Sudah satu bulan lebih kondisi Quina masih belum stabil. Orangtuanya terpaksa menjual sampel otak Equus caballiponi yang sangat langka pada peneliti lain, mengingat biaya medis terlampau mahal. Biaya perawatan intensif selama di rumah sakit baru tercover setengahnya.
Dokter muda itu bernama Randy. Wajahnya yang tampan menjadi idaman kaum hawa. Ia mahasiswa tingkat akhir di Prancis. Kekagumannya pada dunia kedokteran sudah ada sejak sekolah dasar. Randy dibesarkan oleh orangtua berkebangsaan Indonesia-Prancis. Randy sangat optimis bisa menemukan formula penetralisir virus Antraksea.
"Berdasarkan buku ilmiah yang saya pelajari, virus Antraksea memang mematikan. Cirinya dia menyerang eritrosit dan menggerogoti hingga pasien dalam keadaan kritis. Transfusi darah bukan satu-satunya obat, itu hanya pencegah." Tegas Randy berdiskusi dengan sepuluh dokter berpengalaman di hadapannya.
"Kasus ini termasuk langka. Untungnya, virus itu tidak menular. Kita harus selalu gunakan sarung tangan karena ketika berinteraksi dengan darah pasien, kulit kita menjadi sedikit perih dan melepuh." Kata Dokter Andrea, sambil menunjukkan jari kelingkingnya yang sedikit melepuh.
"Dokter Andrea menggunakan ekstrak madu sebagai obatnya, kulitnya menjadi lebih membaik 80%." Ungkap Dokter Abi.
"Baik, saya menemukan jurnal internasional temuan Profesor Iriana pada monitor komputer ini. Disini dikatakan obat yang cukup ampuh pada kasus eritrosit ini adalah ekstrak bunga edelweis di gunung Everest yang dicampur dengan lumpur laut mati, ekstrak zaitun dan diberi kadar kalsium yang tinggi supaya pasien sedikit lebih kuat dari ini. Transfusi darah terus dilakukan jika keadaan pasien semakin kritis. Saya akan mengoperasinya malam ini." Kata Dokter Randy, menunjukkan monitor hasil risetnya.
Semua mengangguk.
"Semoga berhasil!"
***Malam harinya...
Randy menatap wajah Quina lekat-lekat. Wajah yang tidak asing baginya. Wajah cantik dan anggunnya kini berganti menjadi sangat pucat.Dokter Randy beserta sepuluh Dokter lainnya membawa Quina menuju ruang operasi. Meski gelar magister Randy belum tuntas, namun pengalamannya selama di dunia kesehatan sudah tidak diragukan lagi.
"Virus Antraksea yang teridentifikasi berdasarkan uji lab sampel darah pasien berjumlah 200 virus yang bermunculan." Tegas Dokter Randy, sambil memberi dokumen.
"Pertama, kita suntikkan formula khusus Antrakseasana. Obat ini hasil ramuan dari bunga edelweis gunung Everest, ekstrak zaitun, lumpur mati dan kadar kalsium yang tinggi."Kata Dokter Andrea.
"Baik, kita mulai. Lalu selanjutnya, transfusi darah dilakukan paling terakhir. Setelah itu, kita operasi bagian jantung. Kita cek apakah kontaminasi virus Antraksea sudah menyebar." Jelas Dokter Ray, Dokter paling sepuh.
Operasi ini memakan waktu sekitar hampir sepuluh jam. Hal ini merupakan pengalaman sekaligus pembelajaran berharga bagi para Dokter, pertama kali menangani kasus penyakit langka dengan obat yang belum pernah ada sebelumnya.
***
Sepuluh jam, orangtua Quina setia menanti. Mereka mengharap kesembuhan untuk putri semata wayangnya.
"Pa, jika Quina sembuh nanti aku tidak akan pernah mengizinkannya menyentuh laboratorium lagi. Aku trauma Pa, Quina sampai seperti ini." Kata sang Mama sudah putus asa.
"Tapi Ma, ini keinginan Quina, ini impiannya, ini mimpinya." Sang Papa berusaha membela.
"Tidak, pokoknya tidak! Aku sangat tidak rela hal buruk terjadi padanya!" Sang Mama tetap bersikeras. Papa hanya terdiam, bingung apa yang harus diperbuatnya.
"Permisi nyonya tuan, kondisi Quina sudah sedikit membaik. Quina sudah tersadar. Namun, belum bisa berbicara normal akibat syok berat. Virus yang terkontaminasi berhasil dilenyapkan dengan formula racikan Dokter Randy dari Prancis." Kata Dokter Andrea dengan senyum kecil.
Deg! Hati orangtua Quina begitu sumringah. Rasa bahagianya tak bisa terbendung lagi, hampir-hampir saja mereka kehilangan putrinya. Mereka pergi bergegas menuju ruangan Quina.
Sesampainya...
"Quin, ini Mama Papa. Kami senang kamu sudah sadar." Kata Mama sambil memeluk Quina. Quina hanya tersenyum, dengan matanya yang meneteskan air mata. Mulutnya serasa kaku untuk mengeluarkan kata demi kata.
Dokter Randy memasuki ruangan Quina. Quina sangat terkejut melihat sosok yang tak asing baginya. Ingin menyapa dan menanyakan kabar, namun tubuhnya sangat lemas dan sulit mengeluarkan suara.
"Terimakasih dokter atas segalanya. Kami sangat berterimakasih. Kami akan segera melunasi biaya selanjutnya." Ucap Papa Quina. Dokter Randy hanya tersenyum bahagia. Randy tidak pernah merasakan sebahagia ini.
***Hari demi hari telah berlalu. Keadaan Quina semakin ada peningkatan. Quina mulai bisa membuka suara dan tubuhnya ada energi.
"Quina, Mama baru mendapat e-mail dari Profesor lokal bahwa namamu sudah dicoret sebagai peneliti lokal." Kata Mama, mengerutkan dahinya. Hatinya bagai teriris mengetahui ini.
"Kalau boleh tahu, aku koma selama berapa lama Ma? Tanya Quina penasaran.
"Hampir satu bulan lebih, kamu hampir saja pergi meninggalkan kami. Tapi Mama tidak berhenti mendoakan kamu." Jawab Mama.
"Tidak apa-apa Ma. Quin tau kalau Quin gagal. Quin hanya ingin sembuh dulu." Jawab Quina sambil minum air mineral.
"Maaf ya Quin, otak Equus caballiponi milikmu yang berada di lab terpaksa Mama jual untuk biaya berobat kamu. Mama pun sudah menjual beberapa aset dan mobil sebelumnya, namun belum juga tercover." Jelas sang Mama sedikit menyesal.
"Tidak apa-apa Ma. Quin tahu ini akhirnya. Quin harus menyerah sekarang!" Jawab Quina lagi.
"Quina, kamu tetap semangat ya!" Kata Papa tersenyum. Quina membalas senyumannya.
"Oya Ma, dimana Dokter Randy?" Tanya Quina sangat penasaran.
"Kamu mengenalnya?" Sang Mama keheranan.
***Di lain tempat, geng Tessa beserta Alica, Donna, Marvin dan Kevin melakukan riset penemuan tumbuhan langka yang memiliki nama spesies Zelisa sp. Tumbuhan ini berbunga unik berwarna merah dan oranye. Penemuan Zelisa sp diakui oleh kelompok riset lokal. Geng Tessa dinobatkan sebagai penemu terbaik dan dianugerahi sebagai capten di kampusnya.
*Ada hubungan apakah antara Quina dan Dokter Randy? Mengapa Quina memilih untuk menyerah? Geng Tessa sudah berhasil, apakah ada kesempatan untuk Quina? Ikuti selanjutnya di part 5*
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius of Unicorn
Science Fiction#1 of ilmuwan 22/07/2018 Quina menjalani harinya yang cukup berat sebagai peneliti ilmiah lokal. Beberapa eksperimennya gagal total, tapi penemuan teruniknya berhasil mengguncang dunia. Penemuan apakah itu ?