sekilas ingatan

1.9K 147 9
                                    

•••

Yang hilang belum tentu tak dapat di temukan lagi, yang pergi belum tentu takkan kembali dan begitu pula yang dilupakan akan teringat lagi.

•••

"Jangan pergi tanpa kabar seperti itu lagi sayang, kau.. membuatku khawatir" ujar Naufal terputus putus. Bisa Ira rasakan badan Naufal panas.

Brukk..

"Bang fal...." pekik Ira saat Naufal sudah terjatuh tak sadarkan diri di lantai cafe.

Dengan siagap Kevin dan rekta seta batuan beberapa pelayan cafe itu mengangkat Naufal keluar cafe, ira mengambil kunci mobil Naufal dan segera membukanya.

"Naufal!!!. Dia kenapa ?" Tanya seseorang yang menhan tangan Ira saat dia akan masuk ke mobil menyusul Kevin dan rekta.

"Iqbaal!!?" Pekik Ira.

(NamaKamu) pov

"Iqbaal!!?" Pekikku saat melihat Iqbaal masih dengan seragamnya menatapku dengan tanya.

"Naufal kenapa ?" Tanya Iqbaal lagi masih dengan wajah herannnya.

Baru saja aku mau jawab bang Kevin lanhsberbicara di samping ku dan mengalihkan perhatian ku padanya.

"Ira, Abang tutup cafe dulu aja ya, buat ngenter .." ucap bang Kevin menggantung karena tak tahu nama Naufal.

"Eh, gak usah bang. Cafe lagi rame itu biar dia ajah yang ngeter " cerocos rekta tiba tiba sambil menunjuk Iqbaal.

"Boleh, biar gue ajah " ucap Iqbaal mengambil kunci mobil naufal dan masuk kedalam tepat di depan kemudi.

"Yaudah bang Ira balik ya " aku buru buru masuk kedalam mobil dan duduk sambil memangku kepala Naufal.

"Iqbaal jangan kerumah sakit, bawa kerumah aja, Naufal gak suka Rumah sakit " entah atas dasar apa aku mengatakan itu, Iqbaal hanya menurut sepat aku melirik dia sedang tersenyum tadi.

Sampai dirumah setelah setengah mati membawa Naufal ke atas bersama Iqbaal, Sekarang aku sedang berdiri di balkon kamar Naufal.

"(NamaKamu)" panggil Iqbaal, berjalan ke arah ku. Sekarang dia sudah mengunakan pakaian santai. Tadi aku memaksanya mengati bajunya dengan baju Naufal.

"Iya?" Tak ada balasan dari Iqbaal setelah itu. Dia hanya berdiri di samping ku dan memandang ke taman kecil samping Rumah.

Karena Iqbaal diam aku pun ikut diam dan memikirkan semua yang telah terjadi tadi, baru aku ingat Naufal memanggil ku 'sayang'. Jujur aku bahagia ternyata masih ada orang yang sayang padaku tapi dengan wantu yang sama aku juga merasa bimbang, sebenarnya aku memang menerimanya berada di dekat ku walalu tak menerima sepenuhnya namun dengan kata dia adalah kakakku masih tak bisa di terima oleh pikiranku.

Jika memang iya, apa yang membuatnya meninggalkan adiknya sendiri tanpa kasih sayang selama ini.

Apa sesuatu pernah terjadi sebelumnya?, Kenapa aku tak mengingat apa pun?.

'bang fal..' kata itu terlintas di otakku membuat kepalaku berdenyut nyeri.

"Bang fal" gumangkuengulangi kata itu.

"Bang fal.., "
"Abang iii, main boneka sama adek"
"Bang fal.., ii adek nangis loh bang!"

Sekilas terbersit anak perempuan yang sedang manarik lengan anak laki-laki. Membuat kepalaku semakin pusing. Apa itu tadi?

"Lo kemana semalam ?"tanya Iqbaal padaku, namun tak kujawab karena sakit di kepalaku semakin menjadi saat mengingat hal yang membuatku meninggalkan Rumah kemarin.

"Lo gak apa apa ?" Tanya Iqbaal panik, langsung mengangkatku masuk kedalam kamar dan membaringkan ku di kasur Naufal, tapi samar ku lihat Naufal tak ada di sana, entak mana dia pergi.

"Iraa..." samar kudengar pekik seseorang dan bisa ku pastikan itu adalah Naufal. Setelah itu aku tak mendengar apapun lagi dan semua gelap

***
Mataku mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina mata ku.

Hal pertama yang kurasa saat bangun adalah segar, nyaman dan sedikit legah.

Baru kali ini aku tidur tanpa di datangi mimpi itu, ku edarkan pandangan ku sekeliling kamar ini dan pandangan ku jatuh pada dua orang yang tertidur di sofa.

Hampir saja aku tertawa saat melihat wajah mereka penuh dengan sesuatu yang berwarna putih entah itu bedak atau tepung. Sepertinya mereka habis main kartu tadi, aku turun dari kasur lalu pergi ke balkon kamar.

Ternyata sudah gelap, bintang bintang berkelap-kelip di atas sana menjadi hiasan di sebuah kegelapan malam.

Saat aku sedang asik menatap bintang tiba tiba seseorang menepuk bahu ku membuatku berbalik menatapnya. Naufal.

"Diluar dingin, masuk dek!" Ucapnya menyerupai perintah yang tak terbantahkan, baru saja aku ingin masuk namun aku membatalkan niat ku saat aku ingat bahwa Naufal itu sedang demam.

Alhasil aku kang berbalik dan langsung menaruh tangan ku di dahinya. Demamnya sudah turun.

"Kau sudah minum obat.?" Tanya ku karena dia masih terdiam. Tiba tiba dia memelukku.

"Ada apa ?" Tanya ku setelah dia melepas pelukannya.

"Jangan di paksa saat tidak bisa di ingat. Maaf ya " ucapnya memegang tanganku.

"Minta maaf?" Cengoh ku

"Soal mama, aku tau adek pergi karena kecewa sama Mama menerima saat aku ajak bertemu dan Mama setuju" jelasnya, baru kali ini dia berbicara lembut sampai menggunakan aku-kamu.

"Akan ada waktunya buat kamu ketemu Mama tapi bukan sekarang. Keadaan tak memungkinkan saat ini" tambah Naufal. Belum waktunya?, Itu maksudnyakan? harus berapa lama lagi.

Perasaan ku bimbang refleks tangan ku memegang kaos bagian depan Naufal sambil tertunduk.

"Lalu kapan waktu yang tepat" cicit ku masih meremas kaosnya. Naufal tak menjawab melainkan membawaku ke pelukannya jujur rasanya nyaman.

"Ekhem..." deheman Seseorang membuat ku melepas pelukan Naufal.

"Cih perusak suasana " desis Naufal pada Iqbaal yang nyengir di pintu pembatas kamar dengan balkon.

"Yaelah lagian lo udah punya pacar, nih lagi nelfon ganggu orang tidur, udatau mimpi indah. Jalan bareng ira dia nelfon ganggu tau" cerocos Iqbaal menyebut nama ku. Tunggu dia mimpiiin aku gituh. Aoa Yadi panggilannya 'ira'?

"Wah benarkah, kematian ponselku " Naufal merebut ponselnya dari tangan Iqbaal kemudian menjauh dari aku dan Iqbaal untuk menerima telfonnya.

"Iqbaal, Naufal punya pacar ?" Tanya ku bingung, bagaimana mungkin ada orang yang suka dengan orang seperti itu, sikapnya tak bisa di tebak.

"Ada kok namanya Zoe" jelas iqbaal, oh jadi nama pacarnya Zoe orangnya cantik gak ya ? Cocok gak ya sama Naufal?
Eh..!?, Kok aku yang urus ih bukan urusan aki juga kan.

"Dek,, gue pergi ya " ucap Naufal berlari kecil mengambil jaket dan pergi keluar.

Blam..

Setelah beberapa menit terdiam karena kepergian Naufal, aku merasa canggung sendiri.

"Em.. (NamaKamu), jalan yuk, kepercayaan Deket sekolah." Ucap Iqbaal, aku pikir pikir gak ada salahnya jalan sama iqbaal, tapi ada yang aneh pada ku saat mendengarnya menyebutku 'namakamu', entah lah apapun itu mungkin hanya perasaanku saja.

***

"Woaaa.." kagum ku saat tiba di gerbang perayaan itu. Disana benar benar indah dengan lampu lampu yang menghiasi setiap stan yang ada di sana.

"Lo gak pernah ke perayaan ?" Tanya iqbaal, aku hanya mengangguk dan tanpa sadar aku tersenyum tipis.

"Gue kangen senyum lo"

Tbc
•••
Hai hai Im comeback🙌

Your Are My Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang