Part 3

4.3K 185 0
                                    

1 Minggu Kemudian...

Pagi mbak Pamela, segar dan udah cantik aja nih. Tahu aja kalau hari ini mbak Pamela udah di izinin dokter pulang.

Iya suster Patricia yang cantik, baik hati, tidak sombong, taat beribadah dan rajin menabung.

Ucap Pamela sambil tersenyum.

Mbak Pamela bisa aja. Mbak, mbak harus ingat, harus rajin kontrol ke rumah sakit...

Iya adik angkatku yang seperti bunda maria...

Adik angkat?
Bunda Maria?

Iya, kenapa kamu nggak mau ya jadi adik angkat seorang pasien HIV Aids seperti mbak?

Mbak sensi ya, pasti mbak Pamela lagi PMS. Siapa bilang mbak, Patricia nggak mau jadi adik angkatnya mbak Patricia? Banyak saudara itu kan bagus, apalagi semua keluarga Patricia ada di kampung.

Tuh kan kamu seperti Bunda Maria, baik banget sama mbak dan penuh kasih sayang pada sesama umat manusia. Kamu juga satu-satunya orang yang ada di rumah sakit ini yang tulus merawat mbak tanpa sedikit pun memandang rendah mbak, dengan sebelah mata seperti suster-suster dan dokter-dokter yang ada di rumah sakit ini. Semoga hidup kamu selalu di berkahi sama tuhan ya Patricia...

Amen.
________________

1 Bulan Kemudian...

Di rumah sakit...

Mbak Patricia, ini suami mbak kan?

Ucap seorang perawat muda menunjukkan sebuah foto yang ada di instragramnya pada Patricia. Patricia pun melihat foto di instagram rekan kerjanya. Patricia sangat kaget melihat foto suaminya bersama seorang wanita sedang berbaring di atas ranjang.

Nama wanita tersebut adalah Paula Angelina dan dia adalah seorang Pramugari di perusahaan penerbangan yang sama dengan Peter suaminya Patricia. Patricia pun langsung cepat-cepat pulang ke rumah dan menunjukkan foto-foto di IG tersebut pada suaminya.

Mas Peter, ini apa mas? Ini foto apa? Kenapa mas bisa berfoto seperti ini dengan wanita lain? Apalagi di atas ranjang seperti ini. Apa yang telah mas dan wanita ini lakukan? Kenapa mas selingkuh mas, kenapa? Apa ini sebabnya mas berubah? 

Ucap Patricia marah-marah untuk pertama kalinya.

Kamu nggak usah urusin urusan aku. Kalau kamu sudah tahu itu bagus. Jadi aku nggak perlu cari-cari alasan lagi untuk bertemu sama Paula. Jadi aku nggak perlu cari alasan lagi untuk menceraikan kamu. Aku bosan hidup sama kamu. Seharusnya dulu aku mendengar nasehat kedua orang tuaku dan adikku Berta. Nggak sepantasnya aku menikah sama wanita miskin dan kampungan seperti kamu.

Ucap Peter sambil menunjukkan jarinya ke arah wajah Patricia yang berlinangan air mata. Setelah itu Peter pun pergi meninggalkan rumah begitu saja tanpa memperdulikan tangisan anaknya Panji.

Patricia pun cepat-cepat mengambil Panji dari gendongan mbak Ana dan menenangkannya. Patricia menghapus air mata di wajah putranya dan di wajahnya sendiri.

Bu, ibu nggak apa-apa kan? Biar saya aja bu yang gendong mas Panji. Ibu istirahat aja di dalam kamar

Nggak apa-apa mbak. Mbak, apa saat saya kerja shift malam, bapak nggak pernah ada di rumah? Tolong jawab yang jujur mbak...

Iya bu, bapak selalu bilang tidur di rumah orang tuanya.


(P) (1-13 End).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang