L-02

5.8K 437 6
                                    

Mama.
Anakmu ini sudah besar. Tak lagi rapuh dan menyusahkan.

...

"Ada anak baru! Cakep! Turun dari mobil mewah!" Iqbal yang baru datang bersama Kevin langsung meloncat duduk di samping Aldi. Membuat Anggun dan Pelita yang duduk di depan Aldi langsung melengos kesal. Sebenarnya, hanya Pelita yang melengos kesal. Sedangkan Anggun tampak bersemangat karena duduk bersama kakak kelas ganteng.

"Iya," angguk Kevin setuju. "Tadi dia di ruang kepala sekolah. Dia pake topi sama masker, tapi kalau diliat dari matanya kayaknya cantik. Matanya tuh indah banget!"

Pelita menghela napas. Ia tahu siapa anak baru yang dimaksud oleh Iqbal dan Kevin. Siapa lagi yang punya mata seindah Lentera?

"Masa sih?" Tanya Aldi tak percaya.

"Wah, kena azab lo nggak percaya sama sahabat sendiri!" Ucap Iqbal sambil terkekeh. Aldi langsung menjitak kepala Iqbal.

"Pagi buta, woy! Udah kena jitak aja gue!" Sungut Iqbal sambil mengelus kepalanya.

"Kita taruhan aja gimana?" Iqbal mengubah wajahnya menjadi serius. Anggun dan Pelita ikut menguping.

"Taruhan gimana?" Tanya Kevin tak mengerti.

"Katanya, anak baru itu princess ice di sekolahnya. Nggak tahu sih bener apa nggak. Kalau menurut gue, itu bener. Soalnya jalannya agak sombong gitu, terus nggak pernah balas nyapa kalau ada yang nyapa dia." Iqbal menyeruput es teh Pelita yang baru diantar oleh ibu kantin. Pelita geram, tapi ia menahannya.

Masih pagi, sabar Ta. Ingatnya dalam hati.

"Jadi taruhan gimana? Berbelit-belit lo kalau ngomong, kayak uler di atas pager." Tanya Kevin tak sabar.

"Apa hubungannya sama ular, aneh?!" Aldi langsung menjitak kepala Kevin. Hal itu membuat Anggun semakin yakin kalau turunan keluarga Guntur adalah penjitak paling hebat di dunia.

"Gini, gue kan orang paling ganteng di sekolah. Fans gue banyak banget. Gimana kalau kita taruhan? Kalau gue nggak berhasil naklukin cewek es itu, gue traktir kalian 1 tahun penuh. Kalau gue berhasil, kebalikannya." Jelas Iqbal dengan senyum miring terukir di wajahnya.

Aldi melirik ke arah Kevin, sedetik kemudian, keduanya mengangguk kompak.

Wanita es? Sombong? Tidak menjawab sapaan? Pelita jadi tidak yakin kalau itu adalah Lentera. Yang dia tahu, Lentera adalah kebalikan dari semua ciri-ciri yang Iqbal sebutkan tadi.

"Kelas, yuk!" Pelita berdiri, menarik tangan Anggun untuk ikut bersamanya. Hal itu sontak menarik perhatian Iqbal, Aldi dan Kevin.

"Mau dianterin nggak?" Tanya Iqbal dengan senyum manis.

Pelita mendelik tajam, lantas menjawab. "Gak sudi!"

"Pel, nggak apa-apa kali dianterin sama Kak Iqbal." Anggun menahan tangan Pelita.

Pltak.

"Lo aja sana!"

"Yah," ucap Anggun kecewa sambil membiarkan dirinya ditarik oleh Pelita menuju kelas.

Forget Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang