BAB 1

8.3K 476 72
                                    

Harum masakan menggugah selera membuat seorang pria tampan berambut pirang membuka kedua kelopak matanya. Biru, warna yang sangat indah. Memancarkan berjuta kasih sayang dan ketegasan disaat yang sama.

Perlahan tubuh tegap berbalut piyama hitam bergaris putih itu bergerak. Menyibak selimut oranye lembut yang semalam menghangatkan tubuhnya, Menampilkan sepasang kaki panjang berbalut warna senada. Masihlah hitam bergaris putih.

Kedua kaki itu kemudian turun, terjulur menuju sepasang sandal selop dari bahan kain berwarna putih gading.

Usapan lembut pria itu lakukan pada surai kuningnya yang terpangkas rapi. Tidak benar-benar rapi, hanya mungkin terlalu pendek hingga terlihat demikian. Tubuhnya menggeliat sebentar, kedua tangan itu terangkat disertari lenguhan dari bibir merah kecoklatannya.

" haaahh..Sakura memang istri yang baik.."

Mata itu menyipit saat bibirnya tersenyum. Pandangannya mengitari kamar dengan lebar empat kali lima meter berdindin putih.  Mengabsen satu persatu perabotan didalam sana. Tidak terlalu banyak. Hanya sebuah lemari besar, sofa panjang berwarna biru dari beludru dan juga meja rias milik sang istri. Bebrapa pigura berisi foto terpajang rapi.

Terdapat satu buah yang terbesar. Terpajang tepat ditengah-tengah dan emberi kemudahan untuk seseorang langsung melihatnya. Pigura itu berisi sebuah foto pernikahan seorang pria dan wanita yang terkilihat begitu bahagia.

"Dia sungguh cantik"

Setelah puas memandangi pigura besar itu, dia berdiri. Sekali lagi dia menggeliat dan menarik nafas panjang. Jemari kekarnya terulur membuka jendela, mempersilahkan udara pagi minim polusi memasuki ruangan. Kesejukan menerpa saat angin sepoi-sepoi bertiup lembut menghantarkan udara segar.

Mata birunya terpejam. Kedua tangannya bertumpu pada pinggiran jendela. Tarikan nafas panjang terdengar.

"Haaahh.."

Bibirnya kembali tersenyum saat merasakan udara pagi yang segar langsung mengisi kedalam paru-paru, membuat jantungnya terpompa cepat sehingga aliran darahnya lancar. Semangat pagi menerpanya. Hidupnya terasa begitu tentram.

Matanya kembali terbuka. Menghadap langsung pada jajaran awan putih yang tampak begitu lembut. Beberapa ada yang terlihat layaknya bulu domba, bulat dan berbentuk lucu. Langitnya yang berwarna biru bagaikan tikar diangkasa. Beberapa burung menjadi ornamen dan memperindah suasana.

Memiliki istri yang baik dan cantik juga pekerjaan yang mapan membuat Uzumaki Naruto terlihat bahagia. Naruto merasa menjadi yang paling bahagia.

"Mama! Tunggu!"

Naruto semakin tersenyum lebar saat melihat sebuah keluarga melintasi gerbang rumahnya. Sepasang suami istri dengan seorang anak laki-laki di belakangnya. Mata Naruto terfokus pada sosok anak berambut coklat dengan tubuh sedikit gemuk. Anak itu terlihat kepayahan mengejar kedua orang tuanya yang semakin berjalan cepat. Naruto yakin, kedua orang tua itu memang sedang menjahili sang putra. Dia merasa sedikit iri. "Aku pasti juga akan segera memiliki anak yang lucu" gumamnya dengan senyuman.

Diusia pernikahan yang sudah menginjak tujuh tahun. Rumah tangga Naruto sangatlah harmonis. Kabar miring serta isu perselingkuhan tidak pernah terdengar. Naruto bahagia dan sangat mencintai istrinya Sakura. Hidupnya sudah nyaman dan terkendali. Hanya saja ada satu bagian yang belumlah terisi. keabsenan seorang buah hatilah yang masih belum melengkapi kebahagiaannya.

"Mungkin Tuhan belum percaya padaku"

Naruto sama sekali tidak pernah mempermasalahkannya. Dia pun tidak pernah menuntut sang istri ini dan itu. Dia menikahi sang istri untuk membahagiakannya. Bukan untuk menuntut ini dan itu. Dia ingin rumah tangganya mengalir seperti air. Lagipula usianya masih muda, Tiga puluh tahun.

Dare ga machigatte iru (SALAH SIAPA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang