Chapter 12

13.4K 488 37
                                    


"S-stop it.."

Willis tidak menghiraukan rintihan pelan gadis itu. Dia terlalu mabuk oleh aroma tubuh Celine. Sedangkan Celine hanya memberontak dengan lemah. Tidak mudah untuk menyingkirkan tubuh kekar milik Willis.

"Will.. Tolong.." mohonnya pelan. Bukannya menuruti permohonan Celine, Willis malah menampar pipi gadis itu dengan keras.

"Diam" geramnya. Airmata Celine semakin deras. Dan Willis tidak peduli.

Keinginannya hanya satu. Dia harus menuntaskan libidonya.

Willis mulai menciumi leher Celine dan melucuti piyama pink itu dengan cepat. Celine mulai berteriak meminta tolong. Willis tidak peduli. Tidak akan ada yang bisa lolos dari cengkeramannya.

Celine mendorong tubuh Willis dengan kuat saat lelaki itu mulai mengulum dan mengigit putingnya dengan kuat. Rasa perih menyerang payudaranya. Gadis itu menjerit seraya memohon agar Willis berhenti menyakitinya. Tetapi lelaki itu terlalu mabuk untuk mendengar rintihannya.

Willis mencengkeram kedua lengan mungil milik Celine dengan satu lengannya sementara tangan lainnya mulai meraba kewanitaan milik Celine. Lenguhan pelan keluar dari mulut Celine saat lengan Willis mulai menyentuh daging kecil diantara lipatan miliknya. Mulut Willis masih sibuk dengan dada milik Celine, membuat beberapa tanda keunguan yang membuat Celine semakin ketakutan.

"Willhh.."

Willis akhirnya melepaskan cengkeramannya dan beringsut mundur dari tubuh Celine. Celine segera mengatur nafasnya dan menarik selimut tebal untuk menutupi tubuhnya. Dia berpikir mungkin Willis telah sadar dengan apa yang dia lakukan padanya. Tetapi dia salah.

Willis melucuti pakaian dari tubuhnya. Setelah melakukannya dengan cepat, dia menarik selimut tebal itu dengan kasar dan kembali menindih tubuh Celine.

Celine semakin menangis dan berteriak saat melihat kejantanan Willis yang telah menegak dengan sempurna. Ukuran seperti itu tidak bisa dibilang kecil. Dan Celine tak mau mengambil resiko kewanitaannya dikoyak oleh benda itu.

Plaak!

Satu tamparan mengenai pipi Willis, membuat lelaki itu terdiam dan menatap gadis dibawahnya dengan tajam.

"Sadarlah. Ini aku.." rintih Celine.

Willis menggeram pelan lalu menjambak rambut Celine dengan kasar.

"Beraninya menamparku?!! Kau hanya jalan murahan, Seira!!"

Celine menahan lengan Willis yang berusaha membuatnya terlihat kesakitan. Dan siapa tadi? Seira? Siapa dia?

"Aku Celine. Willis tolongㅡAKHHH!!"

Tubuhnya mengejang dengan sempurna saat satu jari Willis mulai masuk kedalam kewanitaannya. Itu sangat menyakitkan untuknya. Willis berusaha memasukan jari keduanya, membuat Celine memberontak dengan kuat karena kewanitaannya terasa perih.

"Willhhh!! Sakitt!!" jeritnya. Willis menyeringai. Dia menjilat pipi Celine lalu mengigit bibir bawah milik gadis itu dengan sensual.

"I love you, Seira. I love you.."

Celine mendorong tubuh Willis dengan lemah. Willis menepis lengan Celine dan mencengkeramnya dengan kuat. Tangan yang lainnya tetap berusaha mengoyak kewanitaan milik Celine.

Celine merintih dengan keras. Kakinya mengapit tubuh Willis yang berada diantara selangkangannya.

"Willhh.."

Willis masih terlihat tengah kesetanan. Dia terus mempercepat dan memutar-mutar jarinya dengan kasar sampai cairan hangat terasa membasahi tangannya. Willis meliriknya.

"Ahh.. Sepertinya aku terlalu kasar kepadamu, Seira" ucapnya dengan sensual. Celine mengikuti pandangan Willis seraya terengah.

Jemari Willis penuh dengan darah, membuat Celine refleks menjerit.

"Kau!! Hentikan! Kau menyakitiku!!"

Hati Celine seperti tersayat sebilah pisau. Lelaki bajingan itu telah merebut harta satu-satunya yang selama ini dia jaga dengan baik. Dia tidak pernah mengira bahwa hidupnya harus berakhir di tangan lelaki yang baru dia kenal kemarin sore.

Willis tidak memperdulikan isak tangis Celine yang semakin terdengar memilukan. Dia beringsut mundur, yang langsung digunakan oleh Celine untuk menutup kakinya rapat-rapat dan menggulung tubuhnya. Willis menatapnya dengan dingin.

"Spread your legs" perintahnya dengan tegas. Celine menggeleng ketakutan. Kewanitaannya benar-benar terasa perih.

"I said spread your legs or i'll kill you!!" bentak Willis. Celine terisak. Perlahan dia membuka kembali kakinya. Willis menyeringai puas saat melihat vagina Celine yang merah dan berdarah.

Tanpa memberi aba-aba apapun Willis kembali menindih Celine dan melumat bibir wanita itu yang sudah membengkak. Celine hanya pasrah. Dia tidak peduli lagi dengan tubuhnya. Lagipula, apalagi yang harus dia pertahankan?

Willis tersenyum saat melihat gadis dibawahnya mulai melemah. Keringat memenuhi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benangpun, membuat libido Willis semakin memuncak.

"Diam dan nikmati permainanku, sayang.."

Willis menuntun kedua lengan Celine untuk memeluk tubuhnya. Dia perlahan mulai memasuki tubuh Celine, membuat jeritan keras memenuhi kamar Willis.

"Akhhh!! Willhhh!!"

Tubuh Celine menegang saat kejantanan Willis mengoyak vaginanya yang sempit. Willis mengerang nikmat. Bahkan cakaran Celine di punggungnya tidak dia rasakan sama sekali.

"Let's scream tonight, Seira.."

***

D A D D YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang