-1-

2.5K 118 3
                                    

BRAKKKK

"BANG VINOOO BANGUNN!!!!"

Suara teriakan seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan mengenakan seragam sekolah terdengar di ambang pintu kamar yang didobrak.

Setelah mendobrak pintu kamar, si laki-laki itu langsung berjalan mendekat ke ranjang seseorang yang tadi ia panggil dengan Bang Vino.

Di atas ranjang itu dapat terlihat seongok tubuh yang tertutupi selimut, tidak bergerak sama sekali. walaupun mendapat teriakan dari adiknya.

"Bang Vino! Ayo cepetan bangun!" teriak laki-laki itu sambil mengoyang tubuh kakaknya, yang masih dibalik selimutnya.

"Ngggg... 10 menit lagi, Ta. Tanggung!" balas Vino dari balik selimutnya.

Laki-laki yang dipanggil 'Ta' tersebut mulai habis kesabarannya. Ia berdiri di samping ranjang sang kakak, lalu bersiap-siap melakukan sesuatu yang cukup ampuh membuat orang langsung bangun dari tidurnya.

Diawali dengan memegang salah satu kaki sang kakak, lalu laki-laki itu menundukan tubuhnya, bersiap-siap mundur dan...

"CEPAT BANGUN!!!! PEMALAS!!!!!"

"HUWAAAAAA!"

GUBRAK!!!

JEDUG!!!

Yahhh... pagi yang cukup indah bagi Vino.

.

.

.

Di ruang makan terlihat sebuah keluarga berjumlah empat orang sedang menyantap sarapan paginya dengan tenangnya. Di sebelah kiri meja makan terdapat dua sosok laki-laki dan perempuan paruh baya yang masih terlihat tampan dan cantik meski sudah mempunyai 2 anak, sedangkan di sebelah kanan seorang laki-laki tinggi dan di sampingnya laki-laki sedang memakan sarapannya dengan tampang lemas dan di jidatnya juga tertempel handsaplast.

"Vino, ada apa dengan jidatmu?" suara dari kepala keluarga tersebut memecah keheningan di meja makan.

"Gapapa Pah, hanya mendapat kecelakaan yang disebabkan oleh orang di sampin— wadawww!!!" sebelum menyelesaikan ucapanya sang pemuda yang dipanggil Vino tersebut tiba-tiba meringis dibarengi dengan tangannya yang meraba-raba kakinya di bawah meja makan.

"Maaf Bang, gue gak sengaja," ucap sang pelaku penginjakan dengan tampang tanpa dosa, sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan tajan sang kakak.

"Kalian ini tidak bisakah akur sehari saja?" tanya Mamah mereka.

"Dia duluan Mah," adu Vino seraya menunjuk si adik.

"Lagian dibangunin udah kaya kebo. Susah banget," balas adik Vino yang bernama Oktavian Artha tidak terima.

"Bisakah kita sarapan dengan tenang," ucap Papa Vino dan Okta dengan tegas.

"Maaf Pah," ucap Vino dan Okta bersamaan.

"Vino, Okta. Sudah kalian siapkan peralatan sekolahnya?" tanya Mamah mereka dengan lembut.

"Udah kok Mah," jawab Vino dan Okta hanya mengangguk.

Tak lama kemudian suasana di meja makan kembali menjadi khidmat hingga Vino yang sudah menyelesaikan makannya berdiri dari duduknya.

"Vino berangkat dulu ya Pah, Mah," pamit Vino seraya salim ke Papah dan Mamahnya. Setelah salim Vino langsung pergi.

Okta yang melihat kakaknya sudah pergi duluan, buru-buru meminum susunya lalu salim ke Papah dan Mamahnya.

"Bang Vino! Tungguin gue ih!" teriak Okta seraya berlari menyusul Vino.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang