Seventeen

20.4K 1.2K 553
                                    


Camryn pergi, dengan dada berdegup dengan cara yang sunggu menyakitkan. Camryn tau suatu saat ini akan terjadi, tapi ia tak akan pernah siap menerimanya. Ia mencintai Alden setengah mati, bahkan sebelum ingatannya kembalipun ia tetap mencintai Alden. Tapi Alden, sepertinya cintanya juga luntur bersama dengan ingatannya tentang Camryn. Well, apa yang Camryn harapkan? Ia bukan lagi siapa- siapa. Ia bukan lagi ratu di hati Alden. Ia hanyalah kenangan pahit yang sudah di lupakan.

"Lizbeth" seketika langkah kaki Camryn berhenti mendengar suara berat Alden. Suaranya masih sama, masih begitu menggoda, jantan, dan indah. Namun, Camryn benar- benar benci mendengar Alden memanggilnya Lizbeth. Ia ingin ALdennya memanggilnya Camryn, seperti dulu. Memanggilnya Camryn, dengan penuh cinta. Tapi itu dulu.

"Lizbeth" Alden memanggilnya lagi, dan Camryn berbalik untuk menatap Alden. Berusaha untuk menjaga sikapnya sedingin mungkin.

"ya?" Camryn gagal mempertahankan agar suaranya tetap dingin, suaranya serak dan terdengar merana. Membuat Alden terdiam sejenak, mata hitam kelamnya menatap mata abu- abu Camryn dalam dalam. Tak sedetikpun Camryn mengalihkan pandangannya, ia mencintai mata itu.

"lama tak bertemu" suara Alden terdengar lega, membuat Camryn berdecak. Mereka tak memutuskan pandangan mata mereka sedikitpun. Sampai Alden menggelengkan kepalanya kemudian memejamkan matanya sejenak.

"apa yang ingin kau bicarakan padaku?" Alden melipat kedua tangan didepan dadanya, menatap Camryn dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"aku yakin aku bisa menunggu sampai kau selesai dengan kesibukanmu" Camryn tersenyum tipis, dan hendak menghampiri Galen saat Alden menarik tangan Camryn.

"Aku yakin hal itu pasti sangat penting sampai- sampai kau sudi menginjakkan kakimu di tempat kembali" Alden mengerutkan dahinya. Mata dan auranya begitu mengintimidasi. Membuat dada Camryn sesak seakan- akan oksigen menghilang dari muka bumi ini.

"ini mengenai video yang ku tunjukan padamu tadi pagi" ucap Galen dari belakang Alden, membuat Alden menoleh kebelakang. Menyelamatkan Camryn.

"aku yakin itu tidak ada hubungannya dengan kami" Alden kembali menoleh kearah Camryn, memiringkan kepalanya. Ia terlihat, sangat buas. Dan bahkan hati bodohnya ini tetap mencintai kebuasan pria tua didepannya.

"tidak ada hubungannya?" Camryn mengdengus geli, kemudian melipat tangannya didepan dada sebelum melanjutkan ucapannya.

"kalau begitu kau belum melihat komentar- komentar orang bukan?" Camryn menaikan alisnya, menolak untuk terintimidasi oleh sikap Alden. Ia takkan jatuh lagi pada pesona atau aura persetanan milik vampire itu. Alden mengerutkan dahinya, kemudian berbalik kearah Galen yang menyengir canggung.

"maafkan aku, bos. Aku kira tidak ada apapun yang penting di dalam kolom komentar" ucapan Galen dibalas dengan tatapan tajam Alden.

"ternyata kau salah bukan?" Alden menggeram. "apa yang ada di kolom komentar itu?"

"ada sebagian orang yang mencurigai bahwa LIzbeth adalah vampire, dan sepertinya mereka mulai merencanakan pemburuan vampire" Galen menggaruk tengkuknya.

"BAGUS! Kita punya vampire hunter asli, banshee, dan sekarang vampire hunter wannabe?!" Alden menggeram, dan jarinya mengurut kedua pelipisnya.

"hey Alden tenanglah, kita bisa melewati ini, pasti ada cara untuk melewatinya" Camryn menelan ludahnya, perlahan berjalan mendekati Alden dengan tangan terulur untuk menyentuh Alden.

"bagaimana?" Alden menatap Camryn tajam selama beberapa saat, kemudian melunak.

"kurasa kita harus membicarakan ini di tempat yang private" Camryn melirik ke perempuan di balik bahu Alden, yang sedang memperhatikan mereka dengan curiga. Camryn memperhatikan wajah itu lekat- lekat, wajah wanita itu sangat familiar, ia pernah melihatnya sebelumnya.

His Soul #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang