L-08

5K 333 3
                                    

Ada.
Jutaan cara untuk bahagia, tapi kamu tak pernah mau mencobanya.

...

"Da-da!" Lentera, Via dan Pelita melambaikan tangan pada Oma yang hampir menutup pintu rumah.

Ketiga gadis itu sudah bersiap untuk bermain sepeda di taman bermain. Sudah ada dua sepeda yang terparkir di halaman rumah Prawira. Salah satu dari sepeda itu adalah milik Lentera, dan yang satunya lagi milik Azka.

Pelita naik ke jok sepeda yang di depan, lalu diikuti Via yang duduk di jok belakang. Di samping mereka, Lentera sudah naik ke sepedanya. Hari ini, saudara kembar itu memakai baju yang sama. Tentunya, baju yang dipilih oleh Pelita.

"Go!" Sepeda mereka pun melaju dengan kencang. Keluar dari pintu gerbang keluarga Prawira yang sudah dibuka dengan seorang satpam yang hormat di dekat pos jaganya. Kedua sepeda itu berbelok ke kanan untuk segera sampai ke taman bermain.

"Aku mau ke kios bentar ya," Lentera yang memang membawa sepeda sendirian segera melambaikan tangannya, lalu berbelok ke kiri. Memarkirkan sepedanya di parkiran yang disediakan oleh pemilik bazar kecil-kecilan di komplek mereka.

Via dan Pelita mengangguk, meneruskan tujuan mereka ke taman bermain. Keduanya tampak bahagia. Ternyata Pelita mulai merasa nyaman pada Via. Tapi dia berharap, semoga dirinya tidak membuat Lentera merasa kalau semua miliknya harus mejadi milik Pelita juga.

Sudah cukup.

Pelita sudah mengambil semua milik Lentera terlalu banyak. Gadis itu menghela napas, mengucapkan maaf dalam hati.

Karena sampai sekarang, Pelita masih enggan mengembalikan apa yang telah dipinjamkan Lentera padanya.

...

"Kira-kira Pelita suka yang mana, ya?" Lentera menggigit kukunya sendiri. Kebiasaan aneh yang ia lakukan jika sedang berpikir. Gadis itu meletakkan kembali gelang yang ia ambil. Masih takut salah pilih yang mana warna kesukaan Pelita. Di dalam genggamannya, sudah ada dua gelang berwarna pink dan biru. Biru adalah warna kesukaan Via. Lentera memang sengaja membelikan gelang yang sama, supaya dia, Via dan Pelita bisa bersahabat. Itu hanya harapan Lentera semata.

"Pelita kayaknya agak kasar dan tomboy gitu. Warna merah cocok kayaknya." Lentera meraih gelang berwarna merah, lalu mengumpulkan ketiga gelang yang sudah dipilihnya dan segera membayar pada penjaga kios.

Lentera membalik tubuhnya, memasukkan gelang-gelang itu ke dalam kantong celannya.

"Pelita?"

Uh-oh... suara itu!

Lentera meringis sebelum akhirnya memilih untuk membalikan tubuh. Gadis itu tersenyum kaku pada Iqbal dan Bella yang berjalan ke arahnya.

"Aldi mana?" Iqbal melihat sekelilingnya, berusaha mencari sosok sahabat terdekatnya. "Sendiri doang? Awas diculik ninik towok."

Lentera tersenyum kaku menanggapi lelucon Iqbal.

"Biasanya langsung mencak-mencak ke gue, ngatain gue sok ganteng lah, sok lucu lah, sok akrab lah," sindir Iqbal pada Lentera. Lentera sudah membuka mulutnya, siap melontarkan segala penolakan untuk sindirian Iqbal yang ditujukan pada Pelita.

Forget Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang