"Oh, Tuhan. Ada apa ini? Mengapa aku berada di tempat segelap ini? Aku tak bisa melihat apapun. Dan mengapa tubuhku tak dapat bergerak? Tubuh ini terasa sangat kaku. Apakah aku benar-benar mati? Mengapa aku harus berakhir ditangannya? Apakah takdirku setragis ini? Aku tak mau berakhir seperti ini. Kulitku, mengapa kulitku panas? Dan rasa sakit apa ini? Tuhan, tolong bangunkan aku kembali dan jika dia masih hidup,beritahu aku ada di sini, disekap oleh psikopat."
______
Byan memeriksa seluruh barang-barang bawaannya. Sudah saatnya ia pulang ke Jakarta dan Yudha sepertinya sudah menunggunya di bandara. Rencana Yudha seminggu yang lalu ternyata berjalan dengan sangat baik, Yudha bisa bertahan untuk tidak bertemu dengan Byan sejak seminggu yang lalu. Byan, benar-benar gugup, entah apa yang dipikirkannya.
Byan mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur, ia berniat untuk menghubungi Yudha apakah ia memang benar-benar sudah berada di bandara atau belum. Tetapi ia segera mengurung niatnya karena Yudha berpesan pada Byan kalau dia tidak boleh menghubungi Yudha sebelum mereka bertemu di bandara hari ini. Byan yang asyik menimang-nimang dikejutkan oleh suara gedoran dari pintu apartemennya tanpa henti. Byan menjadi takut dibuatnya, dengan perasaan yang was-was ia membuka pintu itu.
"Hhh, Marco, kau membuatku cemas," ucap Byan mengelus dadanya, perasaan was-wasnya sudah bermetamorfosis kembali, ia sudah merasa lega.
"Byan, dengarkan aku. Yudha tidak ada di apartemennya," ucap Marco, ia terlihat sangat kacau.
"Baguslah. Berarti dia sudah pergi ke bandara," ucap Byan tenang.
"Mana mungkin, kopernya saja masih di apartemen."
"Lalu, kau beropini dia diculik? Dengan tubuh seperti itu tidak mungkin ada orang yang berani dengannya."
"Entahlah. Tapi, menurutku ini ada kaitannya dengan si peneror."
"Peneror?"
"Selama tiga hari ini dia selalu di teror oleh peneror itu."
"Kau tahu dari mana?"
"Aku tadi melihat kertas yang telah di sobek di apartemennya. Lalu aku menyatukannya, di situ ada surat si peneror"
"Di mana?"
Marco mengajak Byan ke apartemen Yudha dan memperlihatkannya pada Byan. Byan juga menemukan kertas yang telah diremas di pintu masuk apartemen dan ternyata kertas itu juga merupakan surat dari si peneror. Byan benar-benar sangat terkejut setelah itu ia memperlihatkannya pada Marco.
Aku kembali...
(CHOSTER)
Marco dan Byan mengobrak-abrik apartemen Yudha, barang kali masih ada petunjuk lainnya. Yang mereka temukan hanya kertas yang telah disobek-sobek dan kertas yang telah diremas. Setelah mereka mengumpulkan semua petunjuknya, mereka mulai menyelidiki isi surat tersebut.
"Dengan petunjuk yang sedikit ini, bisa saja sulit untuk memecahkannya," ucap Marco yang terlihat frustrasi, dia sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya.
"Untungnya tidak. Aku menemukan celah. Di sini bertuliskan sebuah alamat, barangkali mereka bertemu di sini. Kau kenal tempat ini?"
Marco terdiam sejenak kemudian berseru, "Gedung A bagian selatan jembatan XXV. Ah, sepertinya aku ingat!"
Mereka segera menuju ke alamat yang tertulis di kertas itu. Tidak butuh waktu lama untuk Marco menemukan tempat itu, ia memang benar-benar mengenali tempat itu. Tempat yang dulu pernah ia datangi juga.
"Gedung apa ini?" tanya Byan, ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru gedung itu. Dilihat dari kondisinya, gedung itu sudah lama tidak digunakan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain & Bow
RomanceByan. Ini tentang sisi yang tidak orang-orang ketahui dariku. Rahasia dan alasanku bersikap seperti ini, sudah menjadi kebiasaanku, membenci seorang pria, dari dulu. Berkali-kali kuperingatkan untuk tidak mencampuri urusanku, jangan menyesal jika ka...