Bagian 7

2.3K 129 15
                                    

Semua mata tertuju pada Luna.
Luna meringis kesakitan. Tubuhnya ikut terjatuh bersamaan dengan jatuhnya guci. Telapak tangannya tertusuk pecahan guci.

Sebagian dari mereka ada yg terkejut tak suka, dan beberapa ada yg terkejut oleh sosoknya.

"Aluna"

"Mengapa Aluna ada disini"
Riani menaruh gelas yg di minumnya.

Tampak daniel, olive, dan kevin terkejut.

Bara berlari dan menghampiri luna. Dy membantunya untuk berdiri.

Aluna menyembunyikan tangan kanannya. Seluruh telapak tangannya sudah di penuhi oleh darah. Aluna tersenyum pada Bara.

Pandangannya teralihkan oleh orang-orang yg sedang memperhatikannya.

"Ohh.. Tidak, sepertinya aku sudah menghancurkan pesta ini. Kak Raka maafkan aku. Aku tidak sengaja, aku akan merapihkan semua kekacauan ini dan kemudian pergi"

Luna mulai memunguti pecahan2 guci yg berserakan di lantai dengan tangan kirinya.

Bara menghentikan Luna, dan membawanya ke kamar tidurnya. Aluna menyembunyikan tangan kanannya di dalam hodienya.

"Ada apa kau ke rumahku?"

Bara menutup pintu kamarnya.

"Bara, hari ini hari ulang tahunku"

Bara menaikan sebelah alisnya.

"Benarkah ?"

Luna menggigit bibir bawahnya. Dan menahan air matanya.
'Apa bara lupa dengan hari ulang tahunku'

"Bara, bisakah aku minta hadiah darimu."

"Apa benar ini hari lahir mu? Baiklah, katakanlah aku akan memberikannya"

"Hmmm... Aku bingung akan memberikan apa ? Kau tidak suka tas, kau juga tidak menyukai hal-hal seperti itu"

"Bukan yang seperti itu bara"

Bara, membawa luna ke balkon kamarnya. Hembusan angin, membuat mereka merasa nyaman.

"Yg seperti apa luna ?"

"Sebuah permintaan"

"Sebuah permintaan? Kau meminta hadiah berupa permintaan?"

Luna mengangguk.

"Berjanjilah kau akan mengabulkannya"

Bara terdiam, dan kemudian mengiyakan perjanjian dengan Luna.

"Bara, menikahlah denganku."

"Apa ?"

"Jadilah suamiku, dan berada terus disampingku"

Bara perlahan mundur, dan Luna menyadarinya. Luna mengeraskan genggaman tangan kanannya yg sudah penuh dengan darah. Dy mencoba menahan tangisnya dengan tertawa kecil.

"Menikahlah denganku Bara. Aku berjanji tidak akan menghalangi kau untuk mengejar cita-citamu, aku akan mendukungmu untuk meraih impianmu. Kita berjalan bersama Bara"

Bara diam tak bergeming.

"Mengapa kita harus menikah"

"Bukankah kita saling menyukai Bara. Itu sudah cukup alasan untuk kita menikah"

"Tapi ini.... Tidak masuk akal Luna. Usia kita masih 17 tahun Luna. Dan aku baru mendapatkan 'ktp dan 'sim ku".

"Apa kau tidak ingin menikah denganku?"

Bara berpaling dari luna, dy berfikir keras atas apa yang baru dikatakan luna.

Malam itu, angin berhembus cukup kencang. Jam menunjukkan lewat dari tengah malam. Pandangan luna, sedikit kabur, kepalanya cukup pening, dan perutnya lapar.

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang