L-03

5.5K 417 7
                                    

Luka.
Ada luka yang tak berdarah, tak terlihat, namun membekas selamanya.

...

Pelita bersandar pada lokernya di ruang ganti anak-anak eskul renang. Latihan untuk lomba bulan depan telah selesai sejak 20 menit yang lalu. Anak-anak yang lain sudah pulang, hanya tersisa Pelita di ruang ganti itu.

Dengan satu tangan yang memegangi perut, Pelita memasukkan baju renangnya ke dalam loker lalu bersandar pada dinding dan membiarkan tubuhnya luruh terduduk di lantai.

"Sakit," gumamnya sambil meremas perut bagian kanannya. Bibir bawahnya ia gigit untuk mengalihkan rasa sakit yang amat sangat pada area ginjalnya.

Isi tasnya sudah berserakan di lantai akibat ia bongkar saat mencari obatnya beberapa menit yang lalu. Tapi sialnya, Pelita lupa membawa obat. Ponselnya juga kehabisan daya.

Pelita yakin, Aldi sudah pulang ke rumah. Karena selama ini, Aldi tidak terlalu peduli pada Pelita.

"Arghh...." Erangnya. Pelita merasakan setitik air matanya keluar begitu saja.

Pelita nggak lemah. Nggak lemah. Nggak lemah.

Ia merapalkan mantera itu di dalam hati. Rasa sakit itu selalu menghantuinya, ginjal sebelah kanannya tak lagi berfungsi saat ia masuk ke Sekolah Menengah Pertama.

"Ada orang nggak?"

Suara ketukan pintu membuat Pelita tersadar. Ia kenal pemilik suara itu.

"Si--siapa?" Tanyanya lirih.

"Iqbal. Cowok paling ganteng."

Pelita merasa sesuatu yang hangat menelusup ke dalam hatinya.

"Iqbal..." Pelita harap Iqbal mendengar suaranya.

Sedetik setelahnya, pintu terbuka. Menampilkan Iqbal yang tengah memegang kunci gedung renang sekolah. Lelaki itu mendapat tugas untuk mengawasi setiap gedung sekolah. Mulai dari gedung eskul sampai gedung kelas.

"Ngapain lo duduk di bawah kayak gitu?" Tanya Iqbal bersidekap.

"Aldi mana?"

"Udah pulang. Gue disuruh nganterin lo. Ayo, gih, pulang." Iqbal berbalik badan. Berjalan mendahului Pelita yang sedang mencoba untuk menjaga keseimbangannya supaya tidak pingsan.

Tapi semua itu hanya harapan. Sejak kecil, Pelita tak pernah bisa menjaga keseimbangannya.

Bruk.

"Apaan tuh?!" Teriak Iqbal yang langsung berlari masuk ke ruang ganti perempuan. Iqbal menemukan Pelita yang terbaring di lantai dengan siku berdarah karena terbentur bagian besi loker.

"Semoga lo nggak berat," gumam Iqbal sesaat sebelum membawa Pelita ke dalam bopongannya.

...

Satu hal yang Azka benci, membawa mobil ke sekolah. Menurutnya, anak SMP terlalu keren untuk membawa mobil mewah keluaran terbaru. Ini semua dia lakukan hanya demi kakak sepupu tercintanya. Lentera memiliki asma. Tidak baik menggunakan motor saat mengantar jemput gadis itu. Oma, Tante Riska dan Om Deni tidak mau mengambil resiko besar untuk Lentera.

Forget Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang