-8-

1.2K 79 15
                                    

Shani Pov

Saat ini aku sedang berada di lantai 4 bersama Frieska dan Shania sedang menonton pertandingan classmeeting cabang futsal babak final antara kelasku dan Frieska.

Kelasku diwakili oleh Boby, Jinan, Dyo, Vino dan Chanzio, sedangkan kelasnya Frieska diwakili si kembar Prasetya dan 3 orang yang gak aku kenal.

Aku terkadang tertawa dan tersenyum melihat kekonyolan Vino bermain futsal. Bukan hanya aku saja yang tertawa tapi semua orang menonton.

Aku akui kalo Vino itu multi talenan, eh talenta maksudnya. Dia bisa bermain semua alat musik, bernyanyi, bermain voli, bermain basket dan futsal.

Saat aku sedang asyik menonton, tiba-tiba saja Shania yang berdiri di samping kiriku menyenggol lenganku. Aku lantas langsung menoleh.

"Kenapa, Shan?" tanyaku.

"Udah sampe mana nih progresnya?" tanya Shania tersenyum.

"Apanya?" aku tidak mengerti maksud Shania.

"Lu 'kan dah deket banget sama Vino, nah dia udah nembak lu, belum?" ucap Shania memperjelas maksudnya.

Sejak kejadian konyol namun horror saat camping beberapa bulan lalu, hubunganku dengan Vino makin dekat. Vino sering mengajakku pergi, entah menonton film, makan, bermain di game center di mall hingga menontonnya tampil bersama bandnya di sebuah kafe atau event pensi.

Karena hal itu membuat kita dianggap teman-teman di sekolah kalo kita sudah berpacaran, tapi sayangnya kami masih berstatus teman. Bukan karena aku menolak, tapi memangnya Vino yang belum menembakku.

"Apa sih, Shan. Gue sama Vino cuma temen," ucapku yang entah mengapa hatiku sakit saat mengucapkan itu.

"Temen kok sering jalan bareng ya," goda Frieska.

"Udah deh ah. Males gue bahas gituan. Eh iya, nanti 'kan kita libur semester, gimana kalo kita liburan bareng gitu." aku langsung mengalihkan pembicaraan.

"Yah, yah, yah. Alihin pembicaraan," ucap Shania. "Tapi ide lu soal liburan, oke juga. Tapi kemana?"

"Soal itu mending kita diskusiin sama pacar dan teman-teman kita, gimana?" usul Frieska.

"Boleh, deh," jawabku dan Shania menyetujui usul Frieska.

Dari bawah terdengar peluit tanda pertandingan berakhir dan kelasku sukses menjadi juara futsal putra. Segera kami bertiga turun ke bawah menuju lapangan.

Sesampainya kami di bawah, kami melihat Dyo, Boby, Jinan, Vino, Naoki dan Julian sedang berjalan menuju kantin. Di dekat mereka ada Cindy, Ikha dan Kak Melody.

Soal Kak Melody, dia itu alumni sekolahku dan lulus 2 tahun lalu. Artinya sekarang semester 3 di kampusnya. Dan dia juga yang membuat Dyo rela dihukum saat mos dulu.

Kami bertiga segera bergabung dengan mereka. Setelah kami semua berada di kantin, kami langsung menempati sebuah meja dan memesan minuman kemudian mulai mengobrol, topiknya sih soal pertandingan barusan.

"Si Vino bener-bener bikin puyeng tim gue," ucap Julian.

"Yan, tim gue ge puyeng ngeliat aksi si Vino," timpal Dyo.

Alasan mereka berdua cukup masuk akal menurutku karena Vino seperti pisau, membahayakan tim sendiri dan tim lawan. Membahayakan tim sendiri karena sering mengolah bola di pertahanan sendiri. Membahayakan tim lawan lewat trik yang bikin lawan pusing.

"Tapi yang penting kalian tadi mainnya sportif," ucap Kak Melody yang memuji tim kelasku dan tim kelas adiknya.

"Iya, Sayang." Dyo merangkul Melody yang duduk di sampingnya. Melihat itu membuatku iri karena hanya aku yang belum punya pacar.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang