Chapter 11

16.1K 528 32
                                    


"Aku butuh berpikir" tutup Willis.

"Kau harus memikirkannya dengan cepat" tuntut Ray.

Willis mengerang kesal, "Tinggalkan aku sendiri, Ray. Sekarang!"

Ray berdiri lalu membungkuk dengan hormat. Willis menatap bawahannya itu sampai menutup pintunya. Dia terdiam, memikirkan perkataan Ray yang sedikit membuatnya naik pitam.
Ya. Perkataan Ray tidak salah. Ibunya melindungi dirinya dari segerombolan mafia yang berusaha merenggut nyawanya. Willis tidak ingin mengakuinya, tetapi dia hanya berusaha untuk tahu diri.

Pertanyaannya; apakah Celine akan melakukan hal yang sama dengan ibunya?

Bagaimana jika dia malah membunuh anaknya dan melarikan diri darinya? Bagaimana jika chip berharga itu jatuh pada tangan NCT?

Willis menjambak rambutnya sendiri. Pikirannya berkecamuk saat ini. Tepat saat itu, pintu terbuka, menginterupsinya.

Willis menatap Celine yang muncul dengan takut-takut dibalik pintu besar itu.

"Siapa yang mengijinkanmu untuk keluar dari kamar?!" bentak Willis. Celine tampak mencengkeram ujung piyamanya. Tubuhnya gemetar.

"A-aku sendiri.." jawabnya dengan lirih. Willis menatapnya dengan tajam.

"Kauㅡ"

Seorang wanita muncul dengan tergesa. Dia berlutut dengan cepat.

"M-maaf tuan.. Dia.. Dia.."

Willis berdiri lalu menghampiri Celine yang masih menundukan pandangannya. Dia merengkuh tubuh mungil gadis itu lalu menatap pelayan yang tengah berlutut itu.

"Pergi dari sini"

Pelayan itu mengangguk dengan cepat lalu bangkit dan berlari keluar ruangan. Willis tetap merengkuh tubuh Celine yang bergetar. Dia menghembuskan nafasnya dengan berat.

"Jangan memarahinya.." mohon Celine.

Willis mendengus kesal. "Dia tidak bisa mematuhi perintahku dengan baik. Kau juga"

"Maaf.."

Willis mengatur nafasnya. "Sudah kubilang diam di kamarmu.." suara Willis terdengar lembut ditelinga Celine. Celine masih menunduk, tidak bergeming sedikitpun.

"Aku bosan.." jawabnya dengan lirih.

Willis membelai pelan kepala Celine. "Aku sedang bekerja, babygirl.."

Celine menggeleng. "Kau bekerja dan aku seperti tahanan yang terus mendekam di kamar besar itu"

Willis menciumi pucuk kepala Celine. Dia tidak menjawab pernyataan gadisnya itu.

"Aku lapar.."

Willis tersenyum. Dia memukul pantat Celine dengan gemas.

"AW!"

"Kenapa kau tidak makan tadi?" peringat Willis. Celine melepaskan pelukannya lalu mengelus pantatnya.

"Kenapa memukulku?!" protesnya. Willis mengangkat kedua alisnya.

"Lalu kau mau aku bagaimana?" Willis meremas pantat sintal itu dengan gemas. "Seperti ini?"

Celine meringis dan menepis lengan Willis dari pantatnya. "Hentikan!"

Willis tertawa pelan. Dia mengecupbl kening Celine. "Pergilah makan. Aku harus menyelesaikan urusanku terlebih dahulu"

Celine bergelayut manja di tangannya. Kepala gadis itu menyandar di dada bidang milik Willis.

"Aku ingin makan bersama daddy.."

Willis terkekeh pelan. "Pergilah duluan. Nanti aku menyusul"

Celine menggeleng. Dia mengayun-ayunkan kedua tangan Willis dengan gemas.

"Ayo makan bersamaku.."

"Baiklah baiklah.."

Akhirnya Willis menyerah. Dia membopong gadisnya lalu menghujani wajahnya dengan ciuman. Celine mengalungkan tangannya pada leher Willis dan menyandarkan kepalanya pada bahu Willis.

"Kau harus terus menjaga tubuhmu ini untukku, babygirl.." ujar Willis. Celine mengangguk-angguk seperti anak kecil. Tangannya memainkan kerah baju Willis.

"Aku akan selalu menjaganya untukmu" ujar Celine. Willis mengecup hidung Celine.

"Good girl.."

Semua orang menatap mereka dengan sedikit lega. Mereka memang tidak heran dengan pemandangan seperti itu. Hanya saja, Willis terlihat lebih lembut dengan submissive barunya. Dia tidak menjambak atau menyiksanya. Hal itu membuat suasana baru di dalam rumah besar itu.

Willis menatap Kevin yang tengah memandanginya, membuat lelaki itu refleks menundukan pandangannya.

"Hhhh sepertinya kita akan melakukan makan siang berdua" ucap Willis seraya berbelok ke arah kamarnya. Celine menurunkan kedua sudut bibirnya.

"Kenapa?" tanya nya dengan kecewa.
"Aku tidak mau wajah cantikmu menjadi tontonan para lelaki disini" jawab Willis dengan suara yang dalam. Celine tidak membantahnya. Dia terlalu takut jika Willis malah membentaknya atau bahkan menjatuhkannya ke lantai.

"Tapi kau menemaniku untuk makan, ya kan?" rengek Celine. Willis mengangguk. Dia membenarkan pangkuannya lalu mengecup bibir merah milik Celine.

"Aku akan menemanimu. Tetapi setelah itu aku harus pergi. Kau jaga dirimu baik-baik. Jika para pelayan menyentuh tubuhmu dengan alasan atas perintahku, laporkan saja langsung. Aku akan mempersingkat hidupnya"

Celine mengangguk. Dia kembali membenamkan wajahnya pada dada Willis.

Selesai makan, Willis memerintahkan Celine untuk tidur. Celine sempat menolaknya, namun dia langsung menurut saat Willis mengancamnya akan mengurung dirinya di kamar bermainnya.

Willis mengecup kening Celine. "Tunggu aku. Aku berjanji malam ini akan menjadi malam terindah untukmu"

Celine mengangguk. Dia memeluk boneka beruang putih yang Willis berikan untuknya.

"Kembali dengan cepat, daddy.." ucap Celine dengan lirih. Willis mengangguk.

"Aku akan kembali dengan cepat, babygirl"

***

Celine mengerjap pelan. Kamar itu gelap. Hanya ada lampu tidur yang menyala di atas nakas. Dia melirik jam yang tergeletak di dekatnya.

10.23 pm

Celine mengerang saat merasakan tubuhnya ditindih oleh sesuatu. Suara deru nafas yang berat menyapa indra pendengarannya.

"W-willis?" tebak Celine. Lelaki itu menatapnya, lalu melumat bibirnya dengan cepat. Celine dapat mencium bau alkohol yang sangat menyengat. Dia berusaha mendorong tubuh pria itu.

"Hentikan! Kau mabuk!" jerit Celine.

Plaak!

"Beraninya kau membentakku!!" teriak Willis tepat di hadapannya. Celine mengigit bibir bawahnya saat merasakan pipinya panas. Lelaki itu mencengkeram kedua tangannya dengan erat. Celine menjerit pelan.

"Sadarlah! Kumohon jangan lakukan ini.."

"Diam dan nikmati saja" desis Willis.

Hati Celine hancur. Dia berusaha melepaskan dirinya dari cengkeraman pria yang telah menganggap dirinya sebagai seorang putri. Tetapi dia hanya mendapatkan tamparan di wajahnya.

"Will.. Hentikan.." mohon Celine. Willis terdiam sejenak, kemudian dia menjambak rambut Celine dengan kasar.

"Diam!"

Airmata Celine mulai menuruni pipi manisnya.

Plaak!

"BERHENTI MENANGIS, JALANG!!"

Tubuh Celine mengejang saat Willis mengigit salah satu payudaranya dengan keras.

"AH! SAKIT.." isak Celine. Willis merangkak naik dan melumat bibir Celine kembali. Dia mengigit bibir Celine dengan keras, membuat Celine menjerit dalam ciuman sepihak itu.

"MMHHH!!"

"Nikmati permainanku, jalang sialan!"

***

D A D D YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang