AWAL PERPISAHAN I

11.2K 548 26
                                    

Hadits Rasulullah yang berbunyi "Khairunnaas 'anfauhum linnaas (Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain)"

Belajarlah menjadi pembaca yang bijak.
Jangan lupa kasih bintang dan komen ya. Karena dari situ aku bisa melanjutkan menulis cerita ini.

Happy reading... 😊

****

"Astagfirullah,,kamu agam kan.? Abqari Agam Abdullah kan.?"

Baru saja aku dan mas agam hendak melangkahkan kaki. Tiba-tiba, ada seorang wanita yang menyapa suamiku. Aku tidak tahu itu siapa, karena aku memang belum mengenal seluruh teman-teman mas agam.

"iya saya agam, mbak siapa ya.?"

"astaga agam, masa lo nggak kenal gua gam.?"

Mas agam masih saja berusaha mengingat-ngingat siapa wanita di depannya sekarang.

"gua Fira gam, temen kuliah S1 lo di universitas Indonesia. Masa lo lupa sih.?"

Mas agam hanya terlihat biasa saja tanpa ada respon apapun. "oke, gua tau lo nggak inget gua karena lo itu emang jarang bergaul. Oke lah."

"maaf ya mbak fira, kita mungkin emang saling kenal tapi saya emang tidak mengingat itu. Maaf, saya permisih dulu." Mas agam mencengkram pinggangku kuat dan membawa ku pergi menjauh dari wanita asing itu.

Ku melirik ke belakang, wanita itu terlihat kesal saat melihat mas agam memegang pinggangku dengan posesif. Tapi, apa yang kurasakan kini cengkraman lengan mas agam di pinggangku terasa semakin kuat. Seperti mas agam tidak ingin aku jauh darinya. Ada apa dengan suasana tadi ya.? Pertanyaan ku dalam hati.

Setelah sampai di tempat kami duduk, tiba-tiba mas agam memulai pembicaraan tentang wanita yang menghampiri mas agam tadi.

"sebenarnya mas ingat siapa dia, hanya saja mas tidak ingin menyapa dan mengenal wanita seperti dia dek. Maafkan mas juga, tadi merangkul pinggangmu dengan keras. Mas sedikit terkejut dengan penampilannya yang semakin terbuka seperti tadi."

"tidak apa-apa mas. Wih sudah sampai makanannya." Ku coba mengalihkan pembicaraan kami, karena aku tidak ingin mengetahui aib orang dari bibir orang yang mulai aku sayangi.

"silahkan di nikmati mas-mbak." Sapa pelayan itu pada kami.

"trimakasi mbak." Balasku pada pelayan itu.

Tidak lama kami sudah selesai makan dan langsung pulang ke rumah mas agam. Sesampai di rumah, waktu sudah magrib, aku langsung menyiapkan tempat solat selama mas agam yang sedang berisiap di kamar mandi.

Setelah kami selesai solat magrib, tiba-tiba mas agam mendekati aku yang baru saja hendak membaca al-quran.

"dek, semisal mas pergi menjadi sukarelawan. Apa kamu ijinkan mas pergi.?"

Aku terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba saja di lontarkan oleh mas agam. Jujur, itu adalah perbuatan yang mulia dengan propesinya yang sekarang.

"sebelumnya, mas mau menjadi sukarelawan dimana.?" Jawabku dengan tenang.

"mas di tugaskan sebagai dokter sukarelawan di Lombok dek."

"tempat terjadinya gempa bumi kemarin di berita itu ya mas.?"

"iya dek." Ku lihat wajah teduh itu, dengan susah payah menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang aku lontarkan padanya. Terlihat ada guratan kekhawatiran di wajahnya.

My Dosen Is My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang