Sepulang dari Barcelona, lagi-lagi Brianna harus mengurus segalanya sendiri tanpa bantuan Cameron. Padahal kakak laki-lakinya itu telah mengumbar janji manis pada Brianna bahwa akan membantu mengurus segala keperluannya di Korea. Nyatanya, kakaknya itu malah terbang ke belahan dunia yang lain, bukan ke Korea.
"Entah. Sebelum pembukaan cabang baru Brihaviour, abang pasti ke Korea kok." Begitu jawaban Cameron saat Brianna tanya kapan akan menemaninya di Seoul.
Tapi gadis itu kemudian mengangkat bahunya acuh. Tanpa Cameron, dirinya masih bisa pergi sendiri. Ditambah lagi ada keluarga jauhnya di Jeju. Yah, meski jauh juga, tapi setidaknya Brianna tidak begitu merasa sendiri di Korea. Apalagi, sekarang ia mempunyai tetangga yang baik hati dan tampan. Tunggu? Tampan? Brianna fikir dirinya sudah gila.
Lihat, bahkan dia mencetak foto pertamanya dengan Chanyeol dan menempelkannya di wall of memories, yang berada di ruang kosong di apartemennya. Di rumah juga begitu. Brianna meminta ruang kosong untuk mencetak segala memorinya dan menempelkannya di dinding. Kebiasaan ini sudah berlangsung sejak ia merasa dirinya melupakan teman-teman lamanya karena terlalu asyik menjadi gadis ambisius. Membantu memang. Tapi sayang sekali ia tidak meneruskan kebiasaannya ini saat ia diterima di Harvard. Gadis itu lupa membawa foto-foto di wall of memories miliknya dan ia melupakan semua kenangannya. Maka dari itu, begitu ia pindah ke Korea, gadis itu tidak mau meninggalkan lagi kebiasaannya. Ia rasa ia sudah cukup menjadi gadis ambisius. Ia harus kembali ke kehidupan normalnya.
Dentingan bel unit Brianna membuat gadis itu keluar dari ruangan foto dan membukakan pintu unitnya setelah melihat dari intercom. Wajah Chanyeol yang sangat berseri menular pada Brianna.
"Hei, mau masuk?" Sambut Brianna. Chanyeol menggeleng.
"Gue cuma mau ngasih ini. Besok jangan lupa dateng. Nanti ada temen gue yang bakal nemenin lo. Namanya Janee," Chanyeol menyodorkan amplop yang Brianna tebak isinya adalah tiket konser.
"Loh, emang nggak bareng lo?" Brianna mengernyit heran.
"Nggak. Sori banget, gue ada urusan dulu. Kita ketemu di venue aja," jawab Chanyeol. "Oh, iya. Gue sekalian pamit. Gue mau nginep di rumah temen. Jadi unit gue kosong. Kalau ada yang tanya, bilang aja pergi,"
Brianna mengangguk paham. "Jadi kita ketemu di venue, kan?"
"Iya, sayangku," Chanyeol terkekeh ketika Brianna memukul bahu cowok itu sebagai respon dari kalimatnya. "Di dalam amplop ada kartu namanya Janee. Gue udah ngasih kontak Kakawo lo sih. Maaf nih,"
"Nggak apa-apa. Janee bakal ngehubungin gue, kan?"
"Iya. Tunggu aja," Chanyeol kemudian maju selangkah sehingga membuat mereka berdua masuk ke unit apartemen Brianna.
"C- Chanyeol?" Bukannya menjawab, cowok itu malah mendekap Brianna. Semakin tidak tahu diri, Chanyeol malah menghirup aroma rambut Brianna. Untungnya, Brianna yang dapat menarik kembali dirinya ke dunia nyata segera mendorong Chanyeol menjauh.
"Brianna, maaf. Maaf. Maaf. Maaf," Chanyeol mengucapkan itu sambil membungkuk berkali-kali. Brianna mengibaskan tangannya pertanda bahwa itu tidak apa-apa.
"Gue paham perasaan lo. Nggak apa-apa, Yeol. Hati-hati di jalan ya? Besok gue dateng," Brianna tersenyum canggung. Begitu juga dengan Chanyeol. Tapi kemudian mereka berpisah dengan damai karena Chanyeol meminta selca dengan Brianna terlebih dahulu sebelum ia beranjak.
---61---
Chanyeol memasuki ruang latihan dengan senyum mengembang. Begitu member lain menanyakan perihal foto yang ia kirim di grup chat Kakawo, Chanyeol tersenyum pongah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol Next Door [PCY] | ON HOLD
FanfictionApa yang kalian lakuin kalau tetangga kalian itu ternyata Park Chanyeol? Iya. Park Chanyeol EXO yang ganteng itu.