bagian 2

4.7K 260 5
                                    

Malam hari di jakarta.

***

Ttssiitttt...
Suara rem bus, membuyarkan lamunan luna. Luna menaiki bus jurusan kelapa gading.
Di sepanjang jalan, ia hanya memandangi kemilaunya kota jakarta dari balik jendela bus, sambil terus memegang tas olive.

Luna berhenti di pemberhentian terkahir kelapa gading. Dy harus berjalan 100 meter, untuk sampai di komplek 'graha indah' tempat dy tinggal.
Sebelum sampai rumah, luna mampir ke rumah riani yang jaraknya beberapa meter dari rumah nya.

"Non riani belum pulang neng"
Kata seorang pekerja rumah tangga di rumah riani.
"Ya sudah, saya titip ransel ini bu. Bilang saja pada riani, ini adalah ransel olive"
Luna tersenyum padanya, kemudian pamit untuk pulang.

'Jika riani belum pulang, lalu kemana saja mereka' batin luna.
Luna mengambil ponsel nya di ranselnya.
Luna menelepon riani.
Tidak ada jawaban, kemudian kevin, daniel, olive, dan yang terkahir bara.
Semua orang itu tidak ada yang mengangkat telepon dari luna.

Luna memijit sedikit kepala nya yang pening. Air matanya jatuh.
"Apa kesalahan ku terlalu besar?"

***

Daniel terus memandangi ponselnya. Tertulis 'panggilan dari luna'. Daniel menghembuskan nafas beratnya. Teman temannya mungkin tidak sadar jika luna terus menelepon.
Mereka terlalu asik, membuang rasa muak mereka. Sampai sampai, ada hati teman mereka yang terluka.

Olive, riani, dan kevin terus berjoget ria di club lantai atas.
Sementara bara, hanya duduk di meja bar sambil meminum, minumannya.
Dari kejauhan ada seorang gadis, yg terlihat sedikit mabuk. Tak sengaja dy menyenggol salah satu pengunjung club dan menumpahkan minumannya.
"Hey kau ! Apa kau tidak punya mata " kata seorang temannya yang berbadan besar. Gadis itu meminta maaf, kemudian pergi.
Tak terima akan sikap cuek gadis itu, laki laki itu menarik rambutnya.
"Apa yang kau lakukan !!!" teriak gadis itu.
Laki laki itu mendorong tubuh nya hingga terjatuh.

Bara yg melihat nya segera menolong gadis itu.
Amarahnya mulai memuncak.
"Jaga sikap mu. Dy perempuan" katanya sambil menarik kerah baju laki laki itu.
Seketika itu, laki laki itu langsung diam dan pergi. Dy tau bahwa bara adalah anak dari Pak Handoko, yang tak lain adalah bos besar tempat dy bekerja.

"kau tak apa ?"
Bara melepas jaket yang di pakainya, kemudian dy pakaikan di tubuh gadis itu.
"Aku baik baik saja. Maaf sudah merepotkan, dan terima kasih"
"bukan masalah. Namaku bara !"
Bara mengulurkan tangannya bermaksud berkenalan.
"Aku angel" Gadis itu tersenyum, atas perlakuan baik bara.

***

"Hey! Ada panggilan dari luna" kevin menunjukkan ponsel pada teman temannya. Wajahnya tersenyum masam.
"Biarkan saja, anak manja itu seharusnya menyadari kesalahannya" balas riani, sambil melempar ponsel kevin ke jog bangku mobil belakang.
"Jangan seperti itu! Kesalahan luna, tidak terlalu besar" daniel yang mengemudi melirik riani yang ada di sampingnya.

Hanya dy seorang yg tidak mabuk, sedangkan teman temannya mabuk termasuk bara.
Riani melihat daniel sengit.
"Apa kau bilang, tidak terlalu besar. Kau tentu tau, kita sudah menyiapkan proposal itu beberapa bulan yang lalu. Kita bekerja keras. Lalu kemudian, dy menghancurkannya "
"Hentikan !!! " bentak bara yang sudah terpejam, riani diam. Begitu juga teman temannya.

Daniel mengantarkan satu persatu teman temannya. Mereka mabuk berat, dan dy berharap mereka tidak ketahuan oleh orang tua mereka.

***

Luna terus memijat kecil pelipisnya. Matanya sakit, dan kepalanya terasa berat.
Luna merayap pada dinding kamarnya. pandangannya sangat kabur. Dy mulai merayap nakas di samping ranjangnya. Tak sengaja dy menjatuhkan gelas di atas nakasnya. Bunyi yang nyaring cukup terdengar sampai ke luar ruangan.

Adrian yang mendengarnya buru buru menghampiri kamar luna.
"Ada apa ini ?" tatapannya tajam.
"maafkan aku ayah, aku tidak sengaja"
Amarahnya mulai memuncak, adrian menghampiri luna. Dy menjambak rambutnya, kemudian menyeretnya sampai di teras belakang.

Luna terus merengek meminta maaf, dan meminta adrian menghentikannya. Adrian mendorong tubuh luna, hingga membentur meja besar yg terbuat dari kayu jati.
Luna meringis kesakitan.
"Maafkan aku ayah, aku tidak sengaja"
"Anak sampah, anak durhaka. Seharusnya ku bunuh saja kau"
Adrian mengambil sebilah kayu di halaman belakang. Di pukulnya luna hingga kayu itu patah.

Bu lastri, pekerja rumah tangga baru saja sampai dari pasar. Dy langsung berlari menghampiri luna yg tergeletak di lantai. Adrian membuang kayu itu kemudian pergi.
Bu lastri memeluk tubuh luna yg ringkih. Bu lastri terus menangis, sambil membelai kepala luna.

"Kamu harus kuat non luna. Ibu yakin, tuan pasti akan segera sadar"
Luna hanya terdiam, air mata nya terus mengalir. luna menangis tanpa suara.
Bu lastri membawa luna, ke kamar nya. Dy mulai mengobati luka memar di sekujur tubuh luna.

Pandangan luna terus saja kabur. Kepalanya masih terasa pening. Luna meminta bu lastri mengambil obat penghilang rasa nyerinya di laci nakas.

***

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang