Part 19 - Rest Area

28.5K 2.2K 96
                                    

Diharapkan tenang, yes? 😛

Kita main selow tapi tetep ngegas.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Wayne kembali melirik ke arah Cassandra yang sedang duduk di sampingnya, sambil terus melajukan kemudi. Keheningan sudah terjadi selama satu jam perjalanan dan sama sekali tidak ada perbincangan.

Wayne yang sudah menyelesaikan rapat dadakan di luar kantor, segera pulang ke rumah untuk membersihkan diri dan langsung menjemput Cassandra. Wayne tiba di sana, bertepatan dengan Cassandra yang juga baru tiba di apartemen, sambil membawa beberapa dokumen yang diperlukan untuk rapatnya besok.

Meminta waktu sebentar untuk mempersiapkan diri, Cassandra segera menuju ke unit apartemennya dan kembali setengah jam kemudian. Ekspresinya terlihat menahan emosi dengan kesan sinis yang kentara, meskipun begitu, dia tetap cantik mempesona.

"Mukanya jangan dijudes-judesin gitu dong. Kalau niat kamu kepengen terlihat jelek, aku cuma mau bilang itu nggak berhasil karena buktinya, kamu makin cantik," ucap Wayne memecah keheningan.

Godaan yang dilancarkan Wayne tidak memberikan respon yang berarti selain dengusan napas kasar dari Cassandra yang masih menatap ke luar jendela. Tersenyum hambar ketika menyadari bahwa Cassandra tetap tidak bisa luput dari daftar wanita yang memiliki aksi mogok jika sedang marah, yaitu ngambek.

"Kalau kamu memang nggak niat bantuin aku, cukup bilang aja. Aku nggak suka kalau ada orang yang terpaksa dan kita bisa puter balik mumpung masih belum jauh," lanjut Wayne.

Cassandra tersentak lalu menoleh. "Kalau kita puter balik, terus kamu anter aku pulang, siapa yang bakal bantuin dan temenin kamu?"

Spontan tersenyum karena merasa geli dengan reaksi spontan Cassandra, Wayne segera meraih satu tangan wanita itu dan menggenggamnya erat di pangkuan. "Emangnya kamu tega kayak gitu? Nggak kan?"

"Kenapa aku harus nggak tega kalau kamu aja tega sama aku? Kasih info mendadak, konfirmasi pake mepet, dan main jemput aja tanpa tanya aku udah dimana," balas Cassandra sambil menarik tangan tapi Wayne menahannya dengan mengeratkan genggaman.

"Iya sorry banget kalau aku nyebelin. Tapi jangan diemin orang kayak gini juga dong. Aku juga sibuk dan banyak kerjaan. Kan udah dibilangin kalau ada rekanan dari Palembang yang nyebelin, trus Hendrik cuti dan cuma Grace yang bisa temenin," sahut Waybe menjelaskan.

"Kenapa nggak Grace aja yang nemenin kamu, terus aku bantu temuin rekanan itu di Jakarta?" tanya Cassandra heran.

Wayne menggeleng dengan cepat. "Yang pertama, itu Om-Om genit yang nggak bisa liat daun muda. Kedua, kamu terlalu cantik untuk ngadepin cowok hina kayak gitu. Ketiga, aku sekalian modus buat bisa berduaan sama kamu, sekaligus lancarin pendekatan kita."

Mata Cassandra melebar kaget. "Kita pergi buat kerja, Wayne! Bukan buat macem-macem! Awas aja kalau kamu niat samperin aku ke kamar tengah malam! Aku bakalan marah banget sama kamu!"

"Etdah, belum juga ngapa-ngapain, udah jelek aja mikirnya."

"Lebih baik mikir jelek daripada mikir jorok!"

"Eits, kata siapa? Justru mikir jorok bisa dapetin chemistry yang nggak terduga lho."

"Itu cuma bisa-bisanya kamu aja!"

"Ya udah, sekarang kamu maunya gimana? Aku nggak suka kalau diem-dieman kayak gitu. Ada masalah, sampein. Nggak suka, yah ngomong. Jangan diem aja terus ngarep aku bisa baca pikiran kamu. Seriusan deh, aksi ngambek ala cewek kayak gitu, bikin semua cowok jadi bego."

UNSPOKEN MARRIAGE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang