Lisa tesenyum saat hal pertama yang dilihatnya setelah ia membuka mata adalah Sehun yang tertidur dengan kepala yang disandarkan pada tepian ranjang. Tangannya terasa hangat karena digenggam dengan erat dengan oleh Sehun. Ia tidak terlalu ingat apa yang terjadi padanya kemarin. Ia hanya ingat ia merasakan rasa sakit yang luar biasa pada bagian perutnya di malam hari. Ah, ia juga mengingat menghubungi Sehun saat rasa sakit yang dideranya semakin menjadi. Setelahnya ia tidak mengingat apa pun.
Pagi ini ia terbangun dengan aroma antiseptik menguar di sekitarnya, mengindikasikan bahwa kini ia tengah berada di rumah sakit. Ia melirik tangannya yang ditusuk jarum infus, lalu menghela napas berat. Ia tidak pernah menyangka jika akan jatuh sakit secara tiba-tiba. Ia tahu jika akhir-akhir ini ia mengalami stress, tapi tidak menduga jika stress tersebut akan membuatnya jatuh sakit seperti sekarang.
Lisa melempar pandangannya ke jendela yang tidak tertutup tirai. Di luar sana langit berwarna biru cerah tanpa awan. Hari ini terlalu indah untuk dilaluinya dengan berbaring di rumah sakit dan tidak melakukan apapun. Dengan cuaca secerah ini, mungkin akan menyenangkan jika ia pergi ke pantai dan menenangkan dirinya di sana. Ia ingin melupakan sejenak permasalahannya dengan Sehun yang sudah mengkhianatinya.
Jika boleh jujur, sebenarnya ia sendiri sudah ingin menyerah. Ia sudah lelah berpura-pura bahwa ia baik-baik saja. Bahwa semuanya akan berjalan dengan baik lagi suatu saat nanti. Ia ingin kembali ke London dan meninggalkan Seoul untuk waktu yang lama. Tapi hal tersebut tentu tidak akan menyelesaikan masalahnya bukan?
Suara ketukan pelan pada pintu kamar rawatnya membuat lamunannya buyar, begitu juga Sehun yang mulai terbangun dari tidur lelapnya. Pemuda itu mengerjap-ngerjap pelan, lalu tersenyum pada Lisa saat menyadari bahwa tunangannya itu telah bangun. Sehun mengecup kening Lisa singkat sebelum mempersilakan siapa pun yang mengetuk pintu untuk masuk. Seorang perawat masuk dengan mendorong troli berisi beberapa peralatan medis.
"Selamat pagi," sapa perawat tersebut ramah.
Lisa hanya tersenyum seadanya, ia terlalu tidak bertenaga untuk membalas salam tersebut. Perawat itu tampak maklum. Dengan senyuman simpul di bibirnya, perawat itu memasang thermometer pada ketiak Lisa, kemudian dilanjutkan dengan memeriksa laju infus yang terhubung pada tangannya. Ruangan hening saat perawat itu melaksanakan tugasnya. Lisa tidak banyak bicara, begitu juga Sehun yang terlihat sangat lelah dengan kantung berwarna gelap di bawah kedua matanya. Hanya sesekali terdengar suara kicauan burung dari luar jendela.
Pemeriksaan berjalan tidak lebih dari sepuluh menit, setelah mencatat semua rekam medis Lisa, perawat itu mengundurkan dirinya dan keluar dari ruangan. Meninggalkan Lisa dan Sehun berdua saja dalam keheningan. Tidak ada percakapan yang terjadi di antara keduanya. Entah apa yang ada di pikiran masing-masing. Tapi jelas ada hawa canggung di sana. Rasanya aneh, karena sepanjang mereka saling mengenal, suasana secanggung ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
"Bagaimana keadaanmu?" Limabelas menit kemudian Sehun memutuskan untuk membuka pembicaraan.
"Bad." Lisa menjawab singkat dan lemah, kemudian setelahnya perempuan itu kembali memejamkan matanya. Seolah hanya dengan satu kata tersebut, tenaganya banyak terkuras.
"I'm sorry, I should have be there for you even before you called me." Sehun berujar lemah. Rasa bersalah dan menyesal masih menggantung di hatinya.
"You don't have to. I know how busy you are." ...with her.
"Still, I should have treat you better."
You should. Lisa ingin mengatakan hal tersebut, tapi yang keluar juga pertanyaan retoris, "kau tidak bekerja?"
Ia mendengar Sehun menghela napas berat sebelum pemuda itu menjawab, "aku akan menjagamu sampai kau sembuh."

KAMU SEDANG MEMBACA
infidélité
Fiksi Penggemar[C O M P L E T E] - Private mode I'm well aware that I can always win you back. The question is, do I really want you back? Another Sehun-Lisa Story.