Part 5

3.7K 160 1
                                    

Patricia pergi ke rumah mertuanya dengan penuh harap sambil terus berdoa minta pertolongan tuhan. Sesampainya di rumah kedua mertuanya, Patricia sangat kaget melihat Paula ada di dalam rumah itu. Paula sangat akrab dengan kedua mertuanya dan adik iparnya.

Bahkan Patricia saja meskipun sudah 6 tahun menikah dengan Peter dia masih tidak bisa akrab dengan kedua mertuanya dan adik iparnya. Karena mereka bertiga selalu menjaga jarak dan bersikap acuh tak acuh pada Patricia.

Mau ngapain kamu kesini? Pintu rumah ini tertutup untuk kamu. Tega-teganya kamu mencoreng nama baik keluarga ini.
Ucap papi Peter marah-marah.

Maafin Patricia pi, Patricia tidak bermaksud mencoreng nama baik keluarga ini.

Keluar kamu dari rumah ini sekarang juga. Mulai hari ini kamu bukan lagi bagian keluarga ini.
Ucap mami Peter dengan sangat kasar.

Mami, Patricia mohon jangan usir Patricia. Seharusnya bukan Patricia yang mami usir tapi wanita itu. Wanita yang telah menghancurkan rumah tangga anak mami.

Loe mau ngejelek-jelekin gue di depan mami dan papi?

Apa?
Mami?
Papi?
Ucap Patricia kaget.

Iya, memangnya loe nggak tahu mami dan papi sendiri kok yang menyuruh gue panggil seperti itu.

Apa?
Mami, papi, kenapa kalian berdua tega sama Patricia? Patricia belum bercerai, Patricia masih istri sah mas Peter.

Udah deh mbak, loe pulang aja sana. Jangan buang energi loe saat semua orang di dalam rumah ini membenci loe.
Ucap Berta adik ipar Patricia.

Sana, pulang loe jangan ganggu acara keluarga ini.

Ucap Peter kasar sambil mendorong tubuh Patricia keluar dari dalam rumahnya. Saat di luar Patricia menggedor-gedor pintu rumah mertuanya. Peter pun menelpon satpamnya yang sedang jaga di dalam pos jaga untuk mengeluarkan Patricia dari dalam halaman rumahnya.

Bu Patricia, saya minta maaf sama ibu. Saya tidak bermaksud mengusir ibu dari rumah ini. Tapi saya di suruh sama pak Peter. Kalau saya tidak mengusir bu Patricia sekarang juga, saya akan di pecat. Saya mohon bu, pengertian bu Patricia. Kalau saya di pecat, istri dan anak saya gimana? Apalagi sekarang istri saya sedang hamil anak ketiga.

Baiklah pak, saya akan pergi dari rumah ini.

Maafkan saya ya bu, saya benar-benar minta maaf...

Nggak apa-apa pak, saya mengerti posisi bapak. Kalau begitu saya permisi dulu ya pak...

Iya bu. Ibu hati-hati ya mengendarai motor, jangan ngebut-ngebut. Semoga ibu selalu dalam lindungan tuhan, semoga ibu tabah menjalani segala cobaan ini.

Amen.

Patricia pun pulang ke rumahnya dan menceritakan semua yang terjadi pada mbak Ana, pembantunya.

Maafkan saya ya bu, saya benar-benar minta maaf. Saya tidak tahu akan seperti ini akhirnya. Seharusnya tadi saya tidak menyarankan dan menyuruh ibu datang ke rumah mertua ibu dan minta tolong pada mereka. Saya tidak menyangka mereka semua jahat sama ibu. Padahal bu Patricia tidak salah apa-apa. Padahal ibu Patricia orangnya sangat baik. Mengapa mata hati mereka tertutup hanya karena status sosial?

Nggak apa-apa mbak, mbak Ana nggak salah kok. Setidaknya saya sudah berusaha sebaik mungkin. Saya hanya akan memasrahkan diri saya pada tuhan.


(P) (1-13 End).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang