Part 11

4K 156 0
                                    

Patricia berada di depan rumah duka sedang menyaksikan prosesi kremasi kematian Pamela bersama kedua orang tua dan saudara-saudara Pamela dari kampung dengan beruraian air mata. Setelah prosesi kremasi selesai, abu tubuh Pamela yang ada di dalam guci segera di makamkan di pemakaman umum.

3 Tahun Kemudian...

Patricia berlari-lari di lorong rumah sakit. Dengan nafas ngos-ngosan Patricia masuk ke dalam sebuah ruang rawat inap. Patricia langsung mendekat.

Papi...
Papi kenapa?
Apa benar papi sakit HIV Aids?
Itu nggak benar kan pi?

Ucap Patricia berlinangan air mata membasahi masker yang menutup wajahnya. Papi Patricia ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak bisa. Patricia pun mendekatkan wajahnya ke wajah papi Peter. Tidak lama kemudian nafas papi Peter tersengal-sengal tidak lama kemudian layar monitor berbunyi. Papi Peter pun meninggal dunia.

Hal yang sama pun terjadi berturut-turut di keluarga Peter selama selang waktu 2 bulan satu persatu anggota keluarga Peter meninggal dunia karena penyakit HIV Aids. Patricia selalu menangis tersedu-sedu saat satu persatu dari mereka meregang nyawa. Mulai dari papi, mami, Berta, Petrus, Paula dan Peter.
_______________

Di hari kematian Peter, Patricia secepatnya mengurus semua berkas-berkas untuk pemindahan makam anaknya Panji ke kampung halamannya. Beberapa hari kemudian, prosesi pemindahan makam putranya Panji selesai di lakukan dengan di pimpin oleh seorang Pendeta yang ada di kampung halaman Patricia.

Semua keluarga Patricia bersimpuh di makam Panji, menangis dan berdoa bersama-sama. Satu persatu semua anggota keluarga pulang ke rumah mereka masing-masing sedangkan Patricia masih menemani anaknya Panji.

Patricia bersimpuh di depan makam anaknya yang baru dengan bertuliskan nama Panji Pradipta di atas batu nisan. Patricia memang mengganti nama Panji Permana menjadi Panji Pradipta mengikuti nama keluarganya bukan nama mantan suaminya. Di depan makam anaknya Panji, Patricia berbicara sendiri di dalam hatinya...

Anakku Panji, kau tidak akan kesepian lagi di sana. Di sini mama, kakek, nenek, paman, bibi dan semua saudara-saudara sepupu kamu akan sering berziarah ke makam kamu dan selalu mendoakan kamu.

Mulai sekarang tersenyumlah dengan bahagia, ibu sudah membalaskan dendam kita berdua pada semua orang-orang yang jahat pada kita berdua. Orang-orang yang telah tega memisahkan kita berdua di dunia ini. Orang-orang yang telah tega membuat ibu mendekam di dalam jeruji besi dan tidak bisa menemani kamu saat kamu sakit dan menghembuskan nafas terakhir.  Anakku Panji suatu hari nanti kita berdua pasti bertemu lagi di alam yang sama.

Flashback...

Di area pemakaman Panji...

Saat Patricia dan keluarganya meninggalkan area perkuburan, Patricia kembali menoleh ke arah belakang, ke makam anaknya Panji.

Panji sayang, mama akan membalas rasa sakit yang telah mereka lakukan pada kita berdua. Mereka semua harus menemani kamu di dalam tanah dengan cara apa pun.
Ucap Patricia di dalam hati penuh dengan dendam.

Flashback End.

(P) (1-13 End).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang