Sacrifice [END]

1.3K 221 63
                                        

Setelah bernostalgia , Minseok masuk kembali ke kamar Jongdae.

Didapatinya Jongdae dan Sehun sudah tertidur lelap. Wajah mereka tampak sangat damai...seakan-akan tak ada beban.

Minseok melangkah menuju Jongdae, tangannya terulur mengusap kepala Jongdae. Jongdae yang sepertinya mengenali sentuhan Minseok tersenyum dalam tidurnya.

Sesuatu dalam Minseok merasakan sakit melihat hal tersebut. Ia tak rela. Jongdae masih memiliki jalan yang panjang dalam kehidupan namun takdir mempermainkannya dengan kejam. Ia tak akan membiarkan Jongdae merasakan sakit yang ia rasakan.

Minseok akan melindungi Jongdae apa pun yang terjadi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya , Jongdae tidak dapat membuka matanya.

Dokter mengatakan agar keluarganya bersiap. Jongdae kini dalam kondisi koma, keluarganya harus siap menerima yang terburuk.

Ibu Jongdae seketika lemas mendengar berita tersebut. Airmata tak tahan untuk jatuh. Hatinya hancur mendengar hal yang menimpa anaknya.

Ibu Jongdae adalah ibu tunggal. Ia bercerai dengan suaminya dan membesarkan Jongdae sendiri, maka dari itu hubungan Jongdae dan ibunya sangatlah dekat. Tentu kehilangan Jongdae berdampak sangat besar bagi ibunya. Baekhyun dan Chanyeol yang mendengar berita tersebut, hanya dapat terdiam. Baekhyun masih setia memeluk ibu Jongdae yang menangis sementara Chanyeol menatap wajah Jongdae yang tertidur dengan airmata yang sudah siap menetes dari pelupuk matanya. Semua terjadi begitu cepat bagi Chanyeol. Dari Jongin, Kyungsoo, dan kini Jongdae juga ? Tuhan menghukumnya sangat kejam.

Minseok hanya terdiam dengan kepala tertunduk memperhatikan semua itu sementara Sehun menatap heran Minseok. Ekspresi Minseok sulit diartikan olehnya. Ia tampak...kecewa? Itu tidak mungkin. Waktu Jongdae tersisa 4 hari lagi, seharusnya Minseok tampak senang tapi entah mengapa ia tampak sangat kecewa. Ini pertama kalinya Sehun melihat Minseok begitu.

" Hyung...kau kenapa ?" Ucap Sehun angkat bicara.

Minseok menengok ke arahnya dan tersenyum, tangannya mengusak rambut Sehun, " Aku tidak apa-apa...memangnya aku kenapa ?"

" Kau tampak...hilang "

Minseok tertawa , " Cuma perasaanmu saja , Sehun. Aku baik-baik saja "

Sempat tersirat kesedihan di kedua manik Minseok namun Sehun memilih untuk tidak menghiraukan. Mungkin Minseok benar, Sehun hanya membayangkan hal yang tidak-tidak. Mungkin saja Minseok hanya lelah, lagipula mereka mendapatkan jadwal penjemputan 2 kalo berturut-turut . Semuanya baik-baik saja....kan?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ternyata benar, Sehun hanya paranoid.

Esok harinya, semuanya normal kembali. Minseok terlihat dengan ekspresi datarnya mengamati Jongdae, seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Ibunya Jongdae mengunjungi Jongdae setiap hari, menggenggam tangan anaknya dan mengajaknya bicara. Sesekali terlihat mulut Jongdae terbuka seolah ingin mengatakan sesuatu, namun dengan cepat tertutup kembali. Namun Ibunya Jongdae pantang menyerah, ia terus mengajak Jongdae berbicara sambil terus mengelus lembut tangan anaknya, berharap ada sedikit respon dari anaknya tersebut. Sebuah gerakan yang menandakan bahwa Jongdae masih 'ada'. Satu-satunya tanda bahwa anaknya tersebut masih didunia ini adalah mesin jantung yang memberitahukan jantungnya masih berdetak.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
" 1 jam lagi..." ucap Sehun sambil menatap jam pasir Jongdae. Minseok mengangguk mengerti.

Minseok kembali menatap Ibunya Jongdae yang masih setia menggenggam erat tangan Jongdae sambil mengajaknya bicara.

" Jongdae...," ucap ibunya lembut, tangannya terulur mengusap kepala Jongdae.

Grim Reaper [ ChenMin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang