Sunnahmu. (6)

13.2K 673 11
                                    

Maaf telat ...
Semoga kalian suka ya.
Jangan lupa vote dan komentarnya ya.
Selamat memmbaca.
***

  "Pakailah"

Aku yang tadinya hanya melihat kaki ku tertunduk, kemudian menegakkan kepalaku lurus kedepan dan ku lihat.
"Pak Agam." Ucap ku dan langsung ku alihkan pandangan ku kembali menghadap kakiku.

"Pakailah ini." Pintanya lagi.

"Tidak, trimakasih Pak. Saya akan pinjam sandal masjid saja. Mari Pak." Ku balikan badan dan berjalan menuju ruang penjaga masjid. Baru saja aku berjalan tiga langkah, ia mulai lagi dengan sikap reseknya.

"Bukannya kamu masih ada detensi dengan saya yang belum terselesaikan.? Jika kamu ingin lulus tahun ini, setidaknya kamu tidak harus membiarkan ada nilai mu yang kosong.!!" Ucapnya dengan nada datar yang tidak aku sukai.

"Ya ampun umi, tolong aca." Batinku.
Dengan terpaksa, aku berbalik dan berjalan kembali ke arahnya.
"Iya Pak, kapan dan dimana saya bisa melaksanakan detensi dari bapak."

"Pakai itu." Pintanya lagi dan lagi.

"Terus bapak pakai apa.?" Tanyaku dengan pandangan ke arah kakinya yg terbalut kaus kaki tanpa alas. Tanpa ada jawaban apapun dia berjalan meninggalkan ku dengan sepatu pria yang ukurannya lebih besar dari kakiku. " Ya Allah, kenapa malingnya jahat banget nggak mau ninggalin aca kaus kaki aja sih. Malah diambil semua." Batinku. Melihat ia semakin menjauh, aku langsung memakai sepatu itu dan mengikutinya dengan jarak dua meter.
Tiba-tiba saja ia berhenti di depan sebuah mobil sedan puti. "Mau ngapain ni dosen galak.?" Tanyaku dalam hati.
"Ayo naik." Perintahnya lagi dan lagi.

"Loh,,kita mau kemana Pak.?"

"Kamu mau nilaimu kosong.?" Dengan tangan yang memegang pintu mobil.

"Nggak Pak."

"Yaudah naik."

"Ya Pak." Dan berjalan ke arah tempat duduk penumpang.

Mobil pun melaju keluar area masjid kampus. Aku yang tidak ingin mati gaya di dalam mobil bersama dengan dosen super ngeselin ini mengeluarkan handphonku dan memainkan game kesukaanku.

Hampir setengah jam perjalanan dari kampus. saat ku melihat ke luar jendela, mobil masuk ke jalan tol. "Kita ngapain lewat jalan tol Pak.? Kita mau kemana.?"

Satu detik, dua detik, tiga detik, empat detik, tidak kunjung ada jawaban. Aku yang tidak mendapatkan respon apapun, lalu memalingkan mukaku ke arah tempat duduk pengemudi. "Pak, ini kita mau kemana.? Jangan-jangan bapak mau culik saya ya.? Ya ampun Pak, kasihan Umi saya sendirian Pak.? Pak, jawab dong. Bapak bisu ya.?" Tanyaku bertubi-tubi.

Lagi dan lagi tidak ada jawaban. Mobil semakin melaju cepat. Ku lihat lagi ke luar jendela, papan penunjuk mengarah ke Bogor. "Kita ngapain kebogor Pak.?" Lagi dan lagi hanya suara mobil-mobil yang trlalu lalang yang menjawab.

Aku yang tidak mendapatkan jawaban apapun hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi ke depannya. "Umi, tolong aca.!" Batinku.
Hampir dua jam perjalanan, mobil Agam memasuki pesantren. "Eits, tunggu dulu. Ini kan pondok pesantren. Ngapain ni dosen ngajak aku kesini." Batinku.
Mobil berhenti, tepat di depan rumah almarhum Pak kiyai. Ku lihat, Umi dan ustadzah Mila menyambut kedatangan kami. Jujur saja aku masih bingung dengan semua ini.

Kami duduk di ruang tamu. Aku duduk disamping umi. Ustadzah Mila duduk bersebelahan dengan Pak Agam yang berada tepat di depanku dan disampingnya ada gadis kecil dengan kerudung pinknya.

"Kita tunggu Pak Akmal dulu ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita tunggu Pak Akmal dulu ya." Pinta ustadzah Mila yang berbicara menghadap ke aku.

"Assalamu'alaikum." Suara Pak Akmal terdengar dari luar.
Kami yang berada di dalam menjawab dengan serentak.

"Mari Pak Akmal, silahkan duduk." Ustadzah Mila mempersilakan Pak Akmal duduk di sebelah Pak Agam.

"Ini ada apa sih, mana Umi kalau di tanya cuma jawab pake anggukan aja." Batinku yang terus menerus kebingungan dengan keadaan ini.

"Bismillahirrahmannirrahim, untuk mempersingkat waktu. Saya disini sebagai perwakilan Almarhum kiyai Abdullah ingin menyampaikan sebuah amanat dari almarhum ustad Putra Akbar dan almarhum kiyai Abdullah untuk menikahkan Abqari Agam Abdullah bersama dengan Sabiya Raesha Akbar." Kata Pak Akmal langsung ke intinya. Aku yang mendengar semua itu hanya bisa diam dan Umi yang merasakan keterkejutan ku akan semua ini hanya bisa menggenggam tanganku yang berkeringat dingin.

"Dan hari ini, saya Akmal bin Usman akan mengulang proses pelamaran untuk nak raisa yang akan dilakukan oleh nak Agam. Silahkan nak Agam. " lanjutnya lagi.

"Bismillah, saya disini Abqari Agam Abdullah ingin meminang Sabiya Raesha Akbar untuk menjadi istri saya di dunia maupun di akhirat." Ucap Agam dengan tenang.

"Bagaimana nak Raesha.? Apakah kau bersedia.?" Tanya Pak Akmal.

Ku rasakan tangan Umi menggenggam tangan ku kuat untuk mentransfer kekuatan. Ku lihat ustadzah Mila yang terus saja tersenyum melihat ku.

"Bismillah" kuhembuskan nafas sejenak. " saya Sabiya Raesha Akbar  bersedia menerima lamaran ini."

Umi, ustadzah Mila dan ustad Akmal yang mendengar itu semua terlihat senang. Aku yang tertunduk tidak sengaja melihat sekitar dan melihat Agam yang tersenyum menghadap ke arahku. "Apa arti senyuman itu.?" Batinku.

"Saya akan memberikan sedikit masukan bagi kalian berdua, ingatlah ini baik-baik. Dibalik anjuran Nabi kepada umatnya untuk menikah, pastilah ada hikmah yang dapat diambil. Dalam Islam pernikahan merupakan sunnah Allah dan Rasulnya seperti yang tercantum dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda "Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku !"(HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.). Dan ada lagi Sabda Rasulullah SAW "Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah ditolong separoh agamanya. Dan hendaklah bertaqwa kepada Allah separoh lainnya." (HR. Baihaqi). Jadi, jika Allah telah mengirim ia sebagai istri dan suami mu maka syukurilah. Jangan ada rasa keterpaksaan atas perjodohan ini. Semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrohmah."

Semua yang ada diruangan itu mengamini dan aku pun mau tidak mau harus mengamini doa yang baik itu. Mungkin inilah jalan Allah untuk melindungi ku dari cinta yang tidak seharusnya ku miliki dan ini lah saat nya aku belajar mencintai yang sepantasnya untuk ku cintai untuk mendapatkan pahalanya.

***
Maaf kalau upnya lama dan pendek.
Lagi sekali aku minta maaf ya.
🙏🙏🙏

Tinggal menghitung hari, tamu yang sangat istimewah akan segera datang. Minal aidin wal'faidzin ya, mohon maaf lahir batin.

Jika ada pemilihan kata, rangkaian kata dan ajaran yang keliru. Tolong kritik dan saran nya ya.

Lagi sekali, mohon maaf lahir batin.

🙏🙏🙏

My Dosen Is My ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang