Aku terbangun disofa ruang keluarga. Ayah tidak membangunkanku. Dia sudah tidak ada di rumah, kurasa dia memang sudah tidak memperdulikanku.
Aku beranjak dari sofa. Ahh badanku sakit semua! Aku harus bergegas atau aku akan terlambat.
Setelah terburu-buru menyelesaikan ritual pagiku. Aku melangkah kedapur. Setidaknya aku harus minum seteguk susu sebagai sarapan.
Makan dan tidak usah pergi sekolah hari ini.
Aku menemukan sebuah pesan tertempel dipintu kulkas. Ayah masih memperhatikanku. Tapi maaf ayah! Aku sudah terlanjur akan berangkat, lagi pula ada ulangan hari ini.
Aku berangkat dengan ojek yang slalu mangkal didepan komplek.
Sudah kukira aku akan terlambat. Untung saja ulangan hari ini pelajaran terakhir."Esta kamu masuk? Tapi tadi ayahmu bilang kamu izin ga masuk hari ini?"
Ehh ayah?
"Sudahlah. Kamu masuk barisan saja!"
Aku haus! Lari keliling lapangan bukan kesukaanku. Apalagi disuruh panas-panasan berdiri sampai jam istirahat.
Sudah ada Anne dan Tora dikantin. Mereka tampak heran melihatku. Kurasa mereka juga mendengar kalau aku tidak masuk hari ini.
"Kamu masuk Es?"
"Es, ayahmu bilang, Kamu ga masuk hali ini?"
Aku menghabiskan jus jeruk milik Anne. Aku haus sekali.
'Aku hanya bangun kesiangan'
'Kamu tau ayahku Tor?'
"Tentu saja. Tadi aku beltemu dengannya di palkiran. Wanita tadi ibumu? Kenapa kalian ga mirip? Jangan-jangan kamu bukan anak meleka"
Degg~~~
Ucapan Tora menohok hatiku. Ingin rasanya aku mengatakan Iya dengan keras. Miris sekali hidupku!
"Eh jika dilihat-lihat kamu malah mirip denganku Es. Kita memiliki mata yang sama. Bibir dan hidung kita juga sama. Jangan-jangan kamu kakak ku Es?"
"Ck jangan dengarkan dia Es! Ayo kita kekelas. Aku belum belajar untuk ulangan"
~~~~~
Aku menyelesaikan ulanganku dan langsung keluar. Tidak lama setelah itu Anne menyusul.
Hari ini aku ada jadwal latihan. Aku sudah mengirimi ayah pesan dan seperti biasa. Ayah tidak lagi membalasnya.
Ayah menjelma jadi orang asing dihidupku. Atau memang dia sebenarnya orang asing?
Om Guntur tidak menungguku latihan. Dia sibuk mempersiapkan segala keperluan acara 3 hari lagi.
Aku pulang hampir malam. Memang sulit pulang cepat menggunakan bus.
Beberapa orang terang-terangan memperhatikanku yang berbicara menggunakan buku. Beberapa dari mereka menatapku kaget, ada juga yang menatapku iba.
Aku benci tatapan itu! Aku bukan seorang pengemis yang harus mendapat belas kasih mereka. Aku punya seorang ayah! Atau setidaknya pernah merasakan punya ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Me & My Dad(TAMAT)
General Fiction"Aku hanya ingin AYAH. Aku tak mau yang lain, termasuk IBU" Ayah bilang aku spesial. Aku lebih istimewa dari anak lain. Aku lebih kuat dari anak lain. Itu kenapa Tuha hanya memberiku seorang Ayah tanpa ibu. Mahes Pradipta. Pria tangguh yang bekerja...