16 : KAULAH WANITAKU

46 6 0
                                    

Teriakan para gadis menggelora di pantai pagi ini, kegembiraan mereka persis dengan cuaca pagi yang cerah. Yudha yang sedari tadi melihat gadis-gadis itu terlihat sangat fokus. "Indahnya, hehehe..," ucap Yudha dengan tetap menatap fokus ke depan.

Entah dari mana Yudha seperti kerasukan hantu genit yang senang melihat gadis-gadis itu. Sifatnya saat ini persis dengan petapa genit, sebutan bagi tokoh Jiraiya dalam animasi Naruto yang merupakan salah satu tokoh kartun Jepang yang terkenal dengan sifat genitnya.

"Yang bagian mana?" tanya Shin santai. Namun, hal itu justru membuat Yudha berteriak karena terkejut. Ouch, lihat. Pose Yudha yang terkejut itu sangatlah aneh.

"Laut atau gadisnya?" tanya Shin lagi.

"Ehm, semuanya."

"Jika kau melihat adikku dengan pandangan yang seperti tadi.."

KRETEK KRETEK. Suasana pantai yang mencekam bagi Yudha, dia bergidik ngeri melihat Byan dan Shin yang siap melahapnya kapanpun dan di mana pun.Yudha tentu saja langsung menggerak-gerakkan tangannya dan menggeleng.

"Mengapa kita tidak ikut mereka saja?" ucap Shin bermaksud mengajak Byan untuk bergembira bersama Dian dan Rin Ah.

"Tidak, aku lebih suka memotret kegembiraan mereka."

"Ayo, cobalah," ucap Shin bersikeras dengan perkataannya tadi. Shin menarik tangan Byan dan membawanya merasakan kenyamanan laut sama halnya seperti Dian dan Rin Ah.

Yudha sepertinya tidak terima sikap akrab Shin pada Byan, kekasihnya. Yudha mengikuti mereka bahkan sesekali ia mengganggu keakraban Shin dan Byan. Namun, sikap kekanak-kanakan Yudha tidak dianggap oleh mereka dan tetap asyik menikmati laut indah itu.

Disaat mereka mulai lelah bermain, sepertinya pembalasan mereka terhadap Yudha mulai terlihat. Mereka selalu memerintah Yudha layaknya pembantu. Membawakan ini itu, pulang balik dari mobil dan kembali lagi ke pantai.

***

Byan yang saat ini sedang fokus dengan pekerjaannya, sangat membuat Yudha bosan. Yudha mulai memperlihatkan sifat kekanak-kanakannya.

"Byan, nyaw," ucap Yudha meniru pose kucing yang sedang mengkibas-kibaskan ekor meminta ingin dimanjakan Tuannya.

"Ayo, temani aku jalan-jalan, nyaw," ucap Yudha lagi yang kini ia lakukan mencolak-colek bahu Byan.

"Apa kau tidak lihat? Aku sedang sibuk," ucap Byan menepis tangan Yudha dari bahunya. Ia sudah kehilangan kesabaran untuk membiarkan Yudha bertingkah.

"Tapi, aku sudah janji padamu. Jika pekerjaanku selesai, aku akan mengajakmu jalan-jalan," ucap Yudha merajuk sedih menopang tangan dan kepala di punggung sofa.

"Lain kali saja."

"Kapan?"

"Aku tidak tahu, pokoknya lain kali saja. Uh, aku harus mengirimnya nanti malam."

"Kalau begitu aku akan membantumu. Kemari, berikan padaku," ucap Yudha merebut laptop yang sedang bertengger di tangan Byan.

"Tidak, jangan yang ini, kau tidak akan mengerti. Mmm, yang itu saja."

Jangan bilang pria itu Yudha, kalau ia tidak akan bertingkah lucu selama bekerja. Pria yang dikenal sangat humoris di lingkungan kerjanya itu tidak jarang bersifat kekanak-kanakan di depan Byan.

"Hihi.." Sontak Yudha terdiam melihat Byan yang sedang tertawa kecil di depannya. Baru kali ini Yudha melihat Byan tertawa tanpa beban, senyuman yang sangat indah.

Rain & BowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang