Cuaca hari ini sepertinya tidak mendukung bagi penduduk Tokyo. Hari ini hujan deras. Byan yang sedari tadi duduk bertekuk lutut di atas kasur memandangi derasnya hujan di luar sana.
"Ini," ucap Yudha sambil menyodorkan kopi hangat untuk Byan dan juga untuknya.
"Terima kasih."
"Mungkin hujan tidak mendukung bagi mereka. Tapi, aku bersyukur, karena berkat turunnya hujan aku bisa menghabiskan waktuku bersamamu," ucap Yudha tersenyum manis. Namun Byan hanya diam saja dan masih asyik menyeruput kopinya. Aku sudah terlalu kebal untuk mendengar kata-kata manis dari mulut bajajmu.
"Hah? Kau tidak senang? Setidaknya kau tersenyum mendengarnya."
Byan menoleh pada Yudha dan memasang senyuman yang berkesan dibuat-buat, sehingga terlihat konyol sekali. CEKREK, dengan sigap Yudha memotret wajah Byan dikala itu. Yudha melihat ponselnya dan memasang tawa khasnya, lalu mengejek Byan dengan memperlihatkan foto di ponselnya tersebut, seolah dia berkata, "Aku telah mendapatkannya".
"Aku ditipu?" Byan melotot pada Yudha yang sedang mengangguk dan tersenyum dengan sangat imut, ia memasang wajah tanpa dosa pada Byan. Byan mengisyaratkan Yudha agar menghapus foto konyolnya itu atau ia akan menghabisinya saat itu juga.
Yudha menggeleng dia tetap teguh pada pendiriannya. Byan segera meraih ponsel yang berada di genggaman Yudha itu, namun Yudha mengelak dan menjauhkan ponsel itu dari jangkauan Byan. Byan tetap pantang menyerah dan terus berusaha meraih ponsel itu.
BRUK. Byan sungguh sial, bukannya mendapatkan ponsel itu Byan justru jatuh dari kasur dan menimpa Yudha.
Ah, bukan. Bukan hanya Byan yang sial,Yudha juga begitu. Mereka meringis merasakan perih di badan mereka masing-masing. Kejadian ini hampir serupa dengan kejadian di meja makan beberapa minggu yang lalu.Byan berusaha bangkit, Byan menunduk melihat tangannya yang sedang bertengger tepat di dada bidang Yudha. Dengan sigap Byan menjauh dari Yudha dan terpojok di dinding sambil mengangkat tangannya. Yudha yang menyaksikan kelakuan Byan yang baru saja terjadi itu terkekeh.
"Ja..jangan tertawa," ucap Byan terbata-bata.
"Byan, itu hal biasa. Kau harusnya terkejut jika terjadi sebalik.."
BUKK. Byan segera melempar sebuah bantal ke wajah Yudha. Dia menjerit dan berlari secepat kilat menuju kamar mandi. Byan juga mengatakan kata mesum pada Yudha saat kabur tadi. Sepertinya Byan salah sangka terhadap perkataan yudha yang belum sepenuhnya selesai itu.
Yudha sebenarnya bermaksud mengatakan jika terjadi sebaliknya itu adalah posisi mereka. Jika Yudha yang menimpa Byan, tentu saja dengan tubuhnya itu pasti membuat Byan kesakitan. Sedikit pun ia tidak ingin mengatakan hal yang mengarah ke yang tidak-tidak.
"Aku mesum?" ucap Yudha masih mencerna perkataan Byan. GREP. Yudha memeluk dadanya seperti anak gadis yang melindungi diri dari penjahat kotor. "Itu salah, kau yang mesum. Sembarangan memegang dada kekarku yang bidang," gumamnya. Yudha yang merasa aneh dengan dirinya terdiam dan memikirkan apa yang barusan ia lakukan. Sedetik kemudian, dia menyadari bahwa ada yang salah dengan dirinya.
Ya, dia berlagak seperti anak perempuan. Dia mengerang dan mengutuk dirinya karena telah melakukan hal yang memalukan itu. Sedangkan, di kamar mandi, Byan sedang mengutuk Yudha. Ia terus-menerus mencuci wajahnya.
Byan mendengar suara ketukan dari luar pintu kamar mandi. Dia juga mendengar Yudha meminta maaf karena dia sudah bercanda yang berlebih-lebihan. Dia mengoceh dengan panjang lebar.
Yudha juga berkata bahwa Byan boleh menghukumnya asalkan Byan memaafkan dirinya. Byan yang berada di kamar mandi menyeringai, sepertinya dia sedang memikirkan rencana untuk menghukum Yudha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain & Bow
RomanceByan. Ini tentang sisi yang tidak orang-orang ketahui dariku. Rahasia dan alasanku bersikap seperti ini, sudah menjadi kebiasaanku, membenci seorang pria, dari dulu. Berkali-kali kuperingatkan untuk tidak mencampuri urusanku, jangan menyesal jika ka...