Brianna mengangkat sebelah alisnya begitu ia sampai di gedung apartemen yang Steve maksud. Terlalu mewah untuk gadis berusia 22 tahun yang akan melanjutkan studi S2-nya itu. Ia menarik susah payah tiga koper besar-besar bergerak mendekati salah satu satpam disana dan menitipkan kopernya sebentar. Ia perlu bertemu resepsionis.
"Excuse me?" Suara Brianna berhasil menginterupsi resepsionis yang tengah fokus dengan komputernya.
"Ah? Can I help you, Miss?" Resepsionis itu tersenyum ramah.
"Is there any unit for Brianna Jung? Or maybe Steve Jung?"
"Let me check it for you," resepsionis itu kemudian kembali fokus dengan komputernya. "Yes. There are unit number 962 at the 9th floor for Brianna Jung,"
"Oh, it's same with this," Brianna mengangkat cardlock yang menunjukkan nomor 962 disana. "Thank you,"
"You're welcome. Do you need a bell boy to bring your bags to your unit?" Tanya resepsionis tersebut.
Brianna menggeleng. "No, thanks. I can carry by myself,"
Gadis itu mengambil troli dan mendorongnya mendekati dimana tiga koper besarnya itu berada. Setelah ia memindahkan koper-kopernya, ia bergegas menuju lift. Tubuh gadis itu rasanya lelah. Esok hari ia harus pergi ke kantor duta besar Indonesia untuk mengurus administrasinya.
Ting!
Lift terbuka di lantai sembilan. Brianna keluar dan tentu saja sambil membawa barang-barangnya. Gadis itu masih kesal dengan Cameron yang ternyata mendadak terbang ke Thailand, dan meninggalkan Brianna sendirian di Korea. Sanak saudara-nya yang berada di Korea tinggal di daerah Jeju. Sedangkan Brianna berada di Seoul. Ia tidak mengenal siapa-siapa lagi dan ia bingung apa yang harus ia lakukan esok hari.
Dahinya mengernyit ketika melihat sosok laki-laki tinggi sedang jongkok di depan salah satu unit. Brianna dapat menyimpulkan cowok itu tengah kebingungan mencari sesuatu meski tengah membelakanginya. Setelah menemukan dimana unitnyaㅡyang ternyata berada di depan unit laki-laki ituㅡ, Brianna memutuskan untuk membantu laki-laki itu sebelum ia masuk ke dalam.
"Do you need some help?" Dahinya berkerut samar ketika sosok di hadapannya ini mirip dengan sosok yang ia lihat dua kali secara tidak sengaja selama di Hong Kong.
"Kaget gue!" Cowok itu malah tersentak kaget sambil mengelus dada-nya. Posisinya sudah duduk di lantai menatap Brianna dengan tatapan kaget. "Ah, sorry. Can you... ah, talk in korean?"
"But I can't speak in formal fluently," jawab Brianna.
"Banmal?"
"Ya. I can speak banmal,"
"Nggak apa-apa. Gue lebih seneng ngomong banmal," laki-laki itu mulai berbicara dengan bahasa non formal korea.
"Jadi, ada yang bisa gue bantu?" Ulang Brianna lagi.
"Gue nyari cardlock," jawabnya. Matanya kembali menjelajahi barang-barang yang Brianna duga dari tas kecil-nya yang sudah tergeletak di lantai.
"Ini?" Brianna mengambil kartu yang jatuh di bawah koper milik laki-laki itu. Sepertinya jatuh saat isi tas laki-laki itu ditumpahkan begitu saja.
"Ah! Makasih! Makasih banget ya!" Ia menunduk berkali-kali pada Brianna.
"Nggak apa-apa," Brianna tersenyum sambil mengulurkan tangannya. "Gue Brianna. Brianna Jung. Jadi, lo tinggal disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol Next Door [PCY] | ON HOLD
FanfictionApa yang kalian lakuin kalau tetangga kalian itu ternyata Park Chanyeol? Iya. Park Chanyeol EXO yang ganteng itu.