Bagian 4 : Yang Dekat Dan Yang Jauh

230 36 4
                                    

'Gue kangen lu Er'. 

Kata itu terngiang terus dipikirannya sampai sekarang, Ia masih tak percaya apakah benar Reza bilang seperti itu? Kalau iya, Erika ingin sekali membalasnya hanya dengan satu kata “sama”.

Ting!.

"Surya?" Ucapnya setelah mengambil dan membuka pesan diponselnya.

LINE.
SuryaPutra :  Coba deh lo liat keluar
Setelah membaca pesan dari Surya, Erika melihat keluar jendela kamarnya yang berada di lantai 2 dan ternyata benar. Ada Surya di luar.

ErikaPrita : Ngapain lo kerumah gue ya?

SuryaPutra : keluar dong

"Ada apa nih tiba-tiba udah depan rumah gue aja ?" Ucapnya sambil memberi senyum saat ia sudah berada didepan Surya.

"Gak tau kenapa gue pingin ngasih ini ke lu " Surya memberikan bungkusan hitam pada Erika.

"Dih enggak jelas deh lo haha, tapi makasi ya".Erika menerima bungkusan tersebut.

"Yaudah masuk gih udah malem".

"Em yaudah gue masuk yah, sekali lagi makasi ya" Surya mengangguk dan Erikapun masuk kedalam rumahnya.

Setelah bertemu Surya dan menerima bungkusannya Erika pergi menuju ke dapur tepatnya ke meja makan. Ia membuka bungkusan tersebut yang didalamnya ada 2 kotak sedang siomay dan, Post It?. Di Post It itu ada gambar emoticon yang sedang ketawanya. Erika yang langsung teringat kalo waktu itu Surya pernah membayarkan siomay yang ia titip pada Andi.

“Oh iya gue lupa bilang makasih ke Surya udah bayarin siomay gue”. Erika menepuk jidatnya.

"Ah gue tau nih, maksudnya apa dia ngasih gue siomay biar gue inget kali ya? Soalnya waktu itu gue lempeng-lempeng aja" lanjutnya sambil nyengir sendiri.

.
.
.
.
.
.
.
.

*

****
Suasana pagi ini sangat mendukung untuk bermalas-malasan dan tidur dengan terbaluti selimut yang lembut dan hangat. Tapi sayangnya suasana seperti ini tidak berlaku bagi Erika yang sudah siap dengan seragamnya meskipun ia memakainya dengan terburu-buru.

Pagi ini Erika meminta untuk diantar kesekolah pada Anggi dikarenakan ia sedang malas menyetir kalau sudah terlambat, takutnya karena terburu-buru ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang bisa dibilang lumayan cepat. Makanya Erika meminta Anggi mengantarnya agar. Dan kebetulan Anggi sedang libur kuliahnya.

“ERIKA BURUAN! MAU BERANGKAT JAM BERAPA, INI UDAH JAM 7 KURANG 15!” teriak Anggi.

"IYA!" Erika menuruni anak tangga.

Sekitar pukul 7 lebih 5 Erika sampai di sekolah dan berjalan agak cepat kekelas, tak lupa pamit pada Anggi. Beruntung, saat masuk kelas belum ada guru yang mengajar. Langsung Erika duduk di tempatnya dengah nafas sedikit ngos-ngosan.

"Mobil lo kenapa lagi sampe lo telat?".
"Gue bangun kesiangan hehe".

"Eh Er lo kemaren kemana gue kerumah, lo-nya kaga ada, kata Bang Anggi lo lagi keluar" Tanya Afnan.

"Gue jalan sama Reza Nan hehe".

"WATDEFAK!?" Ucap Silla yang tadinya sedang fokus dengan ponselnya langsung menatap pada Erika setelah mendengar kalimat yang dikeluarkan oleh Erika.

"Anjir hebat lu di ajak jalan sama mantan. Gue juga pingin dong diajak jalan sama mantan, pasti pas lo jalan sama si Reza rasanya tuh kek pacaran lagi ya? Yakan yakan?" lanjut Silla, Erika hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Tuh kan, tapi dia belum punya pacarkan?".

"Katanya sih dia belum punya pacar setelah putus sama gue Sil, baper deh gue".

Afnan yang dari tadi diam mengeluarkan kalimat yang membuat Erika dan Silla langsung melihat kearahnya, karena Afnan berucap dengan datar dan tatapan tajam.

"Lu yakin dia belum punya pacar? Lo belum bisa move on?".

“Biasa aja kali Nan tatapannya anjir” celetuk Silla.

"Iya Nan dia bilang sendiri ke gue".

"Gue saranin lo jangan deket dan lupain Reza deh Er".

"Emang kenapa Nan? Kalo gue masih sayang sama Reza gimana?".

"Lo masih sayang sama cowok kayak gitu? Cowok yang udah nyakitin lo!?" Ucap Afnan yang sedikit membentak.

"Apaan sih Nan kok lo bentak-bentak gue!".

"Gue enggak bermaksud bentak kok, gue cuma nyadarin lo aja" Ucap Afnan dengan nada datar.

"Udah dong Nan Er jangan berantem masih pagi nih" Silla mencoba menghentikan adu mulut Erika dan Afnan.

"Gue enggak lagi mabuk Nan enggak perlu disadarin!".

"WOY AFNAN ERIKA! UDAH!”.
Teriakan Andi berhasil menghentikan Erika dan Afnan.

"Yaudah deh terserah lo aja!" Afnan pun beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari kelas.

Bangku mereka sudah menjadi pusat perhatian teman sekelas mereka.

"Sil lo ikutin afnan" Ucap Andi sambil duduk dikursi sebelah Erika. Dan Silla pun keluar dari kelas untuk mengikuti kemana perginya Afnan.

"Ada apa sih kalian?" Ucap Andi. Erika menghembuskan nafasnya.

"Tau tuh, dia nyuruh gue jauhin Reza”. Erika menunjukan kata ‘Dia’ untuk Afnan.

"Mungkin Afnan enggak mau lo disakitin lagi kaya dulu Er, makanya Afnan nyuruh lo jauhin Reza” Ucap Andi dengan lembut.

Andi memang tempat yang tepat bagi Afnan, Silla, dan Erika untuk bercerita. Menurut mereka bertiga, bercerita pada Andi membuatnya nyaman dan aman soalnya Andi dapat dipercaya untuk menjaga suatu rahasia. Jika diantara mereka ada yang berselisih pasti ada Andi yang siap mendengar cerita dari kedua sudut.

.
.
.
.
.
.

Disisi lain, Afnan yang berjalan menuju kantin diikuti Silla dari belakang sambil menyebutkan nama Afnan dari tadi tapi Afnan tidak menyautinya dan terus berjalan.

"Nan, lo kenapa sih?" Tanya Silla saat mereka sudah duduk dikantin yang isinya Cuma 5 sampai 6 siswa yang sedang bolos pelajaran.

"Gue punya feeling enggak enak sama si Reza Sil".

"Maksud lo?" Silla penasaran.



^^^^^

####

Don't Forget Vote ya 😉
Meskipun ga nyambung, hehe 😝


Tentang DIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang