Debaran (5)

15.2K 675 24
                                    

"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita (keluarga) orang-orang mukmin, agar mereka mengulurkan atas diri mereka (ke seluruh tubuh mereka) jilbab mereka. Hal itu menjadikan mereka lebih mudah dikenal (sebagai para wanita muslimah yang terhormat dan merdeka) sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah senantiasa Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Ahzab ayat: 59)

***

Suara azan Dzhuhur terdengar,aku langsung menuju kamar dan membersihkan diri setelah membereskan rumah. Setelah mandi dan mengambil wudhu aku langsung mengerjakan sholat Zuhur. Setelah mengerjakan shalat Zuhur aku langsung mengambil keperluan Kuliahku dan pergi menggunakan motor metik Kesayanganku. Tidak lupa ku kunci semua pintu.

Syukurnya jam shalat, jalanan yang aku lewati masih sepi. Jadi, tidak memakan waktu lama untuk sampai ke kampus. Ku lihat jam tangan yang ku kenakan, aku masih memiliki waktu satu jam. Ku lihat Naela, sahabat ku yang terkenal akan kecantikan dan bentuk tubuh bak model kosmetik kecantikan di majalah-majalah yang sedang sibuk bercengkrama dengan lelaki yang selalu tidak ada habis-habisnya datang hanya ingin berkenalan dengannya.

"Assalamu'alaikum mbak Naela cantik." Ku ucapkan salam tepat di belakang wanita cantik itu.

"Ya ampun Raesha, kamu Kemana aja sih.? Dari semenjak telat sampai kemarin nggak ada kabar.? WA ku kamu nggak bales." Dengan ekspresi khawatirnya, dia mulai melontarkan bertubi-tubi pertanyaan padaku.

"Jawab salam dulu cantik, assalamu'alaikum." Kebiasaannya yang selalu terburu-buru. Aku hanya tersenyum melihat kekhawatiran dia terhadapku.

"Astaga lupa, wa'alaikummusalam Sabiya Raesha Akbar." Jawabnya dengan cengingiran dengan gigi yang di satukan seperti iklan pasta gigi saja.

"Gitu dong, yuk ke kelas." Ajakku dengan menggandeng tangannya. Dia tidak menanyakan perihal aku menghilang selama dua hari kemarin. Syukurnya dia tidak sadar, aku telah mengalihkan pikirannya.
Ya, begitulah Naela. Wanita yang selalu menjadi incaran kaum Adam. Tapi hanya satu yang aku sayangkan darinya, dia tidak menutup auratnya. Aku selalu mengingatkannya bahwa wanita muslim, harus menutup auratnya. Karena, satu langkah kau keluar rumah tanpa menutup auratmu maka satu langkah ayah mu masuk ke neraka dan tidak hanya itu. Seorang wanita yang tidak menutup auratnya atau tidak mengenakan hijab kelak rambutnya akan digantung hingga kepalanya sampai mendidih. Tidakkah kau sayang pada ayahmu Nae.?--Pertanyaan itu selalu ku lontarkan padanya tapi ia selalu mengalihkan pembicaraan dan selalu menjawab "semua butuh proses." Aku hanya bisa diam jika ia telah menjawab seperti itu. Tapi aku masih bersyukur, karena sekarang Naela tetap mengerjakan shalat lima waktu. Memang semua itu butuh proses.

"Ca."

"Yap." Jawabku dengan gugup. 'Semoga aja dia tidak menanyak pertanyaan yang sama.' Batinku

"Aku bolos aja ya, aku males banget kalau sudah praktik." Dengan wajah memelasnya, aku tidak akan melepaskan dia lagi.

"Tidak, kamu sudah alpa dua kali pas akhir semester kemarin. Kita sudah mau persiapan kerja lapangan Nae. Kamu harus bisa. Jangan ada alasan lagi." Ultimatum ku padanya tidak akan pernah berubah.

"Yaahh deh."

Kami terus berjalan menuju lantai dua  sampai ku lihat papan yang bertuliskan R: Lahan Praktik Gerontik_. Syukurnya hari ini yang mengajar adalah Dosen lain. Jadi aku tidak bersusah payah menyembunyikan wajahku dari dosen es itu.

Langit mulai menampakkan sinar orange, kelas Praktik sudah selesai. Naela, telah pergi meninggalkan ku sendiri di halte bus kampus, karena tadi dia telah di jemput oleh adiknya. Sepuluh menit lama aku menunggu bus kampus akhirnya datang juga. Aku naik bus hanya sampai parkiran motor ku saja, karena tidak mungkin aku harus berjalan jam segini seorang diri melewati gedung FK dan hutan kampus.
Sesampai di depan rumah, aku langsung memarkirkan motor ku dan ku lihat didepan rumah Kak gilang penuh dengan parkiran mobil. "Hmm,,ada apa ya.??aah lupakan." Batinku. Aku langsung mengerjakan shalat maghrib dan beranjak untuk istirahat.

My Dosen Is My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang