L-27

4.3K 299 5
                                    

Pukul 00:00

Tante Riska: happy birthday ponakannya Tante yang paling cuantiikk serumah, hehehe.

Om Deni: Selamat ulang tahun biang rusuh. Semoga, kedepannya Tera nggak rusuh lagi, hehee.

Azka: HBD. Doa gue untuk ulang tahun lo ini, semoga nanti lo bisa bawa mobil. Supaya gue nggak jdi sopir.

Via: Tera ... anaknya Rapunzel ... happy birthday. Oh ya, bilangin HBD ke Pelita juga ya.

Anggun: Happy Birthday Tera♡

Bella: Saengil chukae hamnida Kak Tera.

Lentera membuka matanya saat ponsel yang ia letakkan di samping bantal bergetar. Gadis itu melirik ke arah jam dinding yang terpasang di kamarnya. Sekarang, jam dua belas malam.

Lentera menguap, mengambil ponselnya. Senyumnya mengembang saat membaca pesan-pesan itu. Kantuknya langsung menghilang saat tahu bahwa ada orang yang masih peduli pada hari ulang tahunnya.

"Iqbal nggak ngucapin?" Tanya Lentera kecewa. Gadis itu mengalihkan pandangannya dari ponsel saat mendengar suara berisik dari kamar sebelahnya--kamar Pelita.

"Pelita kenapa, ya?" Lentera menyibakkan selimutnya. Tangan putihnya bergerak menghidupkan lampu, sedangkan kakinya mencari keberadaan sandal tidur miliknya.

Saat sudah memakai sandal dan menghidupkan lampu kamar, Lentera membuka pintu kamarnya. Gadis itu mengintip dari pintunya yang sudah terbuka sebagian.

"Happy birthday, sayang!"

Oh, Mami.

Lentera memandangi semuanya. Ia bahkan ikut tersenyum saat Pelita keluar dari kamar dan langsung memeluk Mami. Kembaran Lentera itu tampak sangat senang dan bahagia. Pelita bahkan buru-buru meniup lilin di kue spesial yang dibawakan Mami.

"Ya ampun, Mami sampai bangun tengah malam begini." Ucap Pelita.

Lentera hendak membuka pintu kamar sepenuhnya, tapi harus terhenti karena ponselnya bergetar lagi. Ia lantas langsung buru-buru melompat ke atas kasur dan meraih ponselnya.

Telepon dari Papi.

Ia kira dari Iqbal.

"Hallo, Papi." Sapa Lentera dengan senyum mengembang.

"Hallo, sayang. Sepertinya ada yang udah mau jadi nenek-nenek, ya." Kata Papi dengan nada menggoda. Lentera terkekeh, bersandar pada sisi kanan kasurnya--saat ini posisinya duduk di bawah.

"Bukan nenek-nenek, bentar lagi mau jadi anak kelas XII." Ralat Lentera.

"Kamu sudah besar saja, ya." Ucap Papi tampak tak percaya pada kenyataan bahwa saat ini putrinya sedang berulang tahun. "Selamat ulang tahun, sayang. Semoga kamu jadi anak yang baik, bisa membanggakan Papi, Oma, Om Deni dan Tante Riska."

"Iya, makasih, Pi."

"Kamu mau kejutan? Coba turun ke halaman depan. Papi di luar, loh."

Mata Lentera berbinar. Ia lari terburu-buru keluar dari kamarnya. Ponsel yang ia genggam terjatuh, sambungan telepon dengan Papi bahkan harus terputus.

"Mau ke mana?"

Langkah tergesa-gesa Lentera terhenti. Ia menatap Mami yang rupanya masih berdiri di pintu kamar Pelita.

"Nemuin Papi, dia di luar."

"Beneran?" Tanya Pelita antusias. Lentera mengangguk. "Yaudah, ayok. Gue mau ketemu Papi juga."

Forget Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang