BAB 32

1.1K 49 5
                                    

Hallo gaes, selamat menikmati cerita ku...
Kalau lupa alurnya baca part sebelumnya yahh:))

Taman

Disinilah di kursi panjang dibawah pohon rindang duduklah Shafa, sambil menangis dalam diam. Tiba tiba ada yang menepuk bahunya. Lantas Shafaa menoleh ke arah orang yang telah menepuk pundaknya.

"Vano" ucapnya.

"Lo nggak papa?" Tanya Vano dengan muka paniknya.

Shafa hanya diam, ya shafa menangis dalam diam. Merenungi nasib, bimbang dan tak tau arah.

"Bisa tinggalin gue sendirian?" Ucap Shafa datar.

"Gue bakal disini sampai lo diem, dan nggak nangis lagi." Ucap Vano kekeh pada pendiriannya.

"Please tolong tinggalin gue sekarang." Ucap Shafa lirih dan pasrah.

Vano yang mendengar perintah Shafa tetap diam tak bergeming.

"Tolong tinggalin gue." Teriak Shafa dengan suara serak khas orang menangis.

"Oke gue pergi, tapi tolong jangan nangis lagi." Ucap Vano sambil mengusap kepala Shafa.

Di balik tembok tanpa sepengetahuan ada seseorang yang mengintip dan mendengarkan pembicaraan mereka.

***

Kelas.

"Shaf sini duduk." Ucap Yuri ketika mengetahui Shafa telah datang.

Diam, lagi -lagi yang dilakukan Shafa hanya diam membisu. Moodnya hancur, dia lelah karena menangis selama 2 jam.

"Lo laper?" Tanya Yuri. Shafa hanya menggeleng lemah.

"Yur gue mau minta tolong, mintaiin surat izin ke BK , gue mau izin pulang." Ucap Shafa lesu.

"Oh oke." Balas Yuri.

Selama pelajaran sejarah Shafa hanya diam, terkadang juga melamun hingga di panggil bu Siti guru Sejarah.

"Shafa kamu kenapa? nggak biasannya kamu melamun gini." Tanya Bu Siti, di samping meja Shafa dan Yuri.

"Eh iya bu, saya nggak ngelamun kok, cuma saya agak ngantuk aja." Alibi Shafa.

"Kalau gitu kamu cuci muka dulu ya, biar ngantuknya hilang." Perintah Bu iti.

Bu Siti adalah guru tersabar di SMA Megantara ini, sehingga menjadi guru kesayangan murid - muridnya.

"Iya Bu." Balas Shafa sambil berdiri hendak keluar kelas.

"Shaf mau gue temenin nggak ? " Tanya Yuri.

"Nggak usah Yur, gue sendiri aja."

"Yaudah deh."

Disepanjang perjalanan menuju kamar mandi Shafa berjalan seperti Zombi, yang berjalan tanpa nyawa. Shafa berjalan lesu sambil menatap kosong jalan yang ada didepannya.

Sesampainnya di kamar mandi Shafa membasuh mukannya, dan melihat keadaan dirinya di depan cermin. Kucir yang berantakan, poninya yang tidak beraturan, serta baju seragamnya yang kotor.

"Gue kayak gembel." Lirih Shafa berbicara dengan dirinya sendiri di depan cermin. Dan dilanjutkan menata dirinya untuk kembali rapi dan bersih. Setelah itu Shafa keluar dari kamar mandi dan kembali ke kelas.

Saat Shafa hendak berbelok di tikungan, tiba - tiba Shafa dikejutkan oleh sosok yang membuatnya menangis hari ini. Ya siapa lagi kalau bukan Iqbal.

Shafa maupun Iqbal sama - sama berhenti dan saling adu pandang, setelah beberapa detik akhirnya Shafa tersadar dan hendak melanjutkan jalannya. Namun tiba - tiba tangan Shafa dicekal oleh Iqbal, yang otomatis membuat Shafa berhenti.

My coldest SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang