INSIDEN DI ATAP RUANGAN

27 13 4
                                    

Next Cerita kak!

Lia sedang memandangi Foto-Foto nya Dengang Alwis. Ia ingin seperti dulu. Namun ... semuanya ga mungkin. Yang Lia mau, cuma Alwis nemenin Detik-Detik terakhir yang ia miliki. Alwis ... hem Lia menarik Nafas lelah.

'Al, nanti saat aku mati, kamu anterin aku ya ...' Lia menulis di lembaran kertas di buku diary nya.

***

Bagian Khusus Zaky

Gue adalah Zaky, teman Lia. Gue yang diminta oleh Lia untuk mencari dan menemui kekasih nya, Alwis. Lia menyuruh gue untuk memberi tahu Alwis, bahwa Lia ingin Alwis disisinya untuk saat ini.
Gue mencari keberadaan Alwis 2 hari ini. Namun entah mengapa, gue ga bisa nemuin Alwis. Dimana Alwis sebenarnya.

Kemarin, Gue mencari Alwis ke kampusnya. Namun teman-teman nya bilang, ia tidak kuliah 3 hari ini, kawan nya bilang, Alwis sedang pergi ke Bandung.
Lalu gue kerumah Alwis, namun kata Ibu Alwis, Tante Risa, Alwis sedang berkemah bersama Teman nya.
Lalu, Hari ini gue kembali Ke rumah Alwis. Dan sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju rumah Alwis. Gue berharap, Alwis ada dirumah. Huftt.

Gue bingung. Sebentar lagi gue sampai.

Dan sekarang, gue sudah sampai dirumah Alwis.

Tok ... tok ... tok ...

'Assalamualaikum,' Kata gue sembari mengetuk pintu.

'Waalaikumsalam,' ucap Gilang. Kakak Alwis.

'Lang, Alwis mana?'' Tanya gue ke Gilang

"Baru aja pergi, katanya si mau ke gedung kosong sebelah sana," ucap Gilang.

"Gedung kosong? Ngapain?" Tanya gue ke Gilang karna aku penasaran.

"Entah, susul aja," Kata gilang Nyuruh gue nyusul adeknya.

"Iye, mending gua susul," ucap gue ke Gilang.

"Gua ikut ky," kata Gilang pengen ikut

"Ya ayok," kata gue setuju.

"Iya, tunggu bentaran, gua ganti baju dulu," Ucap Gilang, lalu masuk ke kamarnya. Ganti baju.

"Yo," ucap gue duduk di teras rumah Gilang.

15 menit kemudian ...

"Udah nih, ayok berangkat," ucap Gilang setelah keluar dari Kamarnya.

Gue cuma ngangguk.

"Eh, pake mobil gua aja," ucap Gilang lagi

Gue cuma ngangguk.

Gilang mengeluarkan mobilnya, lalu dia nyuruh gue untuk bawa mobil nya. Kita berangkat menuju selatan, mencari keberadaan Alwis, demi memenuhi keinginan Lia.

15 menit, perjalanan yang gue dan Gilang tempuh, hingga gue dan Gilang sampai di sebuah gedung kosong. Suram menurut gue. Gedungnya tinggi, sepertinya sudah lama sekali gedung ini kosong.
Hem ... Kami mencari kesegala penjuru. Nihil. Alwis tidak ada disini

"Gimana ni Lang? Adek lo dimana ya, kita cari kemana lagi," Tanya gue binggung.

"Gua juga gatau Ky, giman ... "

Tiba-Tiba Gilang berhenti berkata. Ia diam, hening. Seperti sedang mendengarkan sesuatu.

"Apa mau lo sekarang, Anjing!" Suara samar itu terdengar oleh Gilang.

"Gua denger sesuatu, kayaknya suara Alwis. Tapi, samar ky," Ucap Gilang

"Dari mana suara itu ya? Ayo kita cari!'' Gue langsung nyari keseluruh gedung ini lagi, trs Gilang narik tangan gue.

"Percuma ky, dia ga disini. Kayanya suaranya dari atas. Mungkin dia di atas," kata Gilang lagi.

"Diatas? Kaya mana mereka bisa ada diatas?" Tanya Gue penasaran

"Lo ini bego, ayo cari jangan ngebacot doang," ucap Gilang sedikit emosi. Mungkin gue banyak nanya. Maaf

"Iya lang." Kami pun mencari keseluruh ruangan yang ada. Kami berpencar. Gilang kebagian kanan gue kebagian kiri.

Dan saat gua liat ke atas di pojok bagian kiri, ada sebuah lobang kotak, jelas gue penasaran. Gua panggil Gilang.
"Lang!! GILANG ... GI .." panggil gua sekuat-kuat nya, saat gua mau manggil lagi Gilang udah dateng, panik.

"Ada apa? Kenapa? Kecilin suara lo, nanti mereka denger!" Ucap Gilang benar-benar marah.

"Maaf. Tapi, liat ini. Mungkin ini jalan nya," gua tunjuk lobang itu.

"Oke, sekarang lo naik ke badan gua, nanti gua dorong lo keatas. Trs lo tarik gua dari atas." Tanpa basa basi gue naek di pundak Gilang. Lalu menarik Gilang.

"Yang bener?" Ucap gua berbisik, Gilang ga ngerespon.

Ini bagian atap kah? Tapi, kenapa ada tangga disini? Kenapa ruangan ini besar?

"Sepertinya ini bukan gedung biasa. Mungkin saja ini adalah bangunan kuno para militer belanda dulu, atau ini tempat persembunyian para militer dulu. Entahlah. Bangunan ini bagus, dekorasinya, tapi kenapa ga di bawah tanah aja?" Ucap Gilang.

"Mungkin ini ruangan rahasia, dan mungkin bukan cuma 1, tapi banyak ruangan rahasia kaya gini di bangunan ini," kata gua yakin

"Ya mungkin, bisa jadi itu," Ucap Gilang.

Ruangan Atap ini sangat luas. Kita menyelusuri lorong atap tersebut. Ada beberapa orang didepan.

Tanpa basa basi Gilang langsung ngehajar mereka. Mereka jatuh. Pingsan pula, gara-gara pukulan Gilang. Terus menyusuri, hingga sampai ke titik dimana Alwis sedang dikurung disana. Entahlah, mirip jeruji besi (penjara). Mungkin itu adalah penjara atap ruangan ini.

"Kampang! Siapa lo berani masuk ke sini, anjing!" Ucap laki-laki, putih, tinggi, tampan(sedikit, karna memang gua yang paling ganteng) seumuran Gilang, mungkin 2tahun lebih tua.

"Jaga bacot lo ya!" Gilang ga terima, langsung menghajar orang tersebut.

Terjadilah perkelahian di antara mereka, Gilang sangat sadis. jelas. Gilang adalah guru Karate. Sudut bibir Gilang berdarah, namun lawannya lebih parah. Hidung nya yang berdarah. Patah. Lawannya itu mengeluarkan pisau kecil, gua langsung dorong Cowok itu, dan akhirnya Perut gue ketusuk pisaunya itu, perih. Banget! Anjay ni orang, dengan sekuat tenaga gua terjang orang itu, sampai nabrak meja dibelakang nya, gua pukul dia sekali, yang bikin bibir nya pecah. sakit gua ga sebrapa dengan sakit dia, bodoAmat! lalu dia pergi lari. Keluar gedung. Darah gue banyak yang kluar. Gua tahan! Sedikit Sakit. Dasar sialan!

"Anjing, sialan!" Umpat Gilang.

Gua duduk ga berdaya (lemes) Kehabisan banyak darah, gue coba untuk tahan. Gilang membuka gembok, tempat Alwis di kunci.

Disitu keadaan Alwis juga cukup parah. Banyak luka goresan, banyak Luka pukulan, sudut bibirnya pun seperti habis dipukul berkali kali. Mungkin Alwis di kroyok. Huft, keadaan yang mengerikan.

Gilang membawa gua sama Alwis keluar. Trnyata ada tangga untuk menuju kebawah {gue dikasih tau Alwis tentang tangga itu, soalnya tadi dia naek keatas lewat sini} Ah sudahlah, ga perlu dibahas, ga penting, yang terpenting sekarang adalah keadaan kami bertiga. Terlebih lagi keadaan diri gua sendiri, yang lebih parah dari mereka.

Kami pun pergi menuju Rumah sakit, dimana Lia dirawat. Namun, Gilang dan Alwis belum tahu. Jadi, sudahlah. Kami dirawat, gua dan Alwis yang harus di rawat inap. Luka gue, Dokter takut infeksi, makanya Gue dirawat. Sedangkan Alwis, pelipisnya berdarah. Luka sayatan juga banyak. Dokter menyarankan agar kami berdua di opname, demi kesehatan kami.

Shittt ... gua capek. Dan gua ngantuk, gasengaja gua ketiduran dan gabisa lanjut cerita, nanti lagi ya, saat gua udah bangun dari tidur gua.

Capek ngetik! Tapi ga ada yang baca
Sadis! Wkwk

-LoveAlwis❤

No Love No Life [Complate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang