13. Help

1.7K 264 65
                                    

Pria itu yang tadinya mengepalkan tangannya kesal, kini sedikit demi sedikit sadar untuk tidak termakan oleh emosinya.

Pria itu mendengus lalu pergi meninggalkan gadis itu sendiri.

















"lo emangnya gak mau?" gadis itu menahan lengan pria itu yang langsung di tepis.





















Pria itu tertawa, "gua udah nyusun rencana, bahkan jauh saat kita masih pacaran."

















"bajingan,"

Gadis itu,  nancy,  tersenyum pahit.









Tidak heran acara hari jadi mereka sangat meriah.  Rupanya,  pria itu bermaksud menjadikan itu pesta perpisahan daripada pesta perayaan hari jadi.

-----




















Di kediaman djamil,  dua orang gadis masih asik tatap-tatapan manjah.

Gak tau djamil?  Itu nama famnya hyunjin.

Harry ahmad djamil.



Hyunjin kan cuman nama panggilan yang diambil dari nama anjing tetangga,  jangan lupa.





















"walah walah, besar juga rumah cowok lu ya? Jeno mah lewat." ujar nancy tanpa menghiraukan perkataan siyeon yang udah sinis banget.





"gua colok juga mata lu ya,  ngapain lo disini?"





"menurut lo ngapain?"  tanya nancy balik sambil ngelus-ngelus tas pajangan merk gucci hyunjin yang harganya kurang ajar.


Siyeon mengepalkan tangannya keras menahan emosi melihat sebongkah daging dihadapannya ini.

Tanpa ia sadari,  malah rambut hyunjin yang sedang tidur di pahanya yang diremas.










"aduu-duh-- ehh sayang,  kok remesnya cuman di rambut aku?" hyunjin langsung bangun dari paha sang pacar,  sok baik-baik aja padahal tengah kepalanya hampir botak.

















"hai hyunjin," siyeon langsung masang pose mau berak lihat nancy manggil nama pacarnya.












Hyunjin? Kalau aja berak bisa di sesar kayak lahirin anak,  hyunjin udah di sesar dah lihat cewek itu.









"sayang,  dia siapa sih?  Kok ada di rumah aku?" sekarang giliran hyunjin yang bertanya-tanya.


"aku takut lihat mukanya sayang," lanjutnya sengaja menyinggung lalu ndusel di dada siyeon.



Siyeon antara pengen nampol hyunjin atau nancy,  jadi bingung.






Nancy tertawa melihat mereka berdua.

Sial, kenapa bisa mereka terlihat sangat serasi?


Siyeon lagi-lagi berhasil membuat emosi nancy naik.

----







"sanslah lur," ujar haechan sambil menepuk bahu jeno yang terlihat murung dari tadi.


"napadah si jeno,  bokap gak jadi beliin lu satu hotel yang di bali itu?" renjun dengan buku tulis ditangannya ikutan kepo.


Tapi sang pangeran berkuda alias jeno masih aja diem di warkop sambil minum kopi.








"kenapa sih?  Cerita coba." ucap jaemin yang membuat mereka semua langsung otomatis berkumpul di meja jeno.




"kalo kata gua sih wajar aja jeno gak dibeliin hotel,"




"palingan dibuatin perumahan di malang,  ye?" lanjut haechan sambil mencomot pisang goreng yang warna tepungnya udah aneh karena digoreng pakai minyak yang sama berkali-kali.

Mereka semua tertawa,  sampai pisang yang jaemin lagi kunyah masuk ke tenggorokan dan keluar lewat lubang hidung.








Mereka semua akhirnya lanjut ngobrol sampai si jaemin asal celetuk bilang,








"njun, gimana sama ningning?"


Semua mata langsung mengarah ke renjun yang rupanya baru saja mendapatkan pemberitahuan dari pemerintah minggu lalu.





Jeno sedikit kaget mendengar perkataan jaemin tentang renjun.

Dirinya mungkin terlalu sibuk mengurusi masalahnya sampai melupakan sahabatnya itu.

Bentar,  terus gimana nakyung? Bukannya udah pacaran sama si renjun dari kelas 5 sd?
















"gue bisa minta tolong gak,  no?" kata renjun sendu.



















"apa aja,  gua bakal sebisanya bantu. "





























"Minta sama bokap lu, untuk ubah keputusan pemerintah juga. Gua udah cinta mati sama nakyung,  no."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Halooooooooooooo yuk vote dan komen!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[I]  catastrophe | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang