L-10

4.6K 332 2
                                    

Berterimakasihlah pada mantan, karena dirinya  kamu bisa belajar untuk melepas dengan ikhlas.

...

"Jadi, lo kembarannya Pelita?"

Anggun dan Lentera. Di tempat yang sepi inilah mereka berbicara. Beberapa menit yang lalu, Lentera membawa Anggun ke gudang sekolah yang dianggap berhantu oleh para siswa. Dan di gudang ini juga, Lentera bisa leluasa berbicara tanpa harus memakai masker.

"Iya, dan aku mau kamu jaga rahasia ini. Jangan sampai ada yang tahu." Jawab Lentera seraya menatap Anggun penuh harap.

"Tanpa lo minta juga akan gue jaga. Karena gue udah sahabatan sama Pelita sejak SMP. Pelita tahu lo---"

"Tahu." Jawab Lentera cepat. Anggun mengangguk, lalu sedikit melompat untuk bisa duduk di meja komputer yang sudah berdebu.

"Rahasia lo aman sama gue. Tapi gue bingung, kenapa lo nutup diri dengan masker dan topi aneh itu?"

Lentera tersenyum. Lalu menjawab. "Ceritanya panjang."

"Nggak masalah kalau lo nggak bisa cerita sekarang. Tapi, apa kita bisa jadi sahabat?" Anggun melompat turun. Lalu menatap Lentera penuh harap.

"Dengan senang hati."

...

Kevin dan Aldi yang tengah melakukan konser dadakan di kelas mereka karena jam kosong, langsung menghentikan aksi gilanya saat melihat Iqbal masuk dengan raut wajah frustasi.

Kevin melempar sapu yang dia fungsikan menjadi mic. Diikuti Aldi yang langsung meninggalkan ember tempat dia menimbulkan suara gendang.

Keduanya kini duduk di samping Iqbal. Memandanginya seakan berniat menemukan jawaban dari wajah frustasi Iqbal di pagi hari.

"Gimana rencana lo? Berhasil nggak? Ekpresinya Lentera gimana?" Tanya Kevin menggebu-gebu. Iqbal melirik Kevin dengan tatapan tajamnya.

"Gagal total!" Jawabnya sambil memukul meja. Aldi dan Kevin mengernyit heran sambil memandangi Iqbal. "Lentera nggak dateng."

"Maksud lo apa nih? Gagal paham gue." Tanya Aldi yang diiyakan oleh Kevin.

"Tadinya hampir berhasil. Tapi Lentera asma-nya kambuh. Jadinya gagal rencana kita." Iqbal balik menatap kedua sahabatnya. "Terus si kampret itu bawa Lentera tanpa bilang sama gue. Kalau dia bilang kan gue nggak harus nyari keliling sekolah kayak tadi."

"Si kampret?" Kevin mengernyit heran. "Sumpah ya, ngomong sama lo harus punya daya pikir yang cepat. Kalau orang bego yang ngomong sama lo, pasti mereka akan gagal paham terus." Lanjut Kevin sambil geleng-geleng kepala.

Aldi terdiam. Dari awal ia sudah tidak setuju pada rencana Iqbal. Tapi mau bagaimana lagi? Iqbal adalah sahabatnya. Iqbal juga sudah banyak sekali membantu hidupnya. Rasanya akan sangat tidak tahu diri jika menolak membantu Iqbal melancarkan rencananya.

Tapi sekarang, pikirannya hanya jatuh pada Lentera. Apa Lentera baik-baik saja? Apa yang membuat asma Lentera kambuh? Apa....

"Woy!" Iqbal melambaikan tangannya di depan wajah Aldi. Hal itu sontak membuat Aldi terbangun dari lamunannya.

"Si kampret yang gue maksud itu Anggun temennya Pelita." Tangan Iqbal terangkat untuk mencomot pisang goreng dari Riri yang kebetulan lewat di samping mejanya.

Forget Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang