dia cintai, tapi dia tidak punya keberanian untuk menceritakan kebodohannya sendiri. Wanita itu terlalu takut dengan tanggapan orang-orang terhadapnya. Dia memikirkan banyak hal.

"Apa mungkin kau sakit?" wanita itu mengeringkan rambut dengan menggunakan handuk, memperhatikan wajah Suzy yang kini tak bisa dibilang baik.

"Tidak, aku baik-baik saja." Selain hati dan harga dirinya yang hancur, wanita itu baik-baik saja. Semalaman tidak tidur karena menangis sendirian di atap asrama tidak membuatnya jatuh sakit, walaupun sebenarnya sang wanita berharap dia jatuh sakit sekarang juga agar memiliki alasan untuk melewatkan semua kelas yang ia punya. Dia benar-benar tidak ingin melihat Myungsoo sekarang.

"Aku pergi." Suzy menyandang tasnya yang berisikan beberapa buku catatan dan modul, memeluk dirinya sendiri dengan jaket paling besar yang ia punya. Wanita itu mengerai rambutnya, menuntun poni agar sedikit menutupi wajah. Bahkan ia memakai kacamata tanpa minus yang sengaja ia pinjam dari teman seasramanya yang lain. Suzy berharap Myungsoo tak melihatnya hari ini. Dia tahu jadwal pria itu, selain kelas pagi, Myungsoo tak punya kelas lainnya untuk hari ini. Jadi Suzy berharap supaya tak bertemu dengan pria itu.

-oOo-

Myungsoo terus mengernyitkan keningnya, menghubungi Suzy berkali-kali walaupun dia sudah muak dengan itu. Tidak terhitung lagi sudah berapa kali dia menghubungi sang wanita sejak dia bangun tidur ―tidak mendapati sosok wanita itu di ranjangnya, dan tak ada pesan apapun yang tertinggal. Dia bingung, karena Suzy tak biasanya begini. Wanita itu selalu mengangkat teleponnya pada deringan pertama. Kenapa Myungsoo tiba-tiba jadi gelisah.

Second Chance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang