Genius of Unicorn (Part 5)

273 19 2
                                    

Quina berbaring di kamarnya. Keadaannya sudah membaik dan hanya butuh istirahat saja. Kemarin ia baru pulang dari rumah sakit dan biaya intensif sudah lunas.

Hatinya sangat sedih, bingung memulainya lagi dari mana. Sebab, otak Equus caballiponi sudah lenyap. Namanya sudah dicoret oleh Profesor lokal, dan biaya riset sudah habis. Potensi untuk bereksperimen ke luar negeri sudah tidak memungkinkan, sebab sekarang kaptennya adalah geng Tessa.

"Quin, ada yang mencarimu." Teriak Mama. Quina menoleh ke arah pintu. Datanglah dua orang laboran muda kembar bernama Debi dan Gebi.
"Kalian... Terimakasih sudah menyelamatkanku." Kata Quina tersenyum lebar.
"Kami senang kamu sudah sehat Quina." Kata Gebi.
"Oya, bagaimana dengan kelanjutan risetmu?" Tanya Debi penuh tanya.
"Aku bingung, aku gagal..." Jawab Quina menunduk.
"Tidak Quina, tidak akan begitu. Kamu hebat, aku percaya itu. Kamu pekerja keras, aku sering mengamati kerjamu di laboratorium. Ini hanya sedikit batu loncatan untukmu, aku percaya risetmu akan berhasil." Ujar Debi berusaha meyakinkan.
"Aku terharu, kalian bukan sahabatku tapi kalian seperhatian ini." Quina merasa beruntung.
"Oya, aku sudah melaporkan kejadianmu pada Profesor dan aku berulang kali membujuknya. Beliau setuju kamu bergabung kembali dengan beberapa syarat. Apa kamu tidak keberatan, Quina?" Tanya Gebi.
"Kalian serius? Syukurlah....!" Quina bahagia karena diberi kesempatan kedua  dan tak akan menyia-nyiakan lagi.
"Tapi, aku rasa kamu akan sangat kerepotan jika melakukan riset sendirian. Kami berdua siap membantumu!" Kata Gebi.
"Baiklah, aku senang jika melakukannya bersama kalian. Terlebih kalian pun laboran yang sangat berbakat." Jawab Quina sangat setuju.
***

Keesokan harinya...
Quina mendapat SMS
"Hai Quin, bagaimana kabarmu? Aku bahagia masih bisa melihat wajah cantikmu yang kaku di rumah sakit. Minggu depan aku akan kembali ke Prancis. Bersediakah hari ini kamu menemuiku di Cafe Taniya? Aku tunggu jam 8 pagi. By Randy"

Deg! Jantung Quina bergetar hebat. Ia melirik jam dinding, sudah jam 07.30 pagi. Ia bergegas menggunakan dress merah maroon, jam tangan berbentuk unicorn, dan sepatu flat imut. Ia segera melaju mobilnya dengan kencang dan tiba di Cafe Taniya tepat waktu.

Matanya fokus mencari sosok Dokter Randy, ia menemukan lelaki tampan itu duduk di bangku dekat pemandangan.
"Hai." Quina berusaha menyapa walau dirinya sangat gugup.
"Quin, akhirnya kamu datang. Aku sangat merindukanmu." Randy langsung memeluk Quina. Quina semakin gugup. Lalu, Quina melepas pelukan itu dan duduk dengan santai di sebelah Randy.
"Randy, terimakasih atas formulamu itu. Aku bersyukur masih diberi kehidupan sampai saat ini. Aku tidak menyangka kalau kita akan bertemu di rumah sakit itu." Kata Quina.
"Aku sengaja datang jauh dari Prancis dan menemuimu yang sedang sekarat. Aku menemukan kabar burukmu itu dari sebuah artikel Eropa. Dikatakan bahwa ilmuwan berbakat terserang virus Antraksea yang belum terobati, setelah aku baca aku menemukan namamu. Aku sungguh bersikeras untuk menyembuhkanmu." Jawab Randy tersenyum manis. Senyuman itu sangat indah.
"Randy, aku pikir aku tidak akan pernah bertemu denganmu." Kali ini Quina tersenyum sangat sumringah. Hatinya seakan berbunga-bunga. Inikah cinta?
"Quin, kamu ingat tentang aku dan kejadian 8 tahun silam?" Tanya Randy.

Quin mencoba mengingat peristiwa  itu. Ya, Quina dan Randy adalah teman satu kelas di sebuah SMA, sekolah internasional. Sejak pertama kali berkenalan, Randy sudah menyukai Quina dan sempat menyatakan perasaannya pada saat lulus sekolah. Quina belum sempat membalas perasaannya. Quina sebetulnya juga menyukai Randy. Namun, ambisinya meraih mimpi membuatnya menyampingkan perasaan cinta. Saat Quina akan mengungkapkan kejujuran hatinya, Randy sudah pergi ke Prancis dengan tiba-tiba.

Ya, galau. Mengapa begitu cepat Randy pergi dan menghilang tanpa kabar. Quina sulit menghubungi Randy lagi. Sahabat terbaiknya yang menaruh perasaan lebih padanya. Randy dan Quina memiliki kesukaan yang sama, sama-sama menyukai riset.

Quina merasa terharu. Ia pikir Randy sudah melupakannya dan sudah memiliki kekasih di Prancis.

"Ya, aku ingat Randy. Maafkan aku Randy." Ucap Quina.
"Tidak apa-apa Quin, aku mengerti." Jawab Randy.
"Apa kamu memiliki seseorang yang spesial saat ini?" Tanya Quina, ia penasaran hebat dan takut kehilangan Randy lagi.
"Aku sudah bertunangan dengan laboran muda. Aku pikir kamu mengenalnya. Dia Debi." Jawab Randy.

Deg! Rasa cinta yang mengangkasa perlahan ambruk beserta puing-puingnya.
"Apa? Kenapa aku geer seperti ini? Randy hanya kebetulan menolongku. Peristiwa 8 tahun lalu hanyalah masa lalu dan omong kosong. Kenapa kita bertemu jika hal yang dibahas ini menyesakkan hati?" Gumam Quina. Ingin sekali rasanya menangis dengan kencang. Cinta pertamanya telah pergi bersama sosok perempuan yang baik hati, yang menolongnya juga.

"Quina, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Randy khawatir.
"Aku baik-baik saja. Aku harus pergi. Maaf!" Quina langsung berlari menuju mobilnya. Ia langsung menangis. Hatinya remuk.

Randy kebingungan. Ia sudah bertunangan dengan Debi tiga tahun lalu. Tapi, hatinya masih mengingat Quina. Debi wanita yang sangat baik dan tidak mungkin untuk disakiti.
***
Keesokan harinya...
Quina, Debi dan Gebi menuju laboratorium. Quina selalu memandang wajah Debi, gadis yang beruntung memiliki Randy. Hatinya sangat cemburu.
"Quin, mari kita ke ruangan Profesor." Pinta Gebi, membuyarkan lamunan Quina. Quina hanya mengangguk.

Sesampainya di ruangan Profesor, Quina terkejut karena menemukan geng Tessa di sebelahnya.
"Quina, akhirnya kamu datang." Ucap Profesor. Quina menoleh dan tersenyum.
"Bagaimana kabarmu? Maaf, kami baru tahu berita burukmu kemarin. Kami memberi kesempatan bagimu dengan beberapa syarat." Ucap Profesor lagi.
"Terimakasih Prof atas pengertiannya. Syarat apa Prof?" Tanya Quina.
"Kamu boleh dengan bebas bereksperimen di sini. Tapi, biaya pribadi. Kami sudah kehabisan dana. Jangan lupa, selalu izin dengan kapten kami yaitu Tessa." Jawab Profesor yang tentu saja mengagetkan Quina.

Apa? Tessa kapten disini? Nampaknya akan terasa semakin berat.
"Baik Prof, saya bersedia dengan syarat tersebut." Quina pasrah.

*Hari Quina akan semakin berat. Cinta pertamanya sudah pergi. Quina akan berhadapan dengan kapten yang kejam bernama Tessa. Seperti apa kelanjutannya? Terus pantengin part 6* jangan lupa follow dan vote 💕

Genius of UnicornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang