Rumah Shafa.
"Eh Yur gue pake baju apa ya?" Tanya Shafa sambil mengobrak - abrik lemari bajunya.
"Aelah Shafa baju lo kan banyak, bagus - bagus lagi." Balas Yuri sambil memainkan ponselnya diranjang Shafa.
"Ih Yur gue bingung tau." Kesal Shafa.
Akhirnya Yuri pun bangkit dari kasur dan mengahampiri Shafa yang sedang mengobrak - abrik lemarinya.
"Ya ampun Shafa kelakuan lo" Geram Yuri melihat sahabatnya yang seperti orang gila.
"Njir, abis gue bingung mau gimana lagi."
"Nih baju ini kan bagus, cocok sama rok jins ini" tunjuk Yuri pada sepasang baju dan rok.
"Boleh uga"
"Boleh uga , boleh uga. Kemana aja lo neng?" Geram Yuri.
"Hehehe, iya iya gue mau ganti baju dulu ya bye."
"Udah sono" Usir Yuri.
Kemudian Shafa pergi ke kamar mandi untuk berganti baju, sedangkan Yuri melanjutkan tidur dan memainkan ponselnya.
Setelah 10 menit, akhirnya Shafa telah keluar dari kamar mandi sudah memakai baju dan roknya. Shafa terlihat staylist menggunakan setelan itu.
"Yur gimana udah cantik belom?" Tanya Shafa sambil memutar tubuhnya beberapa kali.
"Gila Shaf lo cantik banget, keliatan staylist gitu." Puji Yuri.
"Terus tinggal satu step lagi."
Yuri pun mulai paham apa yang mau dikatakan Shafa, mula dari itu Yuri segera bangkit dari tidurnya. Dengan malas tentunya.
"Cepet sini" Perintah Yuri kepada Shafa agar Shafa duduk di kursi depan cermin.
Ya Yuri hendak merias Shafa, karena Yuri tau bahwa Shafa tak mahir untuk merias diri.
"Makasih Yuri ku sayang" Ucap Shafa sambil memeluk Yuri.
"Cepet dah, keburu si Vano dateng."
"Siap Bu Bos, make up nya yang natural aja ya, gue nggak mau make up yang kayak cabe."
"Bawel ah"
Selama makeup Shafa tidak bisa diam dia tidak bisa berhenti bicara. Itulah sifat Shafa kepada orang yang disayanginya. Yuri yang diajak bicara pun hanya menganggukan kepalanya tak berniat membalas.
"Yur, lo dengerin gue ngomong ngga sih?" Tanya Shafa yang kesal dengan Yuri karena tak merespon ceritanya.
"Iya iya Shaf gue dengerin kok."
"Apa coba." Tanya Shafa sambil memutar kepalanya.
"Eh Shafa jang--" ucapa Yuri terpotong oleh teriakan Shafa
"Eh aww" Teriak Shafa. Sambil mengusap kepalannya.
"Tuh kan baru gue mau bilangin, tau rasa lo hahaha"
Ya kulit kepala Shaf terkena alat curly yang panas.
"Dasar panas tau kepala gue." Ucap Shafa mengaduh kesakitab.
"Makanya diem, nih cerlian panas mau kena lagi?" Tanya Yuri kesal.
"Iya - iya. Jadi gini Yur, gue rasa si Vano itu orang nya frandly banget beda sama Iqbal ya nggak?"
"Menurut gue sih iya, tapi lo curiga nggak sih sama si Mila?" Tanya Yuri.
"Ya gimana ya, gue sih mau ngelarang yapi gue siapa nya kak Iqbal. Gue itu kayak kembang tebu seng kabur kanginan"
KAMU SEDANG MEMBACA
My coldest Senior
Teen FictionAntara suka dan gengsi, beda tipis kan? Jawabanya ada disini.. Ini cerita Shafa Tarisya Anindita seorang gadis kalem? Imposible:v Suka sama kakel, eh tapi apakah dia mau mengalah ketika mengetahui sahabatnya juga suka? Tapi? Tapi ? Dan Tapi? Mau ta...