BAB 8 END

4.9K 348 66
                                    

Hinata terduduk pada sebuah kursi kayu. Tubuhnya terikat tali dengan mulut tersumpal kain. Terdapat sedikit luka goresan di pipinya. Tidak terlalu dalam, namun sudah cukup untuk membuat pipi Hinata yang halus mengeluarkan darah.Pandangan Hinata lurus, menatap nanar dan penuh air mata ke arah Sakura yang memegang sebuah pisau ditangannya.

"Maaf Hinata~ tapi aku harus melakukan ini."

Sakura juga duduk di kursi yang bentuknya sama dengan Hinata. Pancaran mata hijau itu kosong dengan raut wajah datar bagai tidak bernyawa. Sakura terlihat sangat mirip dengan mayat hidup, tertunjang wajah pucatnya yang tidak lagi menyimpan rona.

"Dia harus menyaksikan kematian ini.."

Sakura menggores lengannya sendiri dengan cukup dalam kemudian tertawa terbahak-bahak, bukan menangis. Hinata yang melihat itu membolakan kedua matanya dan berteriak, namun suaranya tertahan karena kain yang menyumpal mulutnya. Hinata hanya mampu menangis terisak.

Sakura meneteskan airmata sambil memandang Hinata. Sakura terlihat sangat rapuh hingga membuat wanita itu tidak lagi memikirkan tindakannya. Dan Hinata melihat luka Sakura, Bukan untuk luka fisik, namun luka batin yang lebih membuat hati wanita itu hancur tak bersisa.

"Sst.. jangan menangis sayang, Bukankah kau sudah setuju?"

Sakura membelai pipi Hinata dengan punggung mata pisaunya. Hinata bergetar dan matanya semakin dibanjiri oleh ketakutan. "Jangan takut hm! Ini belum dimulai~" ucapan Sakura semakin membuat ketakutan Hinata bertambah setiap detiknya. Jantung Hinata berpacu dengan cepat, nafasnya memburu dengan badan bergerak-gerak gelisah.

"Kau tidak akan bisa lari sayang~ aku sudah mengikatmu dengan simpul khusus" Terang Sakura sambil menjauhkan tangannya dari Hinata. Wanita berambut merah muda itu mengambil segelas air dan meminumnya sekali tegukan.

Suara prang! Dari gelas kaca yang dihempas Sakura membuat Hinata semakin berderai airmata. Kepala berhelai indigo itu menoleh kekanan dan kekiri, tubuhnya yang terikat semakin bergerak gelisah, berusaha melepaskan diri. Tapi semua sia-sia saat ikatan itu terasa semakin menjeratnya. Sadar akan kandungannya, Hinata akhirnya berhenti memberontak, Ia tidak mau janinnya berada dalam bahaya.

"Apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?"

Sakura bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Wanita itu berjalan dengan pandangan kosong walau kakinya sekarang berlumuran darah. Darah itu berasal dari luka menganga dikakinya karena menginjak pecahan gelas diatas lantai.

Wanita itu sudah terlihat sangat putus asa dan hanya berpura-pura tegar sebagai topengnya. Dan Hinata melihat semuanya, ia berteriak namun suaranya tertahan. Yang mampu Hinata lakukan hanyalqh memohon supaya Sakura menghentikan niatnya.

"Kau pasti akan bahagia setelah ini, Bukan begitu?"

Mendengar perkataan Sakura serta melihat ekspresi yang wanita itu tunjukkan, Hinata hanya mampu menggeleng dan menangis sekencangnya. Berteriak sekerasnya juga sudah tidak mungkin Hinata lakukan, Mengingat mulutnya tersumpal kain.

"Sudah aku katakan! Berhentilah menangis, bodoh!"

Sakura melempar pisau ditangannya dengan cepat kearah dinding di belakang tubuh Hinata. Pisau itu menancap tepat kesebuah tiang, mengingat rumah ini sebagian besar terbuat dari kayu.

Sakura berjalan pelan sambil menggeret kursinya kearah Hinata. Pancaran matanya sudah sepenuhnya menghilang. Hinata semakin terlihat ketakutan.

Bunyi seretan kursi membuat gelengan Hinata semakin menjadi. Wanita itu bergernak-gerak gelisah saat Sakura membelai perutnya yang tidak lagi rata. Sebuah tonjolan terlihat sedikit meskipun masih samar, mengingat kandungannya yang masih belum menginjak tiga bulan.

Dare ga machigatte iru (SALAH SIAPA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang