Genius of Unicorn (Part 2)

436 33 3
                                    

Hari menjelang malam. Quina fokus dengan buku yang berjubel dihadapannya. Kumpulan buku genetika sedang ditelitinya dalam-dalam. Quina berusaha fokus.

Ide itu mulai ia implementasikan. Ya, unicorn alias kuda poni yang memiliki nama ilmiah Equus caballiponi. Quina mengambil sampel berupa Equus caballiponi dengan jenis kelamin laki-laki dan memiliki kromosom XY. Alasannya cukup logis, memilih jenis kelamin laki-laki agar mampu melakukan penurunan sifat.

"Permisi pak, riset ini sepertinya akan berhasil. Struktur otak dari Equus caballiponi walaupun pembentukan sarafnya primitif dan tidak kompleks, tapi berpotensi menurunkan kecerdasan pada DNA manusia." Kata Quina, berbicara dengan profesor lokal via telepon.
"Apakah kamu yakin ini akan berhasil? Berhenti untuk bermain-main! Dana riset tidaklah murah!" Jawabnya.
"Saya yakin pak, tolong beri saya kesempatan. Saya sudah mempelajari 300 buku dengan judul yang sama." Balas Quina berusaha meyakinkan.
"Ini sudah 25 kali kegagalan yang sudah kamu lakukan, apakah kamu akan menambah list kegagalan?" Tanya profesor dengan nada cukup tinggi.
"The err is human. Thomas Alpha Edison berangkat dari kegagalan dan setiap manusia belajar dari setiap kegagalan. Apakah menyerah adalah jalan terbaik? Saya sudah keliling tiga negara untuk berbagai eksperimen. Saya ingin berhasil!" Jawab Quina.
"Baik, silakan buktikan. Waktumu tinggal setengah bulan lagi." Jawab profesor.

***
Pagi yang cukup cerah. Hari yang ditunggu-tunggu bagi Quina. Quina pagi itu izin penggunaan laboratorium di wilayah setempat.

Menit demi menit telah berjalan. Quina memulai risetnya. Ia mengambil zygot manusia dan melakukan kode genetika dengan menambahkan otak Equus caballiponi. Saat melakukan kode genetika ini, Quina berusaha agar keadaan sampelnya selalu steril. Quina harus teliti, tidak boleh ada kebocoran alat laboratorium.

"Byar...!" Terdengar suara cawan petri berukuran makro terjatuh tiba-tiba. Quina kaget. Nafasnya terengah-engah. Ia segera menghampiri cawan petri itu.

"Semoga tidak ada apa-apa." Hati Quina sangat gelisah. Ia periksa apa yang terjadi, ternyata cawan petrinya retak akibat temperatur suhu yang dinyalakan terlalu tinggi sehingga merusak pyrex.
"Hahhh!" Kali ini Quina kebingungan. Uang untuk biaya riset sudah sangat menipis, mengulang atas kesalahan ini bukanlah hal mudah....

Tiba-tiba terngiang akan masa kecilnya.
"Ayah, aku ingin meneruskan profesimu sebagai ilmuwan. Sumbangsih ilmu pengetahuanmu sangat cerdik, aku terinspirasi." Quina kecil ingin sekali menjadi ilmuwan.

Quina merasa pusing akibat suatu larutan yang aromanya tercium akibat kebocoran. Kepalanya semakin pening. Quina merasakan seluruh ruangan berputar-putar. Ia pingsan.

Gebi, seorang laboran muda memasuki ruangan laboratorium. Ia terkejut melihat Quina tergeletak di lantai.

"Quina, Quina....." Gebi memanggil Quina berulang kali, namun tubuh Quina tak bergerak sama sekali.

*Apa yang sesungguhnya terjadi pada Quina? Apakah semuanya terasa gagal dan berakhir keputusasaan? Ikuti selanjutnya di part 3*

Genius of UnicornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang