BAB 4

4.7K 368 81
                                    

Suara kicauan burung menandakan pagi telah datang. Udara dingin mulai menghangat saat matahari sudah bersinar terang. Di dalam sebuah kamar terlihat Naruto dan Hinata yang saling berpelukan. Tubuh mereka tertutup oleh selembar selimut yang sama. Keadaan mereka polos tanpa sepotong pakaian yang menutupi. Hanya selimut yang ada disana. Selimut yang menghalau dinginnya udara setelah pergumulan panas pertama mereka.

" nggh.."

Naruto bergerak dan perlahan membuka mata saat merasakan tubuh lain dalam pelukannya. Seulas senyum terbit saat wajah manis Hinata yang ia lihat pertama kali.

"Selamat pagi... "

Bisik Naruto di telinga sang wanita. Sebuah kecupan mesra ia berikan pada kedua mata, hidung dan juga bibir sang gadis yang resmi ia renggut kegadisannya. Hinata masih terlelap, dan Naruto menyukai wajah manisnya. Sangat-sangat menyukainya. Ia terus memperhatikan setiap inci dari pahatan wajah Hinata yang menurutnya sangat sempurna. Tidak ada yang berlebihan semua terasa as dimata Naruto.

"Bulu mata yang panjang.."

Naruto berguman dan terus tersenyum. Otaknya kembali memutar kejadian semalam saat dirinya bersatu dengan Hinata. "Kau sungguh cantik.." otaknya terus memutar adegan panas semalam. Entah berapa kali dia mengeluarkannya. Yang dirinya ingat hanya teriakan serta desahan Hinata di bawah kungkungannya.

Getaran ponsel membuat pikiran mesum Naruto menghilang. Ponsel yang dirinya lupakan tergeletak dan sudah sedikit berdebu di bawah lemari. Dengan sangat berhati-hati Naruto memindahkan kepala Hinata yang semula bersandar di lengannya keatas bantal. Setelah memastikan wanitanya nyaman, ia merogoh ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya pagi-pagi.

"Siapa ini?"

Sebuah nomor asing tertera dialayar ponsel Naruto. Dengan sedikit ragu ia mengangkatnya. Sepuluh detik kemudian matanya terbelalak lebar.

"Sa-Sakura?"

Kerongkongannya terasa kering dan kegugupan mulai menjamah hatinya. Namun kegugupan itu menjadi sebuah ketakutan saat sebuah kabar baru berhembus masuk kedalam telinga kanannya.

"Kau apa!" Naruto menggigit bibirnya saat tanpa sengaja berteriak. Dari ekor matanya Naruto melirik Hinata yang masih terlelap. Helaan nafas sedikit ia hembuskan kala sang wanita tidak terusik dengan kebisingan yang ia perbuat. Dengan hati-hati Naruto bergeser, sesegera mungkin ia mengambil celana dan memakainya dengan tergesa. Sekali lagi Naruto memperhatikan Hinata, memberi elusan lembut pada kepalanya sebelum berjalan keluar kamar dengan sangat pelan.

Naruto berjalan cepat kearah pintu belakang dan membukanya kasar. Kemarahan tercetak jelas diwajahnya. Urat di lehernya menonjol keluar. Dalam hati ia berpikir kenapa bisa sang istri berada di Jepang. Naruto tidak menyukainya Namun ia masih bisa mengontrolnya.

"Ya sayang?"

Mulutnya melayangkan panggilan mesra, namun berbeda dengan wajahnya yang datar tidak terbaca. Wajah itu terlihat biasa saja. Tidak ada perasaan senang sedikitpun mengetahui sang istri menyusulnya ke Jepang. Dulu mungkin Naruto akan senang jika Sakura menyusulnya. Tapi sekarang tidak lagi. Bahkan Naruto merasa sedikit terganggu. Secepat inikah cintanya menghilang? Tapi kenyataan memang demikian adanya.

"Ah! Aku sedikit sibuk beberapa minggu ini sayang. Dan kenapa kau ke Jepang?"

Nada ceria serta antusias itu berbanding terbalik dengan mata sayu serta kepalan pada tangannya. Naruto tidak suka ini. Narto tidak suka Sakura menyusulnya ke Jepang.

"Ah benarkah? Baiklah nanti malam aku akan menemuimu, Berdandanlah yang cantik."

Sambungan itu diputus oleh Naruto. Helaan nafas panjang pria itu ambil. Dengan sedikit malas ia mendudukkan diri di teras belakang dan memandang ke arah awan. Tubuh atasnya tidak terbalut apapun. Ia hanya menggunakan celana pendek selutut.

Dare ga machigatte iru (SALAH SIAPA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang