Eighteen

3.6K 363 68
                                    

Camryn tidak dapat menahan ringisannya saat Alden memarkirkan mobilnya beberapa rumah dari rumah Camryn, cukup dekat untuk melihat semua kekacauan itu namun juga cukup jauh untuk menghindar dari semua kekacauan itu. Gerbang rumahnya hancur dan darah ada dimana- mana, ia memikirkan penjaga keamanan rumah dan para pembantunya.

"mereka cukup pintar untuk menggunakan perisai" ucap Galen sesaat setelah mereka turun dari mobil dan menonton kekacauan itu. Perasaan Camryn campur aduk, khawatir, sedih, dan marah. Amarah terbakar didarahnya, ia ingin melesat kesana dan mencabut semua jantung pembawa onar jahanam itu. Tapi amarahnya tidak ada apa- apanya di banding kemarahan yang Alden rasakan, ia adalah seorang Ace Vampire, dan vampire- vampire bodoh ini sedang melakukan penyerangan tanpa sepengetahuannya? Ini Namanya penghianatan, dan penghianatan harus di bayar dengan hukuman yang berlaku, darah dan pengasingan.

"pakai atau tidak pakai perisai, mereka tetap membahayakan kaum kita dan ini adalah penghianatan" Alden menggeram dan melesat kearah kekacauan, di ikuti Camryn dan Galen.

"HENTIKAN!" Alden mengaung, suaranya terdengar begitu mengerikan seperti Guntur, dan dipenuhi kekuatan supernatural yang membuat semua makhluk yang mendengarnya bergidik dan mematung selama beberapa saat, bahkan Camryn.

"Hentikan semua kekacauan ini sekarang dan serahkan otak dari kekacauan ini" suara Alden terdengar begitu tenang dan sangat mengintimidasi, menusuk- nusuk tulang Camryn hingga ia bergidik dan kagum. Namun alih- alih menyerahkan pemimpin mereka, salah satu vampire yang wajahnya dipenuhi darah melempar tangan manusia kearah Alden, mengenai armaninya.

"kami tidak akan tunduk padamu, kau bukan raja kami!" ucapnya dengan angkuh meski tersirat sedikit ketakutan di wajahnya, ia tetap mendongakkan wajahnya dengan kurang ajar. Dan sepertinya ucapan vampire itu berhasil membakar kembali amarah vampire lainnya. Belum sempat Alden membalas ucapannya, seorang vampire melesat dan hendak menyerang Alden, hanya untuk berakhir mengenaskan di tangan Galen tanpa sempat menyentuh Alden. Galen hanya membutuhkan satu sentakan dan kepala vampire gila itu terputus dari kepalanya. Kemudian Galen melesat lagi, dan melakukan hal yang sama pada vampire dengan wajah penuh darah yang sebelumnya berbicara.

"lakukan itu sekali lagi dan kau tidak akan melihat esok pagi" wajah Galen terlihat tenang, namun mata nya bersinar dengan kemarahan. Kemarahan yang sama dengan apa yang Camryn rasakan. Camryn benci siapapun yang merendahkan Alden-nya.

"kau membunuh vampire, kaummu sendiri hanya untuk apa? Fana hina dan raja tak berguna itu?" seorang vampire pria muncul dibalik kerumunan dengan membawa satu balita di gendongannya dan anak kecil di genggamannya. Anak manusia, anak dari pembantu Camryn.

Kedua anak itu menangis dan meneriakan nama Camryn saat melihat Camryn, membuat Camryn semakin marah dan hatinya teriris- iris. Ia tau vampire adalah makhluk berdarah dingin, hanya saja ia tak tau bahwa sebengis ini, menggunakan anak- anak sebagai ancaman dan perisai manusia.

"sialan!" Camryn mengumpat dan hendak berlari kearah vampire bengis itu saat Alden menahannya.

"lepaskan aku, kau sialan" Camryn melepaskan tangan Alden dari pundaknya dan melotot kearah Alden.

"mendekat dan akan ku keringkan darah bocah ini dan mayatnya ku lemparkan pada anjing- anjing" pria itu menyeringai, tau sekali bahwa ia berhasil menemukan kelemahan lawannya.

"kau sakiti sehelai saja rambut mereka, dan kau akan menyesal" Camryn meraung murka, ia mengepalkan tangannya dengan kuat sehingga buku- bukunya memutih.

"sayang sekali, woman. Aku tidak takut akan kematian" ucapnya dengan sombong.

"kematian? Aku tidak akan sebaik itu denganmu memberi kematian" Camryn tertawa, matanya menyipit, otaknya memikirkan strategi yang cocok untuk menolong kedua anak itu tanpa harus membuat mereka terluka.

His Soul #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang