L-24

4.4K 316 3
                                    

Sudah terlalu lelah sembunyi dari rasa sakit.

...

"Lentera kenapa dari tadi diam aja?" Mami melirik Lentera dari kaca spion dalam. Wanita paruh baya itu berusaha membagi fokusnya dari jalan raya ke Lentera.

Lentera yang sedari tadi memainkan tombol jendela mobil langsung menoleh.

"Nggak pa-pa, Mi." Jawab Lentera.

"Mau jalan-jalan dulu nggak?" Tanya Mami lagi. Lentera dan Pelita saling pandang, lalu keduanya menggeleng.

"Pelita mau langsung pulang aja. Capek." Jawab Pelita tersenyum manis. Lentera pun mengatakan hal yang sama, lalu kembali kepada aktivitasnya sebelumnya. Memainkan tombol jendela.

Sehabis menentukan tanggal untuk cuci darah Pelita bulan depan, Mami membawa kedua putrinya berbelanja ke butik. Wanita paruh baya itu membelikan baju kembar untuk kedua anaknya. Mereka cukup lama menghabiskan waktu di butik, dan sekarang langit sudah mulai menggelap.

Lentera suka malam. Beginya, malam adalah saat yang tepat untuk menyendiri. Melepaskan segala beban yang masih menyangkut di hati. Mengobati luka yang masih menganga namun tak berdarah.

Semenjak percakapannya dengan Iqbal tadi pagi, Lentera benar-benar mematikan ponselnya. Gadis itu sampai melepaskan batere ponselnya. Sampai sekarang, Lentera masih takut untuk menyalakan ponsel kesayangannya itu.

Takut Iqbal meminta putus.

Mobil yang dikendarai Mami berhenti di halaman rumah. Lentera buru-buru turun, meninggalkan Mami dan Pelita yang sedang membuka sabuk pengaman.

Gadis itu berlari menaiki tangga, lalu masuk ke kamarnya. Di rumah hanya ada dua orang pembantu. Di mana Aldi? Ah ya, pasti lelaki itu tidak betah tinggal di rumah yang suram dan gelap ini. Papi? Di mana dia?

Lentera melompat naik ke kasurnya, lalu menutupi tubuhnya dari ujung kaki sampai rambut dengan selimut tebalnya.

Lentera bisa mendengar suara derit pintu kamarnya yang dibuka. Dia tidak menyibakkan selimutnya, masih bersembunyi di dalam benda tebal itu.

"Pelita, ini udah malam. Pelita harus tidur. Lentera juga mau tidur." Ucap Lentera di balik selimutnya.

Bukanya mendengar suara pintu yang tertutup, Lentera malah mendengar langkah kaki yang mendekat. Lalu ia merasakan seseorang duduk di atas kasurnya.

"Mami boleh tidur sama Tera?"

Lentera menyibakkan selimutya. Matanya sempat membelalak tak percaya pada apa yang ia lihat. Mami tersenyum padanya. Benarkah?

Tidak bisa menutupi keterkejutannya dengan baik, Lentera malah membuat Mami semakin tersenyum manis.

"Sini," Mami menepuk pahanya. Meminta Lentera untuk meletakkan kepalanya di sana. Tertidur di pangkuannya.

"Mi ...."

"Sini," Mami menepuk pahanya lagi. Lentera mengangguk, dengan ragu ia meletakkan kepalanya di pangkuan Mami.

Dulu, Oma yang selalu memerlakulan Lentera seperti ini. Dan rasanya sangat nyaman.

"Mami minta maaf ya, kalau selama ini selalu bersikap nggak peduli sama kamu. Kamu percaya kan kalau Mami sayang sama kamu?"

Forget Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang